Berbagai serangan digital terhadap perusahaan media online di Indonesia yang terjadi sejak 2022 hingga 2024 menjadi sorotan. Apalagi serangan tersebut sangat mengganggu kegiatan media dan iklim kebebasan pers di Indonesia.
Dalam peluncuran indeks keselamatan jurnalis Indonesia tahun 2024 oleh AMSI bersama Yayasan Tifa, HRWG dan PPMN pada Kamis (20/2/25) kemarin, terungkap sejumlah media nasional dan lokal mengalami serangkaian serangan siber.
Ketua Umum AMSI Wahyu Dhyatmika mengatakan, ancaman serangan digital di era saat ini bukan hanya menyasar keselamatan jurnalis. Namun perusahaan media juga kerap menjadi korban. Sehingga publik pun terhalang aksesnya untuk mengetahui berbagai persoalan sensitif yang diangkat oleh para jurnalis.
Ia pun mencontohkan media Narasi.tv yang menjadi korban serangan DDoS di tahun 2022 yang tidak hanya menyasar situsnya saja, namun juga menyerang gawai sejumlah pegawai hingga medsosnya.
“Bahkan, setelah ada pihak tak bertanggung jawab yang menguasai akses Narasi.tv, muncul ancaman berupa tulisan ‘diam atau mati’. Meski sudah melaporkan ke polisi, namun sampai saat ini pelakunya belum terlacak,” ungkapnya.
Pihaknya pun berharap agar ada upaya-upaya untuk melindungi perusahaan pers agar mereka terjaga dari berbagai ancaman, seperti kebangkrutan karena biaya operasional untuk membayar server bengkak akibat serangan siber ini.
Sederet Serangan Digital Perusahaan Media Online
Perusahaan Media Narasi.tv mengungkapkan pernah menjadi korban serangan DDoS beberapa tahun lalu, tepatnya di bulan September 2022.
Kepala Pemberitaan Narasi.tv Laban Laisila mengatakan, serangan-serangan DDoS di perusahaannya beberapa tahun silam seperti menjadi sarapan kerja di medianya.
Ia mengungkapkan, serangan tersebut sulit diprediksi. Sebab, gangguan tersebut ada yang berlangsung begitu cepat dan ada yang bertahan lebih lama.
“Dulu serangannya berlangsung sekitar 2 mingguan,” ungkap Laban.
Di tahun berikutnya, Pimred KBR.ID Citra Dyah Prastuti juga mengaku medianya menjadi korban serangan yang serupa, yakni DDoS. Bahkan, pihaknya kesulitan mengakses website selama seminggu.
“Makanya kami mengakalinya dengan mengalihkan pemberitaannya melalui media sosial,” terangnya.
Tak lama dari kasus KBR.ID, serangan DDoS juga menyasar website Project Multatuli ketika mereka mengangkat soal ojek online. Bahkan, di tahun sebelumnya juga mendapatkan serangan bertubi-tubi ketika mengangkat pemberitaan terkait kasus pencabulan yang terjadi di Sulawesi.
Sementara itu, di tahun 2023 lalu, Tempo juga mengalami hal serupa ketika mereka mempublikasikan berita terkait Judol dan Kepolisian.
CEO Suara.com Suwarjono juga mengaku pernah mengalami serangan yang sama ketika pihaknya mengunggah berita yang sensitif tersebut.
Bahkan, serangan DDoS yang masuk ke server jumlahnya sangat besar.
“Visitornya jadi sangat tinggi. Tapi setelah kita cek lagi, ternyata trafficnya biasa saja. Dampak dari ini, kinerja server yang kita miliki jadi lambat,” terangnya.
Media Lokal Jadi Korban Serangan Digital
Sementara itu, Chief Product Officer Pojoksatu.com Muhammad Ridwan mengungkapkan perusahaan medianya pernah menjadi korban di tahun 2020-2022.
Dalam serangan yang menyasar websitenya itu, ada banyak serbuan IP yang berasal dari luar negeri, bahkan sampai puluhan juta traffic per detiknya.
“Kita cek di Google Analytic ternyata tidak ada kenaikan traffic. Akibat kejadian ini, tentu saja bukan hanya redaksi yang terdampak, tapi juga bisnis perusahaan. Sebab biaya untuk mengelola server jadi meningkat, bahkan bisa mencapai 5 kali lipat dari biasanya. Kita pernah bandingkan, ternyata untuk bayar server lebih besar dari bayar gaji karyawan,” ungkapnya.
Ridwan menambahkan, dampak serangan tersebut bukan hanya berpengaruh terhadap biaya operasional yang berhubungan dengan server, namun juga berdampak pada kebijakan editorial yang ada di redaksi.
Sebab, ketika satu konten terkena serangan secara masif dan terus menerus, pihaknya khawatir bakal merambah ke konten lainnya.
“Karena itu, kami terpaksa harus menurunkan konten dengan pertimbangan jika tidak menurunkannya bisa menyebar ke konten lainnya,” terang Ridwan.
Hal yang sama juga terjadi di harapanrakyat.com yang pernah menjadi sasaran DDoS serta Malware yang membuat performa website hancur.
“Akibat serangan digital ini, pengunjung website kami pernah turun sampai 80 persen, termasuk juga di Adsense. Bahkan, sampai saat ini kami terus berjuang untuk memperbaiki dampak dari serangan itu,” kata CEO harapanrakyat.com, Subagja Hamara. (Muhafid/R6/HR-Online)