Sumedang merupakan kota di Jawa Barat yang menyimpan tempat bersejarah yang saat ini menjadi wisata edukasi bagi masyarakatnya. Satu nama tempat bersejarah yang populer di kota ini adalah Museum Prabu Geusan Ulun. Sejarah Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang menarik untuk diulas karena memiliki perjalanan yang panjang hingga mencapai titik saat ini.
Baca Juga: Sejarah Gapura Wringin Lawang Peninggalan Kerajaan Majapahit
Di dalam museum ini terdapat peninggalan benda bersejarah serta barang pusaka dari para leluhur Sumedang zaman dahulu. Koleksi barang bersejarah ini merupakan salah satu kebanggaan rakyat Indonesia, khususnya wilayah Sumedang.
Perjalanan Sejarah Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang
Museum Prabu Geusan Ulun merupakan bangungan yang bertempat di wilayah Keraton Sumedang Larang dan terletak di tengah-tengah kota Sumedang. Museum ini berjarak 50 meter dari Alun-alun Kota Sumedang. Bangunan bersejarah ini berdampingan dengan Gedung Bengkok atau Gedung Negara Kabupaten Sumedang.
Museum di wilayah Sumedang ini berdiri pada tahun 1950 dan mulai pembukaan pada tahun 1974. Bangunan ini tidak hanya menjadi tempat untuk menyimpan peninggalan sejarah pemerintah Kota Sumedang saja, namun juga sebagai wisata edukasi.
Berikut ini adalah perjalanan sejarah museum Prabu Geusan Ulun dari awal berdiri hingga saat ini. Untuk lebih jelasnya, simak uraiannya di bawah ini.
Asal Usul Nama Museum
Sejarah Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang berawal sejak berdirinya “Yayasan Pangeran Aria Suria Atmadja (YPASA) pada tahun 1950 dengan Akta Notaris Mr. Soedja No. 59 / 28 April 1950. Setelah itu, berubah namanya menjadi Yayasan Pangeran Sumedang (YPS) dengan Akta Notaris Tan Eng Kiam No. 98 / 21 April 1955.
YPASA / YPS merupakan lembaga yang bertujuan memelihara, mengurus, serta mengelola barang Wakaf Kangdjeng “Aria Soeria Atmadja“ selaku Bupati Sumedang 1882–1919.
Pada tanggal 7–13 Maret 1974 di Sumedang, diadakan seminar Sejarah Jawa Barat dengan menghadirkan para ahli-ahli sejarah Jawa Barat. Pada kesempatan ini tokoh senior YPS dan Wargi Sumedang mengusulkan untuk penggantian nama museum.
Kemudian, pada seminar ini menghasilkan keputusan akhir untuk mengubah dari nama Museum YPS, menjadi nama Museum “Prabu Geusan Ulun–Yayasan Pangeran Sumedang. Nama ini terinspirasi dari seorang tokoh yang karismatik yakni raja terakhir Kerajaan Sumedang Larang bernama “Prabu Geusan Ulun”.
Jumlah Gedung pada Awal Berdiri Tahun 1973
Sejarah Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang pada awal berdiri tahun 1973 mempunyai dua buah gedung, yaitu Gedung Gendeng. Gedung ini telah berdiri sejak tahun 1850, pada masa kepemimpinan Pangeran Soeria Koesoemah Adinata.
Baca Juga: Perjuangan Emma Poeradiredja, Tokoh Inspiratif Kaum Wanita
Gedung ini bermanfaat untuk menyimpan benda pusaka peninggalan para leluhur Sumedang serta senjata lainnya. Bangunan tersebut terbuat dari kayu serta berdinding anyaman bambu serta lantai batu merah. Selain itu, gedung ini juga sebagai tempat penyimpanan Gamelan Pusaka.
Lalu, Gedung Gendeng melalui sejumlah pemugaran serta rehabilitasi. Pertama tahun 1950, 1955 dan 1993. Sedangkan untuk bangunan kedua atau Gedung Utama pembangunannya terjadi pada tahun 1973 yang merupakan sumbangan dari Bapak Ali Sadikin, Gubernur DKI pada saat itu.
Total Gedung Hingga Saat Ini
Tahun 1982, sejarah Museum di Sumedang ini bertambah dua gedung yakni Srimanganti serta Bumi Kaler. Sebelumnya bangunan Srimanganti dari masa Dalem Aria berfungsi sebagai kantor pemerintah dan gedung Bumi Kaler sebagai tempat tinggal keturunan leluhur Sumedang.
Gedung Srimanganti telah berdiri pada tahun 1706, pada masa pemerintahan Dalem Adipati Tanumaja, dengan gaya arsitektur Belanda. Dulunya, gedung ini sebagai rumah “Landhuizen” (Rumah Negara). Fungsinya pada masa itu adalah rumah tinggal Bupati beserta keluarganya.
Namun, pada tahun 1982 dan 1993, pemerintah setempat melakukan rehabilitasi pada gedung. Proses ini tidak merubah bentuk asli gedung sehingga tetap terjaga keasliannya. Terakhir, yaitu pada tahun 1997 museum Prabu Geusan Ulun bertambah lagi dua buah gedung baru yaitu Gedung Pusaka dan Kereta. Jadi total gedung hingga saat ini berjumlah 6 (enam).
Baca Juga: Mengenal Rumah Marga Tjhia, Destinasi Wisata Sejarah di Wilayah Pecinan Singkawang
Demikian perjalanan sejarah Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang hingga sekarang. Keberadaan museum ini sangat berdampak pada peningkatan perekonomian kota Sumedang saat ini. Hal ini karena banyak wisatawan yang berkunjung untuk berwisata sekaligus menambah wawasan Pendidikan kebudayaan dan Sejarah di kota tersebut. Museum ini mulai buka pada jam 08.00 pagi hingga 16.00 sore. Apakah Anda tertarik untuk berkunjung? Selamat mencoba! (R10/HR-Online)