Majapahit termasuk salah kerajaan terbesar yang pernah ada di Nusantara. Bukti adanya kerajaan ini dapat kita ketahui dari peninggalannya yang berupa candi, prasasti, arca, dan karya sastra. Salah satu karya sastra yang dapat menjadi sumber sejarah Majapahit adalah Kidung Panji Wijayakrama.
Baca Juga: Sejarah Kesultanan Banten, Masa Kejayaan hingga Jatuh di Tangan VOC
Sejarah Kidung Panji Wijayakrama
Majapahit memegang kekuasaan di Nusantara selama kurang lebih dua abad. Tepatnya mulai dari tahun 1293 hingga awal abad ke-16.
Salah satu peninggalan kerajaan yang didirikan oleh Raden Wijaya ini adalah karya sastra. Pada masa kerajaan Majapahit, sastra memang berkembang sangat pesat berkat perhatian dari raja rajanya terhadap kebudayaan.
Beberapa karya sastra hasil tulisan pada zaman kerajaan Majapahit adalah Kitab Negarakertagama, Kitab Sutasoma, Kitab Pararaton, Kitab Arjunawijaya, Kitab Tantu Pagelaran, Kitab Ranggalawe, Kitab Usana Jawa, Kitab Sorandakan, Kitab Sundayana, dan Kitab Panji Wijayakrama.
Kitab Panji Wijayakrama berisi mengenai perjuangan Raden Wijaya dalam menghadapi berbagai tantangan hingga menjadi Raja Majapahit. Kitab ini ditulis dalam bentuk kidung sehingga juga populer dengan sebutan kidung Panji Wijayakrama.
Isi Kidung
Kidung ini berisi mengenai perjuangan Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit. Kidung ini menceritakan perjuangan Raden Wijaya dalam menghadapi musuh-musuhnya. Musuh Raden Wijaya kebanyakan berasal dari beberapa kerajaan lain di masa-masa awal mendirikan Kerajaan Majapahit.
Pada akhirnya Raden Wijaya berhasil mendirikan Kerajaan Majapahit setelah mengalahkan Jayakatwang. Raden Wijaya kemudian menjadi raja pertama di Kerajaan Majapahit. Ia memerintah Majapahit dari tahun 1293 hingga 1309 dan bergelar Kertarajasa Jayawardhana.
Perjuangan Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit
Raden Wijaya merupakan menantu Raja Kertanegara yang saat itu memerintah Kerajaan Singasari. Ketika itu, Raden Wijaya mendapatkan perintah dari Raja Kertanegara untuk memimpin pasukan Singasari yang bertujuan untuk menangkal serangan dari Jayakatwang.
Raden Wijaya berhasil mengalahkan serangan Jaran Goyang dari pasukan Jayakatwang. Namun, ternyata serangan tersebut hanyalah taktik dari Jayakatwang belaka untuk membuat ibukota Singasari kosong dari pasukan.
Kekosongan pasukan tersebut berhasil Jayakatwang manfaatkan untuk mengirimkan pasukan yang lebih besar. Hingga pada akhirnya Raja Kartanegara tewas terbunuh dan Jayakatwang pun berhasil menguasai Singasari.
Menyaksikan kekalahan yang mertuanya alami ini, Raden Wijaya tidak tinggal diam. Dengan taktik yang tak kalah cerdik, ia membalas kekalahan Singasari.
Sebagaimana tertulis dalam Kidung Panji Wijayakrama, kala itu Raden Wijaya mendapatkan saran dari Arya Wiraraja yang merupakan Bupati Madura untuk berpura-pura mengabdikan diri kepada Jayakatwang.
Baca Juga: Sejarah Museum Prabu Geusan Ulun, Tempat Penyimpanan Benda Pusaka Kerajaan Sumedang Larang
Jayakatwang memberikan wilayah Hutan Tarik kepada Raden Wijaya. Oleh Raden Wijaya hutan tersebut dikembangkan menjadi desa. Desa tersebut ia beri nama Majapahit. Raden Wijaya memanfaatkan tersebut sebagai basis kekuatan untuk melawan Jayakatwang.
Keadaan mulai berpihak pada Raden Wijaya ketika pasukan Mongol dari Kekaisaran Yuan tiba di Jawa pada 1293. Kedatangan pasukan Mongol tersebut adalah ingin membalas penghinaan Kertanegara terhadap utusan Kaisar Kubilai Khan.
Raden Wijaya dan Arya Wiraraja dengan cerdik memanfaatkan keadaan ini. Mereka mengajak pasukan Mongol untuk bekerja sama. Gabungan kekuatan antara pasukan Raden Wijaya dan Mongol inilah yang akhirnya berhasil mengalahkan Jayakatwang dan meruntuhkan kerajaannya.
Setelah berhasil mengalahkan Jayakatwang, Raden Wijaya memutuskan untuk mengusir pasukan Mongol dari Jawa. Ia ingin memastikan tidak ada campur tangan kekuatan asing dalam pemerintahannya.
Raden Wijaya kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit di wilayah bekas Hutan Tarik. Nama Majapahit berasal dari buah maja yang banyak ditemukan di kawasan tersebut dan memiliki rasa pahit ketika dimakan.
Rasa pahit ini juga menjadi sebuah simbol dari perjalanan penuh tantangan yang mereka hadapi untuk mendirikan kerajaan ini.
Pentingnya Kidung Panji Wijayakrama
Wijayakrama bukan hanya berfungsi sebagai catatan sejarah, tetapi juga menjadi sumber penting dalam memahami proses berdirinya Majapahit.
Kidung ini menjadi saksi bagaimana perjuangan Raden Wijaya dalam mendirikan Majapahit. Kidung ini menjelaskan perjuangan Raden Wijaya dalam menghadapi musuh-musuhnya hingga berhasil mendirikan Majapahit. Majapahit sendiri merupakan kerajaan terbesar dalam sejarah Indonesia yang dapat menguasai hampir seluruh wilayah Indonesia.
Baca Juga: Sejarah Gapura Wringin Lawang Peninggalan Kerajaan Majapahit
Dengan demikian, Kidung Panji Wijayakrama merupakan salah satu karya sastra peninggalan Kerajaan Majapahit. Kidung ini menceritakan tentang perjuangan Raden Wijaya dalam mendirikan Kerajaan Majapahit. (R10/HR-Online)