Brigadir Jenderal TNI (Anumerta) Katamso Darmokusumo merupakan pahlawan nasional revolusi yang berasal dari daerah Sragen, Jawa Tengah. Sebagai pahlawan, peran Katamso Darmokusumo sangat berjasa untuk bangsa Indonesia. Ia merupakan salah satu pahlawan yang menjadi korban kekejaman PKI pada Gerakan 30 September 1965 lalu.
Baca Juga: Perjuangan Emma Poeradiredja, Tokoh Inspiratif Kaum Wanita
Kala itu ia berperan dalam upaya menumpas pemberontakan G30S PKI di wilayah Yogyakarta. Apa saja peran-peran lain dari tokoh nasional ini? Simak artikel selengkapnya di bawah ini!
Peran Katamso Darmokusumo Untuk Bangsa Indonesia
Katamso Darmokusumo lahir pada hari Senin, 5 Februari 1923 di Sragen, Jawa Tengah (saat itu namanya masih Hindia Belanda). Ia lulus pendidikan sekolah dasar dan menengah, lalu melanjutkan pendidikan militer Tentara PETA di Bogor.
Setelah masa kemerdekaan Republik Indonesia, ia menjadi anggota gabungan TKR yang saat ini namanya berubah menjadi TNI. Saat terjadi peristiwa agresi militer Belanda, ia memimpin pasukan untuk melakukan penyerangan dan pertempuran mengusir tentara Belanda dari Indonesia.
Menumpas Pemberontakan Batalyon 426 di Jawa Tengah
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, peran Katamso Darmokusumo yang pertama adalah menumpas pemberontakan Batalyon 426 di Jawa Tengah. Hal ini merupakan debut pertamanya setelah ia menjadi anggota Tentara Negara Indonesia (TNI).
Nama TNI sebelumnya terkenal dengan nama TKR atau Tentara Keamanan Rakyat. Kala itu, ia mendapat tugas untuk menumpas pemberontakan Batalyon 426 di Jawa Tengah.
Pemberontakan ini berkaitan dengan pemberian dukungan dan keterlibatan anggota Batalyon 426 di Kudus, Jawa Tengah yang saat itu terlibat pada pemberontakan Darul Islam di wilayah tersebut. Pasukan TNI oleh Katamso dengan bantuan rakyat berhasil menumpas pemberontakan tersebut tepat pada 9 Mei 1952.
Batalyon 426 sendiri merupakan laskar Hizbullah dan Sabilillah Divisi Sunan Bonang Surakarta dengan pimpinan Mayor Munawar. Mayor ini telah bergabung dengan TNI pada 16 Agustus 1947. Batalyon ini mempunyai banyak pengalaman bertempur sejak penjajahan Jepang, kedatangan sekutu, hingga agresi Militer Belanda I dan II pada tahun 1947 dan 1948.
Menumpas Pemberontakan PRRI/Permesta
Berdasarkan wikipedia, biografi Brigadir Jenderal Katamso menyebutkan bahwa pada tahun 1958, ia menjabat sebagai Komandan Batalyon “A”. Komandan ini merupakan gabungan pasukan Komando Operasi 17 Agustus yang dipimpin oleh Kolonel Ahmad Yani.
Peran Katamso Darmokusumo dalam pasukan ini adalah bertugas menumpas pemberontakan yang dilakukan oleh PRRI/Permesta. Gerakan Permesta (Perjuangan Rakyat Semesta) ini merupakan buntut dari kekecewaan angkatan militer daerah terhadap pusat khususnya di area wilayah Sumatra dan juga Sulawesi.
Pada awalnya bentrokan PRRI/Permesta hanyalah sebatas kekecewaan atas minimnya kesejahteraan dan ketidakadilan kepada warga sipil dan militer di wilayah tersebut. Akan tetapi, permasalahan tersebut meluas hingga menuntut otonomi daerah sampai berujung penumpasan oleh TNI yang banyak merenggut korban puluhan ribu jiwa.
Mencegah Ideologi PKI tahun 1963
Pada tahun 1963, Brigjen Katamso mendapat amanah jabatan sebagai Komandan Korem 072 Kodam VII/Diponegoro yang berkedudukan di Yogyakarta. Pada masa itu, peran Katamso Darmokusumo adalah mencegah ideologi PKI yang saat itu telah menyebar luas di lapisan masyarakat.
Baca Juga: Sejarah Perjuangan Pahlawan RI, Padjonga Daeng Ngalle
PKI sudah menyasar kalangan pendidikan khususnya mahasiswa untuk bergabung dengan mereka untuk menjadi tokoh intelektualnya. Mencium gelagat berbahaya dari PKI ini, Brigjen Katamso memutuskan untuk melakukan pembinaan kepada para mahasiswa di daerah Solo.
Ketika itu PKI menuju kota Solo untuk mencari sasaran mahasiswa baru. Upaya Katamso adalah memberikan pelatihan militer kepada mahasiswa dan mengenalkan ideologi cinta tanah air di atas kepentingan pribadi.
Menumpas Pemberontakan G30S PKI
Selanjutnya adalah peran Katamso Darmokusumo yang paling terkenal adalah ikut menumpas pemberontakan PKI pada tanggal 30 September 1965. Sewaktu itu, ia tertangkap dengan jelas akan aksi pemberontakan keji dan penculikan G 30 S/ PKI di wilayah Kodam VII/Diponegoro, Yogyakarta.
PKI dengan cara licik menghasut beberapa anggota TNI di Yogyakarta, dan berhasil menguasai RRI Yogyakarta. Akibat peristiwa ini, Komando Brigjen Katamso mengumumkan pembentukan Dewan Revolusi. Ia merupakan perwira yang gigih dan tidak terpengaruh oleh hasutan PKI. Oleh karena itu, ia menjadi sasaran penculikan PKI di wilayah Yogyakarta.
Akhir Perjalanan Hidup Katamso Darmokusumo dan Gelar Pahlawan Revolusi
Terakhir adalah peran Katamso Darmokusumo menghadapi kekejaman PKI berakhir dengan kematiannya bersama Kolonel Sugiyono. Ketika itu, PKI semakin gencar melancarkan penculikan terhadap Letnan Kolonel Sugiono pada tanggal 1 Oktober 1965 sore hari.
PKI dengan kejam membawa Sugiyono dan Katamso ke wilayah kentungan, lalu memukulnya hingga tewas. Untuk menyembunyikan jasad kedua perwira tersebut, PKI sudah membuat lubang yang memang sudah siap karena kedua tokoh naas tersebut telah menjadi target pembunuhan.
Jenazah keduanya baru ditemukan pada 21 Oktober 1965 dalam keadaan rusak, setelah hilang berhari-hari. Kemudian pada tanggal 22 Oktober 1965, pemerintah memakamkan keduanya di Taman Makam Pahlawan Semaki Yogyakarta.
Berkat jasa dan perjuangan mereka, pemerintah menganugerahkan sebagai Pahlawan Revolusi berdasarkan SK Presiden RI No. 118/KOTI/ tahun 1965 yang tertanggal 19 Oktober 1965.
Baca Juga: Sejarah A.A. Maramis dan Perjuangannya bagi Indonesia
Demikian ulasan terkait peran Katamso Darmokusumo, sang pahlawan nasional revolusi dari wilayah Sragen, dari Jawa Tengah. Perjuangannya melawan PKI patut menjadi panutan karena ia sangat berani dan tidak mudah terhasut oleh para pemberontak tersebut. Semoga perjuangan tokoh ini menjadi inspirasi semua generasi muda saat ini untuk semangat berjuang dan berani melawan kejahatan. (R10/HR-Online)