harapanrakyat.com,- Pemerintah menugaskan BUMN Pangan, untuk mengimpor 200.000 ton daging sapi dan daging kerbau guna mengatasi potensi kelangkaan. Keputusan impor daging ini merupakan hasil rapat koordinasi terbatas (Rakortas) yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Zulkifli Hasan, Kamis (6/2/2025).
Kebijakan ini menjadi langkah strategis, untuk menjaga pasokan dan menghindari lonjakan harga menjelang bulan ramadhan. Penugasan impor ini terdiri dari 100.000 ton daging sapi dan 100.000 ton daging kerbau.
Baca Juga: Program Makan Bergizi, Strategi Pemerintah Menuju Generasi Emas Indonesia 2045
Pemerintah menilai, bahwa meningkatnya kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak telah menyebabkan penurunan pasokan daging dalam negeri. Dengan kebijakan impor ini, stabilitas pasokan diharapkan tetap terjaga sehingga kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi.
Selain BUMN Pangan, pemerintah juga memberi kuota impor kepada sektor swasta untuk memastikan kelancaran distribusi dan menekan inflasi pangan. Langkah ini sebagai upaya mengantisipasi lonjakan permintaan, yang biasanya terjadi saat ramadhan dan idul fitri.
Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono mengungkapkan, bahwa stok daging sapi dan kerbau saat ini hanya sekitar 18.000 ton, jauh dari angka ideal untuk memenuhi kebutuhan nasional. Sementara untuk menghindari ketimpangan pasokan, pemerintah mempercepat realisasi impor agar pasokan tetap stabil di seluruh wilayah.
Baca Juga: Presiden Prabowo Hentikan Impor Pangan, Komitmen Swasembada di Tahun 2025
Sementara itu, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arif Prasetyo Adi, memastikan bahwa tambahan impor akan mendongkrak total stok daging menjadi 120.000 ton menjelang lebaran. Langkah ini diharapkan dapat menjaga harga tetap terkendali dan memastikan ketersediaan daging di pasar domestik.
Kebijakan ini menjadi bagian dari strategi jangka pendek untuk mengamankan pasokan pangan dan menstabilkan harga. Dengan impor, pemerintah berharap, masyarakat dapat menjalani ramadhan dan idul fitri dengan nyaman tanpa kekhawatiran terhadap ketersediaan daging di pasaran. (Feri Kartono/R5/HR-Online/Editor: Adi Karyanto)