Provinsi Jawa Barat merupakan etnis suku Sunda yang mempunyai kekayaan seni yang sangat beragam, salah satunya alat musik khas yaitu Karinding. Alat musik ini mungkin terdengar asing bagi beberapa orang, namun sebenarnya banyak sekali keunikan di dalamnya. Sejarah alat musik Karinding juga menarik untuk menjadi pembahasan lebih lanjut agar menjadi tambahan referensi budaya bagi semua orang.
Baca Juga: Sejarah Alat Musik Calung, Warisan Budaya Sunda
Sejarah Alat Musik Karinding Khas Sunda
Alat musik Karinding merupakan khas Jawa Barat yang terbuat dari pelepah daun kawung (enau) atau bambu. Menurut bahasa Sunda, kata Karinding terdiri dari ‘Ka Ra Da Hyang’ yang artinya iringan doa sang Maha Kuasa. Beberapa orang juga mengartikan ‘Ka‘ (sumber) dan ‘rinding‘ (bunyi) yang berarti sumber bunyi.
Berdasarkan sejarah, Karinding telah ada sejak enam abad yang lalu. Usia alat musik ini diperkirakan lebih tua dari alat musik kecapi yang berusia 500 tahun. Hal ini menandakan bahwa, alat musik tradisional sunda ini memiliki usia yang sudah mencapai lebih dari 600 tahun.
Penggunaan Alat Musik Karinding
Sejarah alat musik Karinding pada zaman dahulu kala mempunyai fungsi penggunaan sebagai perlengkapan upacara adat atau ritual. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika hingga kini masih ada yang menggunakannya sebagai pengiring dalam pembacaan rajah atau jimat.
Selain fungsi ritual, Karinding awalnya juga digunakan oleh para petani untuk mengusir rasa bosan saat menjaga tanaman padi dari serangan serangga atau burung pemakan padi. Namun, seiring berjalannya waktu, peran alat musik ini mengalami perubahan.
Kini, Karinding lebih terkenal sebagai bagian dari kekayaan budaya masyarakat Sunda dan menjadi salah satu alat musik tradisional yang dilestarikan dalam berbagai pertunjukan seni.
Selain itu, penggunaan alat musik ini tidak hanya berkembang di wilayah Sunda saja, namun juga terdapat di daerah lain di Indonesia. Sebagai contoh di daerah Bali banyak alat musik sejenis Karinding bernama genggong, dan di Kalimantan terkenal dengan nama tung.
Cara Memainkan Alat Musik Karinding
Sejarah alat musik Karinding mencatat cara memainkan alat tersebut dengan cara menyentil dengan ujung telunjuk sambil menempelkannya di bibir atau mulut. Alat musik ini termasuk dalam kategori jenis lamelafon atau idiofon.
Cara memainkan alat musik tersebut terbilang unik, yaitu dengan meletakkan ruas tengahnya di bibir, lalu menepuk ujung ruas paling kanan hingga jarumnya bergetar. Cara memainkan alat musik tradisional khas Sunda ini dapat dengan cara sendiri atau berkelompok yang terdiri dari 2 sampai 5 orang.
Baca Juga: Sejarah Alat Musik Tifa sebagai Melodi Warisan Budaya
Karinding sendiri merupakan alat seni tradisional Sunda berupa bilahan kecil yang memanfaatkan resonator rongga mulut untuk menghasilkan bunyi dengung.
Sumber Suara Alat Musik Karinding
Sumber suara Karinding berasal dari kekuatan rongga mulut dengan hembusan nafasnya yang minim yang mengakibatkan pada frekuensi suara yang dihasilkan.
Oleh karena itu, sejarah alat musik Karinding dalam sebuah pertunjukkan pada zaman dahulu hingga saat ini sangat memerlukan bantuan pengatur suara (sound system). Selain itu, penggunaan bantuan pengatur suara ini karena berdasarkan sifat nada Karinding yang tidak mempunyai ritme tertentu.
Kolaborasi Alat Musik Karinding dan Tokoh Awalnya
Karinding merupakan alat musik tradisional yang sering dikolaborasikan dengan instrumen kacapi dan suling. Kolaborasi ini menciptakan iringan musik khas yang menghasilkan dua istilah, yaitu Rampak Karinding dan Kalinding.
Rampak Karinding merujuk pada permainan Karinding yang dimainkan secara bersama-sama dalam jumlah banyak, disertai dengan iringan kacapi dan suling. Kombinasi ini menciptakan harmonisasi suara yang khas dan menarik. Sementara itu, Kalinding adalah singkatan yang berfungsi untuk menyebut perpaduan dari tiga alat musik tersebut, yakni kacapi, suling, dan Karinding.
Dalam sejarahnya, perkembangan alat musik Karinding tidak terlepas dari peran Abah Olot, atau yang memiliki nama lengkap Endang Sugriwa. Ia merupakan tokoh asal Parakan Muncang, Cimanggung, Sumedang, yang berjasa dalam melestarikan dan mengembangkan alat musik ini.
Awalnya, Karinding terbuat dari bilah enau atau bambu, lalu berkembang menjadi alat musik perkusi yang menarik dan memiliki nilai seni tinggi. Berkat inovasi dan usaha Abah Olot, Karinding kini menjadi salah satu bagian penting dalam kekayaan musik tradisional Sunda.
Baca Juga: Sejarah Alat Musik Kecapi Lengkap dengan 4 Jenis Umumnya
Sejarah alat musik Karinding juga melahirkan filosofi norma ketuhanan, kemasyarakatan, kemanusiaan, dan hukum waktu. Oleh karena itu, alat musik ini bukan sekedar alat musik tradisional saja, namun juga memegang peran penting dalam kehidupan masyarakat. Sebagai bangsa tentunya wajib berbangga akan kekayaan seni budaya kita sendiri. Untuk itu, mari senantiasa ikut serta melestarikan kebudayaan dan kearifan lokal bangsa Indonesia, ya! (R10/HR-Online)