Sebagai salah satu seni tradisional Papua, lukisan kulit kayu khas bernama Khombouw terus bertahan sebagai warisan budaya yang sarat makna. Seni tradisional ini berasal dari Kampung Asei Besar, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, sebagai warisan turun-temurun dalam masyarakat Suku Sentani.
Seorang perajin bernama Martha Ohee telah mengabdikan hidupnya untuk melestarikan Khombouw khas Papua. Ia pertama kali mengenal seni tersebut saat berusia 13 tahun ketika membantu orang tuanya membuat lukisan kulit kayu.
Sejak saat itu kecintaannya terhadap Khombouw semakin mendalam, hingga akhirnya ia menjadikannya sebagai mata pencaharian utama. Martha tidak hanya melestarikan tradisi, tetapi juga menginspirasi generasi berikutnya.
Baca Juga: Kopi Godog dan Peuyeum Koroto dari Sukadana Ciamis Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Tak Benda
Kembangkan Lukisan Kulit Kayu Khas Papua
Selain meneruskan tradisi, Martha Ohee juga mengembangkan kerajinan berbahan dasar kulit kayu. Selanjutnya, pada usia 20 tahun ia mulai membuat topi berbahan kulit kayu sebagai inovasi pertamanya.
Seiring waktu, kreativitasnya pun berkembang dan menghasilkan berbagai produk, seperti tas, souvenir, dan hiasan dinding.
“Puji Tuhan, saya sudah menginjak lima negara untuk mempromosikan produk kerajinan tangan dari kulit kayu ini,” kata Martha Ohee.
Ia telah memperkenalkan Khombouw ke Belanda, Australia, Jerman, Amerika, dan Papua Nugini. Kesempatan ini memberikan pengalaman berharga baginya dalam memperkenalkan budaya Sentani ke kancah internasional.
Keberhasilannya dalam memperkenalkan Khombouw tidak terlepas dari keunikan teknik pembuatannya. Pertama, mengambil kulit kayu dari pohon tertentu. Lalu dikupas, ditumbuk hingga tipis, dan dijemur sampai kering.
Kemudian setelah itu, perajin melukis motif khas menggunakan pewarna alami. Proses ini tetap terjaga agar Khombouw mempertahankan nilai tradisionalnya.
Makna Filosofi dalam Setiap Motif Khombouw Papua
Lukisan kulit kayu Khombouw khas Papua bukan sekadar hiasan, tetapi memiliki filosofi mendalam. Oleh sebab itu, setiap motif mencerminkan nilai budaya dan kehidupan masyarakat Sentani.
Misalnya, motif buaya melambangkan kepemimpinan dan hanya boleh digunakan oleh pemimpin adat (ondofolo). Selain itu, motif yoniki menggambarkan hubungan spiritual, dan motif matahari melambangkan kebijaksanaan.
Tidak hanya itu, motif lainnya seperti ular mencerminkan ketahanan, sedangkan cicak dan kadal melambangkan harmoni dengan alam.
Ada pula motif kaki burung bangau yang menyimbolkan kebebasan dan perjalanan hidup. Dengan demikian, setiap motif menunjukkan betapa eratnya seni Khombouw dengan identitas masyarakat Sentani.
Transformasi Khombouw dalam Era Modern
Saat ini Khombouw mengalami transformasi dalam berbagai bentuk seperti pakaian, aksesoris, dan dekorasi interior. Meski bentuknya berkembang, nilai budaya dan filosofi dalam setiap karya tetap terjaga.
Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Jayapura secara aktif mendukung pelestarian Khombouw melalui Festival Danau Sentani (FDS) yang selalu menampilkan seni melukis kulit kayu.
Dalam konteks pelestarian lebih lanjut, Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua telah mengusulkan Khombouw sebagai warisan budaya tak benda nasional.
Usulan ini bertujuan untuk mendapatkan pengakuan resmi serta mendorong generasi muda agar tetap melestarikan seni tradisi ini. Dengan adanya pengakuan tersebut, diharapkan apresiasi terhadap Khombouw semakin meningkat.
“Kami berharap pengakuan ini dapat meningkatkan apresiasi terhadap Khombouw dan memastikan warisan budaya ini tetap hidup di masa depan,” kata Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jayapura, Fred Modouw.
Baca Juga: Pemerintah Harus Amankan Warisan Budaya Indonesia dari Plagiarisme
Lukisan kulit kayu dari Kampung Asei Besar tidak hanya menjadi kebanggaan masyarakat Sentani, tetapi juga menarik perhatian wisatawan domestik maupun mancanegara.
Selain itu, hampir seluruh warga di Kampung Asei Besar, dari anak-anak hingga lansia telah mahir melukis di kulit kayu. Kenyataan ini menjadikan Khombouw sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Sentani.
Dengan diusulkannya Khombouw Papua sebagai warisan budaya tak benda nasional, harapan besar tertanam di dalamnya. Seni ini bukan hanya identitas Suku Sentani, tetapi juga bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang harus terus dijaga agar tetap hidup sepanjang masa. (Feri/R3/HR-Online/Editor: Eva)