harapanrakyat.com – Saat ini, keberadaan kalong atau kelelawar (Pteropus vampyrus) sangat jarang ditemui di pohon-pohon atau langit Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Padahal pada era 80-an hingga 90-an akhir, hewan bersayap ini masih sering mondar-mandir di langit Pangandaran, secara bergerombol.
Seperti yang diceritakan Satimin (45) atau yang akrab disapa Amin. Ia menjadi salah satu saksi, saat kalong menjadi hewan yang paling banyak diburu. Saat duduk di bangku SMP, Amin menjadi salah satu dari sekian banyak remaja Pangandaran yang suka berburu kalong.
Baca Juga: Sate Kalong Terbuat dari Apa? Kuliner Khas Cirebon Ini Ternyata Bukan dari Kelelawar Loh
“Karena ketidaktahuan waktu itu dan kalong ini dianggap hama, karena suka memakan buah-buahan milik warga,” ujarnya.
Ia mengatakan, kebanyakan remaja Pangandaran berburu Kalong dengan menggunakan layang-layang. Kemudian senarnya diberi kail pancingan.
“Panjang senarnya bisa sampai 10 meter. jadi kalong itu nantinya akan terjerat kail yang nempel di senar, lalu ditarik ke bawah,” ucapnya.
Setelah itu, warga akan mengkonsumsi daging kalong itu dengan cara dibakar, dirica-rica, atau digoreng. Menurut Amin, rasa daging kalong mirip dengan daging bebek. “Teksturnya sedikit kenyal, pokoknya mirip daging bebek,” tuturnya.
Kemudian empedunya biasa dijual untuk pengobatan alternatif, harganya bisa sampai Rp50 ribu. “Ukuran kalong bisa sampai 3 meter, biasanya bergelantungan terbalik di atas pohon,” jelasnya.
Kalong ini biasanya keluar menjelang Maghrib atau sore hari. Biasanya kemunculan hewan eksotis ini juga menjadi penanda menjelang berbuka puasa.
Baca Juga: Bupati Pangandaran Citra Pitriyami Akhirnya Ikut Retret di Magelang
“Kini hewan tersebut sudah jarang ditemui, mungkin karena perburuan, atau sumber makanannya juga berkurang,” terangnya. (Jujang/R7/HR-Online/Editor-Ndu)