Harapanrakyat.com,- Gas melon di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat langka. Ibu rumah tangga, pengecer, dan pangkalan kesulitan mendapatkan pasokan. Banyak warga terpaksa mencari gas hingga ke desa lain, namun tetap tidak mendapatkannya. Kelangkaan gas melon di Majalengka sangat merepotkan karena warga jadi kebingungan akibat tidak bisa memasak.
Yati, warga Giriasih, Kelurahan Majalengka Wetan, mengaku kebingungan karena gas di rumahnya habis. Pengecer langganannya sudah lima hari kehabisan stok. Akibatnya, ia harus membeli makanan jadi dari pedagang keliling karena tidak bisa memasak sendiri.
Demi memenuhi kebutuhan memasak, warga mencari berbagai cara untuk mendapatkan gas melon. Yati bahkan harus mengandalkan rice cooker untuk memasak mi instan bagi anaknya agar lebih hemat listrik.
Sementara itu, Diana, warga lainnya, berusaha mencari gas hingga ke Desa Tenjolayar, Kecamatan Sukahaji, yang berjarak lima kilometer dari rumahnya. Beruntung, anaknya berhasil memesan satu tabung terakhir di pangkalan.
“Pagi-pagi anak saya langsung pesan ke pangkalan. Kebetulan masih ada satu tabung, jadi langsung diamankan,” ujar Diana.
Baca Juga: Produksi Padi Majalengka Anjlok Akibat Cuaca Ekstrem dan Hama Tikus
Bagi Diana, harga gas yang mencapai Rp25.000 bukan masalah selama bisa mendapatkan stok dan pemasangan langsung dari pengecer.
Gas Melon di Majalengka Langka Akibat Stok Pangkalan Habis
Jaja, seorang pengecer, mengatakan, penyebab kelangkaan gas melon di Majalengka adalah karena pangkalan kehabisan stok. Akibatnya, ia harus rela berhenti berjualan gas LPG 3 Kg tersebut selama beberapa hari.
Jaja mengaku telah mencari ke beberapa tempat lain, tetapi hasilnya sama. Stok yang tersedia hanya cukup untuk kebutuhan warungnya sendiri.
“Kalau hanya ada satu atau dua tabung, saya pakai sendiri untuk masak dan usaha jualan mi. Jadi tidak bisa menjual ke warga,” kata Jaja.
Agar situasi kembali normal, pangkalan meminta distribusi gas berjalan seperti biasa tanpa libur. Jika ada hari libur, jumlah pengiriman berikutnya harus ditambah dua kali lipat agar pengecer tetap bisa menjual kepada masyarakat.
Di sisi lain, pengecer berharap pengiriman gas tetap lancar sesuai jadwal. Jika ada penundaan, pasokan harus ditambah agar stok tetap tersedia. Dengan distribusi yang stabil, pengecer tetap bisa melayani pelanggan, terutama mereka yang tinggal jauh dari pangkalan.
Baca Juga: Sejarah KH Abdul Halim, Pendiri PUI Asal Majalengka
“Konsumen tidak keberatan membayar lebih mahal asalkan gas tersedia dan bisa langsung dipasang di rumah,” ujar Uking, seorang pemilik pangkalan. (Feri Kartono/R7/HR-Online/Editor-Ndu)