harapanrakyat.com,- Local Media Community (LMC) Roadshow Class di Tasikmalaya mendorong sejumlah media dan puluhan konten kreator di Priangan Timur untuk mengambil peluang dari berbagai model bisnis media untuk keberlangsungan di era digital.
Editor In Chief Suara.com Suwarjono mengatakan, di era digital saat ini banyaknya media di daerah maupun konten kreator memberikan banyak sekali jalan untuk berekspresi.
Baca juga: Local Media Community Roadshow ke Tasikmalaya, Dorong Media Lokal dan Konten Kreator Manfaatkan AI
Selain itu, model bisnis yang mereka lakukan juga sangat beragam. Sehingga, memungkinkan bagi media daerah maupun konten kreator memilih model yang sesuai dengan karakter bisnisnya.
“Agar kita bisa berkembang dan maju bersama, kolaborasi antar media, baik di lokal, komunitas, provinsi, nasional, termasuk dengan konten kreator itu sangat penting. Apalagi saat ini perubahan di dunia digital begitu luar biasa cepat,” kata Suwarjono saat memaparkan marketing revenue di Aston Inn Hotel, Tasikmalaya, Kamis (14/11/24).
Memilih Model Bisnis Media
Berdasarkan pengalaman sekitar 10 tahun mengelola Suara.com, sambung Suwarjono, pihaknya mengalami berbagai masa transisi yang luar biasa di dunia publisher.
Bahkan, menurutnya saat ini media sedang mengalami masa sunset karena adanya disrupsi digital yang begitu terasa.
Meski di saat kondisi bisnis media tengah sunset, Suwarjono mengajak untuk menikmati keindahan dinamika yang sedang terjadi.
“Dengan bekal modal pengalaman itu, kita bisa melihat banyak model media yang bisa kita maksimalkan dan kita jangan sampai terlambat melakukan transformasi,” imbuhnya.
Dalam perkembangan bisnis media, Suwarjono membagi tiga disrupsi yang luar biasa mengubah pola bisnis publisher.
Pertama, sekitar tahun 2014-2017 terjadi disrupsi setelah hadirnya aggregator. Namun, tidak lama dari tahun tersebut, banyak dari mereka tutup dan muncullah disrupsi media sosial.
“Kemunculan medsos ini banyak mendorong kita untuk melakukan perubahan yang cukup signifikan. Contohnya saja, yang biasa kita mengolah teks, sekarang berbasis audio visual. Termasuk yang biasanya video landscape, sekarang tren posisinya potrait atau berdiri,” jelasnya.
Kemudian, di saat banyak media fokus optimasi medsos, muncullah disrupsi ketiga, yakni kehadiran AI atau kecerdasan buatan yang mengguncang dunia digital.
Kendati demikian, Suwarjono menilai transformasi adalah sebuah keniscayaan, sehingga media maupun konten kreator harus bisa mengikuti dan mengimbanginya.
Sementara itu, yang menjadi tantangan ke depannya adalah bagaimana media membangun kreativitas, konten, konektivitas, kolaborasi, komunitas dan teknologi.
“Agar kita tetap stabil dalam menjalankan model bisnis media, salah satu caranya adalah berkolaborasi. Jangan sampai kita tergantung mereka yang mudah buka tutup. Saya menilai, era visual masih besar peluangnya,” ujarnya. (Muhafid/R6/HR-Online)