Shuhaib bin Sinan merupakan keturunan pejabat dari Persia. Sahabat nabi ini hidupnya tentram dan bahagia, akan tetapi tidak berlangsung lama. Sebab, muncul tentara Romawi yang menyerang kerajaan dan menawan penduduknya.
Baca Juga: Nu’man bin Basyir, Sahabat Nabi yang Meriwayatkan 114 Hadits
Lalu di antara penduduk tersebut, Shuhaib yang diperjualbelikan oleh saudagar budak. Masa kanak-kanak hingga remaja ia habiskan di Romawi, hingga akhirnya berkelana ke Mekkah. Karena memiliki kepribadian yang jujur, cerdas dan rajin, ia dimerdekakan dan majikannya mengajaknya berniaga.
Shuhaib bin Sinan dan Keistimewaannya
Shuhaib bin Sinan ar-Rumi lama menetap di Romawi sebelum akhirnya hijrah ke Madinah. Ia merupakan seorang veteran perang Badar dan pejabat sementara khalifah ketika Umar bin Khattab terbunuh dan sebelum Utsman bin Affan menjadi khalifah.
Setelah 20 tahun menjadi budak, akhirnya dapat melarikan diri dan bergabung bersama umat Islam di Mekkah. Lalu Shuhaib meninggal pada bulan Syawal 38 H di Madinah.
Melakukan Jual Beli yang Menguntungkan
Shuhaib bin Sinan melakukan jual beli yang menguntungkan. Akan tetapi bukan soal kegiatan jual beli harta di dunia, namun tentang kerelaannya menukar harta untuk hijrah di jalan Allah.
Shuhaib menjadi orang terakhir yang hijrah di Madinah setelah Abu Bakar dan Rasulullah. Akan tetapi untuk menggagalkan rencana hijrah itu, orang Quraisy mengatur berbagai perangkap.
Akhirnya Shuhaib terjebak dalam perangkap dan tertinggal. Namun ia menawarkan untuk memberikan seluruh hartanya dari hasil berdagang selama puluhan tahun kepada kaum Quraisy. Kaum Quraisy pun tanpa pikir panjang langsung membiarkan Shuhaib pergi ke Madinah.
Rasulullah pun menyambutnya dengan penuh bahagia dan bersabda.
“Sungguh menguntungkan jual beli Abu Yahya. Betapa menguntungkan jual belinya”.
Saat itu, turunlah Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 207.
Menjadi Mualaf
Shuhaib bin Sinan adalah sahabat nabi yang merupakan mantan budak dari kerajaan Byzantium. Ia juga sebagai assabiqun al-awwalun atau pemeluk Islam yang pertama.
Neneknya berasal dari Arab dan merupakan keturunan dari keluarga terhormat. Namun neneknya pindah ke Iraq sebelum masuknya Islam.
Baca Juga: Hanzhalah bin Abu Amir, Jenazahnya Dimandikan oleh Malaikat
Sementara ayahnya berasal dari Bani Tamim dan menjadi hakim di Ulluah, Persia. Lalu ia mendapatkan nisbat ar-Rumi karena telah menetap lama di Romawi. Shuhaib bersama orangtuanya tinggal di istana yang ada di pinggir sungai Eufrat, yakni ke arah hilir Jazirah dan juga Mosul.
Shuhaib bin Sinan pada suatu ketika terlihat di pintu rumah Arqam bin Abil Arqam, yakni tempat Rasulullah berdakwah. Lantas Ammar bin Sinan mengajaknya untuk masuk.
Waktu itu, Rasulullah berdakwah tentang aqidah agama Islam. Semua sahabat nabi menjadi mualaf setelah mendengarkan dan meresapi dakwah tersebut, termasuk Shuhaib bin Sinan.
Menjadi Pribadi yang Baik
Shuhaib mendapat rahmat dari Allah SWT setelah masuk Islam. Ia juga mendapat pengaruh dari Rasulullah yang bosan dengan pesona barang baru dan kepalsuannya.
Sejak saat itu, ia menjadi penanggung uang tebusan, akhirnya banyak yang mengenalnya dalam barisan dermawan. Lalu ia juga mengatakan jika selalu ada dalam rombongan nabi Muhammad SAW.
Selain itu, ketika kaum muslim menghadapi masalah, ia berada di barisan paling depan. Sebaliknya, jika ada masalah di belakang, maka ia akan mundur paling belakang.
Prinsipnya sangat kuat bahwa tidak akan membiarkan Rasulullah dijangkau oleh musuh hingga waktunya kembali menemui Allah SWT.
Sesudah hijrah, Shuhaib ini menjadi pendamping setia Rasulullah SAW. Ia terkenal berani dan sangat andal menggunakan panah dan lembing.
Setelah Rasulullah wafat, ia menyumbangkan baktinya kepada Abu bakar dan Umar bin Khattab saat keduanya menjadi khalifah. Namun saat Umar memimpin sholat Subuh dan ditikam dari belakang, Shuhaib langsung terpilih sebagai pengganti imam.
Padahal waktu itu kaum muslimin belum dapat memutuskan siapa yang akan mengganti Umar sebagai khalifah. Namun Umar berkata kepada kaum muslimin agar tidak takut kepada Shubaib. Sebab, ia adalah hamba yang dimerdekakan dan tidak akan memperebutkan jabatan khalifah.
Baca Juga: Dihyah al Kalbi, Sahabat yang Sangat Dekat dengan Rasulullah
Dengan demikian, Shuhaib bin Sinan ini menebus dirinya menggunakan semua harta yang ia miliki dari Quraisy. Bahkan, harta yang ia peroleh kedepannya juga ia belanjakan di jalan Allah SWT dengan cara membantu fakir miskin. Pelajaran berharga dari kisah sahabat nabi ini adalah perjuangan untuk mencari rida Allah. (R10/HR-Online)