Di sebuah Desa Tasikmadu, tepatnya berlokasi di Dukuh Klamber terdapat makam keramat. Konon, makam tersebut merupakan makam milik putra kedua Sultan Seda Krapyak Mataram, Raden Gagar Manik. Pada artikel ini akan membahas sejarah Raden Gagar Manik hingga makamnya yang konon jasadnya masih utuh.
Baca Juga: Menguak Sejarah Nyai Subang Larang Istri Prabu Siliwangi
Mengulik Sejarah Raden Gagar Manik
Menurut sejarah lisan, Raden Gagar Manik adalah putra dari Sultan Seda Krapyak Mataram. Ia juga merupakan seorang santri atau murid dari Mbah Ibrahim Asmoroqondi yang merupakan ayahanda dari Sunan Ampel.
Menurut sejarahnya, Raden Gagar Manik di masa itu adalah seorang panglima perang yang melakukan penyerangan terhadap Kadipaten Tuban. Tujuannya adalah untuk menyatukan kembali kadipaten-kadipaten bawahan Mataram.
Hanya saja, Raden Gagar Manik memihak Tuban dan menetap di daerah tersebut hingga akhir hayatnya. Selain itu, kisah Raden Gagar Manik juga menceritakan jika ia memiliki sahabat, yaitu Empu Supa.
Empu Supa merupakan seorang pembuat keris-keris sakti. Berkat keahliannya dengan membuat benda tersebut, ia menjadi terkenal hingga di Kerajaan Mataram. Empu Supa sendiri membuat keris Sengkelat yang dianggap sebagai pusaka bertuah.
Sementara itu, Raden Gagar Manik disebut sebagai Pangeran Tundung mungsuh sebab memiliki kesaktian untuk mengembalikan musuh dari arah wilayah utara Jawa yang konon akan menyerang daerah Tuban.
Makam Pangeran Gagar Manik
Sejarah Raden Gagar Manik selanjutnya melalui makamnya. Tempat persemayaman itu berlokasi di wilayah pantai utara, Desa Tasikmadu, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban. Makamnya ramai dengan peziarah yang datang dari berbagai daerah.
Makamnya memiliki posisi yang unik dan sangat berbeda dengan makam lainnya sebab posisinya menjorok ke laut. Di sebelah kiri penuh dengan pohon yang rindang. Hal ini mampu membuat warga menyebutnya dengan Makam Pangeran Tundung Mungsuh.
Hanya saja, sebab makam tersebut berada di pesisir laut, separuh lebih makam yang ada di lokasi tersebut telah hilang karena terseret ombak dan air laut yang pasang. Bahkan makam Raden Gagar Manik yang menjadi situs utama saja saat ini telah berada di tengah laut.
Oleh sebab itu, untuk menjaga makam dan sejarah Raden Gagar Manik agar tetap lestari, warga membangun sebuah cangkup yang berfungsi untuk melindungi wilayah makam tersebut. Namun, beberapa waktu lalu air laut juga ternyata telah mencapai fondasi cungkup makam.
Bahkan fondasi dari mushola yang letaknya ada di sisi timur makam terlihat retak sebab terhantam ombak laut. Meskipun begitu, kini telah terpasang puluhan bis beton yang merupakan pemberian dari seorang peziarah. Bis beton tersebut bertujuan untuk penghalang ombak.
Sebelumnya, sepanjang tempat ziarah atau makam tersebut tidak terlihat adanya sea wall atau tanggul untuk menahan gelombang ombak laut yang permanen. Sea wall tersebut hanya terpasang berupa tumpukan batu dan juga sandbag yang tingginya hanya 1 meter.
Baca Juga: Sejarah Pangeran Antasari, Pemimpin Perang Banjar
Menurut kesaksian dari juru kunci, Mbah Mokhtar, kondisinya pun sudah sangat porak-poranda lantaran penahan tersebut tak mampu menahan gempuran ombak besar yang kadang tingginya bisa sampai tiga meter.
Mbah Mokhtar sendiri berharap agar pemerintah setempat bisa peduli dengan peninggalan sejarah, salah satunya persemayaman Raden Gagar Manik ini agar kondisi makam tetap terawat dan tidak hilang.
Kesaksian Lainnya Tentang Makam
Ada pula kesaksian dari juru kunci lain, yaitu Sasmito. Ia membenarkan bahwa beberapa waktu lalu wilayah sebelah barat yang agak landai itu telah termakan oleh air laut. Sejumlah warga setempat hingga pengunjung pun membantu Sasmito dan tiga juru kunci lainnya untuk menguruknya dengan pakai pasir.
Hal ini bertujuan agar akses jalan masuk menuju makam bisa kembali seperti semula dan dapat dilewati. Makam Tundung Mungsuh dan sejarah Raden Gagar Manik ini kelestariannya harus selalu terjaga sebab memiliki keterkaitan langsung dengan sejarah Kadipaten Tuban.
Jasadnya Masih Utuh dan Keberadaan Nisan
Konon, ada salah satu orang dari daerah Jombang datang ke makam, lalu meminta sang juru kunci untuk memindahkan makam ke lokasi yang saat ini menjadi tempat ziarah. Menurut cerita dari sang juru kunci terdahulu, ketika pemindahan berlangsung, jasad dari Pangeran Gagar Manik ini masih utuh.
Baca Juga: Sejarah Nyi Ageng Serang Pahlawan Ahli Siasat Perang
Selain itu, nisannya hanya bisa terangkat satu di bagian kaki. Sementara nisan bagian kepalanya tidak bisa terangkat. Hingga saat ini, nisan tersebut masih menancap dan berada di tengah laut, yang satunya terpasang di makam yang sekarang. Itulah sejarah Raden Gagar Manik dan makamnya yang menjadi spot ziarah. (R10/HR-Online)