Reaksi hidrolisis garam sebetulnya bukan istilah baru di dalam studi kimia. Selain itu, hal tersebut bahkan tidak lepas dari kehidupan sehari-hari. Sebab, garam menjadi salah satu bahan yang dekat di kehidupan manusia.
Baca Juga: Mikroplastik Primer dan Sekunder, Ancaman Bagi Lingkungan
Dengan demikian, garam memiliki berbagai kegunaan. Pemanfaatannya tersebut karena bahan ini telah melalui proses senyawa tertentu. Hal ini dapat terjadi karena adanya proses hidrolisis.
Mengenal Reaksi Hidrolisis Garam dan Jenis-Jenis Reaksinya
Ketika makanan terasa hambar, tentu perlu menambahkan garam supaya rasanya menjadi asin dan gurih. Salah satu senyawa garam yang paling umum yaitu NaCl atau populernya sebagai garam dapur.
NaCl sendiri adalah garam yang sifatnya netral. Ternyata selain itu ada beberapa jenis lainnya dengan sifat asam dan basa.
Pengertian Hidrolisis Garam
Seperti yang banyak orang ketahui, garam adalah senyawa dari reaksi netralisasi antara senyawa asam dengan basa. Senyawa bahan ini mempunyai sifat berbeda-beda. Mulai dari Ph hingga hidrolisis dari asam dan basa yang menyusunnya.
Hidrolisis sendiri berasal dari dua kata hydro dan lysis. Masing-masing memiliki arti air dan penguraian. Sederhananya, proses ini berarti penguraian senyawa garam di dalam air menjadi ion positif (kation) dan ion negatif (anion).
Sedangkan reaksi hidrolisis garam tersebut terbagi menjadi dua. Pertama adalah hidrolisis sempurna yang mana seluruh senyawanya terurai. Kemudian, untuk hidrolisis sebagian adalah ketika hanya sebagian senyawa garam yang terurai. Atau pada reaksi kimia memakai reaksi bolak-balik.
Asam Lemah – Basa Kuat
Ketika asam lemah bereaksi dengan basa kuat, garam yang dihasilkan akan mengalami hidrolisis parsial. Hal ini terjadi karena ion sisa dari asam lemah dalam larutan (seperti anion) memiliki kecenderungan untuk bereaksi dengan air. Lalu menghasilkan sedikit ion hidroksida (OH⁻).
Hal tersebut menyebabkan larutan garam menjadi sedikit basa. Contohnya adalah NaF, yang terbentuk dari reaksi antara asam lemah HF (asam fluorida) dan basa kuat NaOH (natrium hidroksida). Dalam larutan, anion F⁻ dari NaF akan bereaksi sebagian dengan air, menghasilkan sedikit ion OH⁻ dan membuat larutan bersifat basa.
Karena hanya reaksi hidrolisis garam sebagian, NaF tidak terurai sepenuhnya di air, tetapi larutan tetap menunjukkan sifat basa. Garam jenis ini sering berguna untuk mengontrol pH dalam proses kimia.
Asam Kuat – Basa Lemah
Dalam reaksi ini, garam yang terbentuk mengalami hidrolisis parsial. Namun berbeda dengan jenis sebelumnya, larutan garam ini cenderung bersifat asam. Hal ini karena kation dari basa lemah akan bereaksi dengan air, menghasilkan ion H⁺.
Contohnya adalah NH₄Cl (amonium klorida), yang terbentuk dari reaksi antara asam kuat HCl dan basa lemah NH₄OH (amonium hidroksida). Dalam larutan, ion NH₄⁺ dari NH₄Cl bereaksi dengan air dan melepaskan ion H⁺, sehingga membuat larutan bersifat asam.
Baca Juga: Perbedaan Zat Aditif dan Adiktif, Jangan Sampai Salah Memahami
Garam ini sering digunakan dalam industri untuk menghasilkan larutan asam lemah dan untuk pengaturan pH.
Asam Lemah – Basa Lemah
Reaksi antara asam lemah dan basa lemah menghasilkan garam yang mengalami hidrolisis total. Hal ini berarti bahwa garam yang terbentuk akan terurai sepenuhnya dalam air, menghasilkan ion-ion asam dan basa. Sehingga memengaruhi pH larutan secara seimbang.
Contoh garam jenis ini adalah NH₄F, yang terbentuk dari asam lemah HF dan basa lemah NH₄OH. Saat NH₄F dilarutkan dalam air, baik ion NH₄⁺ maupun F⁻ akan bereaksi dengan air, menyebabkan hidrolisis menyeluruh.
Karena kedua ion mengalami reaksi hidrolisis garam, pH larutan bisa mendekati netral atau sedikit condong ke asam atau basa. Hal ini tergantung kekuatan relatif asam dan basanya.
Asam Kuat – Basa Kuat
Ketika asam kuat bereaksi dengan basa kuat, garam yang dihasilkan tidak mengalami hidrolisis. Hal ini karena ion-ion yang terbentuk dalam larutan (seperti Na⁺ dan Cl⁻ pada NaCl) tidak memiliki kecenderungan bereaksi dengan air.
Dengan demikian, larutan garam dari asam kuat dan basa kuat biasanya bersifat netral, dengan pH mendekati 7. Contoh paling umum adalah NaCl, yang terbentuk dari reaksi antara HCl (asam kuat) dan NaOH (basa kuat).
HCl+NaOH→NaCl+H2O
Garam jenis ini tidak berpengaruh pada pH larutan dan sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada garam meja yang digunakan untuk memasak.
Baca Juga: Larutan Asam Basa Menurut Arrhenius dan Karakteristiknya
Itulah beberapa jenis dari reaksi hidrolisis garam di dalam ilmu kimia. Dengan memahami jenis-jenis reaksi tersebut, akan lebih mudah memprediksi sifat larutan garam berdasarkan komponen pembentuknya. Pengetahuan ini juga berguna dalam berbagai aplikasi industri dan laboratorium untuk pengaturan pH dan proses kimia lainnya. (R10/HR-Online)