harapanrakyat.com,- Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kota Banjar, Jawa Barat, merespons terkait kondisi pasar di Kota Banjar yang kini lesu akibat mengalami deflasi dan turunnya omzet penjualan para pedagang.
Anggota HIPMI Kota Banjar Cepi Mutakin mengatakan, kondisi lesunya pasar karena penurunan daya beli. Beberapa faktor di antaranya gap kesenjangan ekonomi terlalu tinggi.
Menurutnya jumlah uang yang beredar di masyarakat tetap bahkan terus bertambah karena terus dicetak. Namun tidak terdistribusi secara merata, mengendap di tangan golongan 1 persen atau kalangan atas.
Kalangan kelas bawah juga kurang antusias dalam inovasi produk. Kebanyakan hanya menjual produk-produk dalam bentuk barang jadi yang diambil dari produsen di kota besar lalu sedikit diolah dan dijual lagi.
Baca Juga: Harga Cabai Rawit Merah di Pasar Banjar Melejit Hingga Rp 85 Ribu, Bikin Emak-emak Kelabakan
Sehingga uang yang ada di kalangan kelas bawah kembali berputar ke kota-kota besar tempat di mana produk-produk tersebut dibuat oleh pabrikan milik golongan 1 persen.
“Ending-nya perputaran uang terhambat tidak balance karena uang banyak yang mengendap,” kata Cepi kepada, Jumat(11/10/2024).
“Kalangan bawah harus mulai berinovasi membuat produk karya sendiri. Tujuannya untuk menyuplai kebutuhan-kebutuhan kalangan atas agar perputaran uang bisa seimbang,” tambahnya.
Penyebab Pasar Lesu Menurut HIPMI Banjar
Kondisi lesunya pasar itu menurut HIPMI Banjar juga efek domino dari harga bahan baku yang terus naik, pajak dan iuran juga naik. Akhirnya warga lebih hemat berbelanja.
Kemudian pada era digital ini, pemasaran barang serba online dengan layanan yang mudah dan murah. Dampak dari itu, pedagang konvensional seiring waktu tersisihkan.
Belum lagi persaingan dengan pasar modern yang semakin menjamur, tentunya berdampak pada pasar tradisional.
“Solusinya ya diupgrade suasana pasar harus dibikin nyaman. Pasar modern juga harus dibatasi kalau tidak ya pasar tradisional akan sepi dan gulung tikar,” ujarnya.
Guna mengatasi kondisi menurunnya daya beli masyarakat, diperlukan intervensi dari pemerintah. Misalnya dengan membeli produk lokal, memperbanyak even kegiatan. Kemudian melakukan evaluasi secara mendalam terkait penyebab penurunan daya beli tersebut.
“Pemerintah dan para pelaku usaha juga harus saling support dan membuat gebrakan yang out of the box,” katanya. (Muhlisin/R9/HR-Online/Editor-Dadang)