Klasifikasi protein urine terbagi berdasarkan seberapa banyak kadar atau jumlah protein yang ikut terbuang ke luar tubuh bersama dengan urine. Umumnya ada dua klasifikasi utama yaitu normal dengan kadar protein yang tidak terlalu tinggi dan tidak normal karena kadar tinggi.
Baca Juga: Larutan Asam Basa Menurut Arrhenius dan Karakteristiknya
Bagi orang yang ingin mengetahui ia termasuk ke dalam kategori mana, maka harus melakukan pemeriksaan urine terlebih dahulu.
Klasifikasi Protein Urine yang Perlu Diketahui
Pada kondisi normal, protein tidak ditemukan pada urine karena zat tersebut merupakan zat penting sehingga tubuh tidak akan membiarkannya terbuang. Tubuh akan menyerap zat tersebut untuk menjalankan banyak tugas seperti membangun tulang dan otot, melawan infeksi, memperbaiki jaringan, dan lainnya.
Karena itu, tubuh akan benar-benar menyerap semua protein yang masuk dan tidak akan membiarkannya keluar tubuh dengan urine. Meskipun tubuh tidak akan membiarkannya terbuang, namun kadang kala sering dijumpai pada beberapa orang terdapat zat ini dalam urinenya.
Hal tersebut memang bisa terjadi karena beberapa penyebab bahkan terdapat dua kelompok terkait adanya kandungan zat tersebut dalam urine. Kedua kelompok tersebut yaitu normal dan abnormal atau yang kemudian kita kenal dengan istilah proteinuria. Berikut akan kita bahas keduanya:
Normal
Jika kadar protein dalam air seni jumlahnya 150 mg/hari atau 140 mg/hari pada anak-anak maka termasuk ke dalam kategori normal. Orang-orang yang termasuk ke dalam klasifikasi protein urine ini tidak perlu khawatir.
Karena kondisi tersebut masih tergolong normal dan aman. Kondisi ini bisa terjadi karena kerusakan organ ginjal, glomerulus maupun adanya masalah pada penyerapan kembali protein namun tidak terlalu parah.
Proteinuria
Jika kadar protein dalam air seni lebih dari 150 mg/hari bahkan hingga lebih dari 200 mg/hari maka termasuk kondisi tidak normal. Kondisi dalam kategori ini kemudian kita kenal dengan istilah proteinuria yaitu ketika kadar protein dalam air seni yang terlalu tinggi.
Proteinuria bisa terjadi karena adanya beberapa penyebab yang relatif tidak berbahaya namun juga bisa karena penyebab lebih serius lainnya. Penyebabnya yang tidak terlalu berbahaya misalnya seperti karena dehidrasi, peradangan, olahraga berat, maupun terpapar suhu dingin.
Sedangkan penyebabnya yang lebih serius seperti kerusakan ginjal, penyakit kardiovaskular, peradangan ginjal akut, gangguan kekebalan, kanker sel plasma, dan lainnya. Karena itu, klasifikasi protein urine ini bisa menjadi tanda masalah kesehatan pada tubuh terutama pada organ ginjal.
Orang yang mengalami proteinuria sendiri juga bisa merasakan beberapa gejala seperti lebih sering buang air, air seni berbusa. Kemudian terjadi pembengkakan pada wajah, perut, kaki, atau pergelangan kaki, nafsu makan berkurang, sesak napas, sering kelelahan, mual, dan lainnya.
Baca Juga: Perbedaan Kohesi dan Adhesi, Tarik-menarik Antar Partikel
Jika mengalami beberapa gejala tersebut maka wajib waspada dan memeriksakan tubuh karena bisa menandakan proteinuria maupun penyakit kronis lainnya.
Kategori Proteinuria
Kondisi Proteinuria sendiri juga terbagi menjadi 3 seperti berikut:
Glomerular
Proteinuria glomerular bisa terjadi karena adanya peningkatan permeabilitas dinding kapiler glomerulus yang kemudian terbagi lagi menjadi selektif dan non selektif. Selektif yaitu karena kerusakan glomerulus fase awal sehingga mampu meningkatkan ekskresi protein dengan molekul kecil yaitu transferin dan albumin.
Sedangkan non selektif karena kerusakan glomerulus fase lebih lanjut dan terjadi peningkatan ekskresi protein dengan molekul lebih besar, gamma globulin.
Klasifikasi Protein Urine Proteinuria Tubular
Proteinuria tubular bisa terjadi karena adanya kerusakan pada tubulus yaitu bagian dalam ginjal. sehingga menyebabkan gangguan penyerapan kembali protein. Kondisi ini bisa ditemukan pada pielonefritis, rejeksi pada transplantasi ginjal, nefritis interstisial, sindroma fanconi, keracunan logam berat, hingga TB ginjal.
Kondisi ini tidak bisa terdeteksi dengan strip urinalisis namun dapat terdeteksi dengan uji asam sulfosalisilat dan asam asetat.
Karena Produksi Berlebih
Proteinuria karena produksi berlebih bisa terjadi sebab adanya peningkatan produksi protein sehingga memenuhi saluran reabsorpsi di tubulus kontortus proksimal. Peningkatan jumlah filtrasi protein dengan berat molekul kecil nantinya akan melebihi kapasitas reabsorbsi tubular yang berada di ginjal.
Akibatnya bagian tubulus tidak mampu menyerap kembali protein dengan maksimal sehingga bisa terbuang bersama dengan air seni.
Baca Juga: Reaksi Eksoterm dan Endoterm, Ini Pengertian dan Ciri-cirinya
Klasifikasi protein urine secara umum terbagi menjadi dua yaitu normal dan tidak normal atau proteinuria. Normal yaitu ketika kadar protein dalam air seni kurang dari 150 mg/hari sedangkan proteinuria lebih dari batas tersebut. Proteinuria sendiri juga terbagi menjadi beberapa jenis yaitu glomerulus, tubulus, dan karena produksi berlebih. (R10/HR-Online)