harapanrakyat.com,- Herdi, orang tua siswa SDN 2 Kawalu, Kelurahan Talagasari, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat mengeluh lantaran mahalnya harga buku di sekolah anaknya.
“Anak saya disuruh beli buku dengan nominal Rp200 ribu, cuma sekarang ada diskon menjadi Rp 180 ribu. Ini buku untuk kelas 3 SD pembelajaran sampai bulan Desember,” kata orang tua siswa Herdi saat ditemui harapanrakyat.com, Senin (1/10/2024).
Baca Juga: Viral Polisi Kejar Pelaku Ganjal ATM di Mangkubumi Tasikmalaya
Herdi mengaku sempat bertanya-tanya lantaran mahalnya harga buku di sekolah anaknya. Sementara SD lain tidak ada jual beli buku yang harganya mahal.
“Kok di tempat sekolah anak ada buku yang diperjualbelikan dengan harga ratusan ribu? Ini bukan bukan buku pendamping, justru dipakai keseharian pelajaran itu dari buku ini. Bahkan anak saya pun kalau belajar karena belum punya buku ini, suka pinjem dari temannya,” terangnya.
Padahal, lanjut Herdi, menurut aturan, buku tidak boleh diperjualbelikan di sekolah dalam bentuk apapun.
Ia menjelaskan, banyak orang tua yang mengeluh harus beli buku, hingga ada yang terpaksa beli. Namun ada juga yang kurang mampu, harus membeli buku sampai terpaksa ngutang.
“Ada juga yang ngambil dulu bukunya nanti bayarnya dicicil. Kalau saya tidak ngambil dulu buku itu, karena ingin cari tahu dulu kenapa buku ini diperjual belikan. Memang pada saat rapat kesepakatan antara orang tua murid untuk membeli buku itu, saya tidak ikut,” sesalnya.
Ia menerangkan, buku tersebut kalau beli secara online di marketplace harganya hanya Rp 25 ribu, penerbitnya juga sama.
“Kasihan sama yang orang tidak mampu, bukan berarti saya tidak mampu. Beli 10 atau 20 kali lipat membeli buku ini bisa beli. Tetapi jangan disamakan dengan orang lain, mungkin orang lain ekonominya sedang kekurangan, makanya saya tidak dulu ngambil buku, karena ingin tahu kebenarannya,” ujarnya.
Jawaban Kepala Sekolah SDN 2 Kawalu Tasikmalaya Terkait Curhatan Orang Tua Siswa
Sementara itu Kepala Sekolah SDN 2 Kawalu, Darwan, membantah pihak sekolah telah memperjualbelikan buku.
“Hal itu (jual beli buku) tidak benar, karena itu sudah ada pertemuan antara pihak orang tua murid dan penerbit buku. Pembelian buku ini tidak diwajibkan,” katanya.
Darwan menegaskan, dari awal pihaknya tidak mewajibkan siswa membeli buku. Buku tersebut hanya sebagai pegangan.
“Dari awal juga kami tidak mewajibkan, tetapi untuk pegangan dan sebagainya silahkan, tetapi itu di luar kapasitas sekolah. Kurikulum merdeka, untuk panduannya bisa lihat dari Google, tetapi memang mungkin orang tua murid ingin yang lebih praktis,” jelasnya.
Sementara terkait harga buku yang mahal, Darwan mengaku tidak tahu menahu. Pasalnya buku dijual langsung oleh penerbit.
“Sekali lagi sekolah tidak menjual buku, kami sudah komitmen dengan orang tua, itu pun kalau seandainya kalau memerlukan untuk literatur silahkan. Tetapi di luar kapasitas, itu kerja sama antara penerbit dengan orang tua dan bayarnya juga tidak cash, tetapi dicicil. Kami hanya memfasilitasi saja,” terangnya.
Darwan menambahkan, pihak sekolah sudah mewanti-wanti orang tua siswa agar tidak berpikir sekolah menjual buku.
Baca Juga: Dituding Tak Bisa Berantas Judol, OJK Tasikmalaya Buka Suara
“Dari awal juga dengan orang tua siswa, kami sudah mewanti-wanti, jangan sampai mengira pihak sekolah menjual, tetapi kalau tidak ada buku tersebut tidak ada buku panduan, jadi anak-anak tidak bisa belajar. Kalau ada orang yang tidak mampu tidak diwajibkan,” pungkasnya. (Apip/R7/HR-Online/Editor-Ndu)