harapanrakyat.com,- Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup (DPRKPLH) Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, merespon soal limbah yang cemari Sungai Ciputrahaji.
Respon tersebut terkait aksi warga Desa Sukamukti Kecamatan Pamarican dan Desa Sindangsari Kecamatan Banjarsari, soal pencemaran sungai yang berasal dari limbah pengolahan tahu dan tempe.
Kepala DPRKPLH Kabupaten Ciamis Okta Jabal, mengaku bahwa pihaknya sudah memberikan edukasi dan pembinaan kepada pabrik pengolahan tahu dan tempe, yang ada di Sukasari, Kecamatan Banjarsari.
Baca Juga: Puluhan Warga Turun ke Sungai Ciputrahaji, Tuntut Pemkab Ciamis Serius Tangani Limbah
Bahkan, ia mengklaim kalau pemerintah daerah melalui DPRKPLH, telah melakukan pertemuan sampai 3 kali.
Saat itu, yang ikut pertemuan adalah Forkopimcam, desa setempat maupun para penggiat lingkungan hidup, termasuk para pelaku usaha.
“Saat itu disepakati dan diarahkan dalam pembinaan kami untuk limbah ampas tahunya harus dilakukan perbaikan instalasi pengolahan air limbah atau Ipal. Dan untuk yang belum, harus membuat Ipal-nya secara benar,” katanya kepada harapanrakyat.com, Senin (30/9/2024).
Soal Limbah yang Cemari Sungai Ciputrahaji, DPRKPLH Ciamis akan Terus Pantau Pembuatan Ipal
Menurutnya, upaya pendampingan tersebut mendapat respon baik. Sedangkan untuk progresnya, hingga saat ini baru membuat kolam-kolam filter aliran limbah.
“Mungkin ini sambil berjalan pembuatan Ipal-nya. Sedangkan pengolahan tahu dan tempe tetap berjalan atau melaksanakan kegiatan usahanya,” ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga akan terus memantau terkait masih terjadinya pencemaran limbah ke sungai.
“Kami besok hari Rabu rencananya akan kembali meninjau ke lapangan. Dan memastikan, sudah sampai sejauhmana perbaikan atau pembuatan Ipal yang pengusaha tahu tempe itu lakukan,” katanya.
Baca Juga: Kumpulkan Pelaku Pembuat Tahu dan Tempe, DPRKPLH Ciamis Larang Buang Limbah ke Saluran Irigasi
Sementara terkait dengan tuntutan warga, yang berharap agar pengusaha tahu tempe jangan dulu beroperasi sebelum pembuatan Ipal selesai, pihaknya mengaku akan melihat kondisi lapangan. Selain itu juga, mendengar komitmen dan tanggung jawab dari para pengusaha.
“Nanti kita lihat hari Rabu. Apakah opsinya itu produksinya bisa untuk ditunda dulu sebelum Ipal-nya selesai, atau kita melihat volume produksinya? Sambil nanti kita uji tingkat limbahnya melalui multi kontrol, dengan menggunakan alat lab yang ada di kita,” terang Okta.
Sedangkan untuk sanksi karena limbah yang cemari Sungai Ciputrahaji, pihaknya akan melihat sesuai tahapan. Bentuk pelanggaran bisa teguran lisan, tertulis sampai penundaan produksi.
Dan sampai yang terberat, adalah penutupan yang diakibatkan oleh pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku usaha.
“Makanya Rabu besok kita akan lihat dan menguji kadar limbahnya. Apakah masuk dalam kategori berat atau tidak? kan saat pertemuan waktu lalu itu sudah ada kesepakatan,” jelasnya.
Berkoordinasi dengan OPD Lain
Menurutnya, DPRKPLH Ciamis selama ini masih memaklumi ketika para pelaku usaha ini masih bandel dan tidak mengindahkan keluhan masyarakat. Seperti kejadian limbah yang cemari Sungai Ciputrahaji. Hal itu lantaran keterbatasan sumber daya manusia.
Namun meski begitu, ia akan terus melakukan pembinaan dan pertegas sesuai dengan hirarki apa yang menjadi kewenangan DPRKPLH Ciamis.
Selain itu, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan OPD lain yang terkait dengan teknis penindakan serta kebijakan.
“Misalkan dengan Satpol PP, dengan Dinas Perizinan sampai nanti laporan ke pimpinan tertinggi daerah,” ujarnya.
Okta juga mengimbau kepada para pelaku usaha, yang setiap usahanya menghasilkan limbah harus ada Ipal. Bahkan, pihaknya siap membantu mengedukasi untuk memberi arahan terkait pembuatan Ipal yang baik.
Meski selama ini, katanya, belum ada anggaran secara khusus untuk membantu pembuatan Ipal bagi para pengusaha UMKM yang membuahkan limbah.
“Namun insya Allah kedepannya itu akan menjadi pemikiran kami, terutama di sisi pembinaannya,” pungkasnya.
Baca Juga: Sungai Ciputrahaji Banjarsari Ciamis Tercemar Limbah Tempe, Airnya Hitam dan Bau
Sebelumnya, karena limbah tahu dan tempe cemari sungai Ciputrahaji, puluhan warga pun melakukan aksi protes, Minggu (29/9/2024).
Aksi tersebut sampai turun ke Sungai Ciputrahaji, sambil melihat langsung kondisi air yang berubah menjadi hitam. Bukan hanya itu, sungai tersebut pun mengeluarkan aroma bau menyengat. (Suherman/R5/HR-Online/Editor: Adi Karyanto)