Sejarah Sultan Ageng Tirtayasa tidak terpisahkan dari perjuangannya melawan Belanda. Ia terkenal sebagai sosok yang gigih dalam melawan Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC).
Baca Juga: Kisah Orang Sunda Jadi Gubernur Jakarta Kontroversial, Dijuluki Gubernur Maksiat
VOC sendiri merupakan perusahaan dagang yang mempengaruhi perkembangan politik dan ekonomi Belanda. VOC berdiri untuk menguasai pelabuhan serta kerajaan-kerajaan di Indonesia.
Sejarah Sultan Ageng Tirtayasa Sosok yang Memerangi Belanda
Sultan Ageng Tirtayasa terkenal sebagai musuh utama Belanda. Ia memimpin peperangan melawan kolonialisme Belanda, akibat perjanjian monopoli perdagangan yang merugikan Kesultanan Banten.
Biografi Singkat
Sejarah Sultan Ageng Tirtayasa lahir pada tahun 1931 di Kesultanan Banten. Ia merupakan putra dari Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad dan Ratu Martakusuma. Setelah ayahnya wafat, ia menjadi sultan muda yang bergelar Pangeran Dipati.
Kemudian setelah kakeknya wafat, Sultan Ageng Tirtayasa diangkat sebagai Sultan Banten ke-6. Ia bergelar Sultan ‘Abdul-Fattah al-Mafaqih.
Nama Sultan Ageng Tirtayasa bermula saat ia mendirikan sebuah keraton baru di wilayah dusun Tirtayasa. Lokasi keraton tersebut berada di Kabupaten Serang, Banten.
Masa Pemerintahan
Dalam sejarahnya, Sultan Ageng Tirtayasa berhasil mencapai masa pemerintahan yang berjaya. Ia melakukan modernisasi pada Banten dengan menjadikannya pusat kegiatan muslim di Indonesia.
Pada masa pemerintahannya, Sultan Ageng Tirtayasa mengirim putranya ke Mekah untuk kemudian pergi ke Turki. Hal tersebut guna menjalin hubungan kerjasama dan membangun kekuatan utama Islam.
Di bawah pemerintahannya, Kesultanan Banten aktif dalam menjalin kerjasama dengan berbagai kesultanan dan negara di luar Nusantara. Tercatat bahwa Banten pernah menjalin kerjasama dengan Turki, Inggris, Aceh, Makassar, Arap, dan berbagai kerajaan lainnya.
Prestasi terbesar dalam masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa adalah penataan perdagangan luar negeri. Ia dengan terbuka menerima pedagang dari berbagai negara di pelabuhan Banten, termasuk pedagang dari Britania, Denmark, dan Prancis.
Dalam bidang ekonomi, Sultan Ageng Tirtayasa berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan membuka lahan sawah baru. Selain itu, ia juga mendorong pengembangan sistem irigasi untuk mendukung pertanian.
Dalam bidang keagamaan, Sultan Ageng Tirtayasa menunjuk Syekh Yusuf sebagai mufti serta penasehat kesultanan. Ia mempercayakan Syekh Yusuf untuk memberikan pendidikan agama kepada anak-anaknya.
Selain peran sebagai pendidik, Syekh Yusuf juga dianggap sebagai tokoh penting di lingkungan kerajaan. Bahkan, Sultan Ageng Tirtayasa menikahkan putrinya, Siti Syarifah dengan Syekh Yusuf.
Melawan Perjanjian Monopoli Dagang
Sejarah Sultan Ageng Tirtayasa telah berkuasa di Kesultanan Banten selama periode 1651-1683. Ia memimpin berbagai perlawanan terhadap Belanda yang menerapkan perjanjian monopoli perdagangan.
Baca Juga: Sejarah TB Simatupang, Pahlawan Nasional Indonesia
Perjanjian tersebut merupakan upaya VOC untuk menguasai jalur perdagangan. Tidak hanya itu, perjanjian monopoli juga mengatur jenis barang yang diperdagangkan serta mengendalikan harga jual dan belinya.
Perjanjian tersebut sangat merugikan Kesultanan Banten. Oleh sebab itu, Sultan Ageng Tirtayasa menolak perjanjian tersebut. Kemudian ia menjadikan Banten sebagai pelabuhan terbuka.
Perjuangan Melawan VOC
Tahun 1671, Sultan Ageng Tirtayasa menugaskan putranya, Sultan Haji untuk mengurus masalah dalam negeri Banten. Namun, Sultan Haji malah menjalin kerjasama dengan VOC.
Berkat bantuan tersebut, Sultan Haji mampu merebut kekuasaan Banten dan menjadi raja di Istana Surosowan. Sebagai imbalan dukungan VOC, Sultan Haji harus menandatangani perjanjian dengan beberapa ketentuan.
Kesultanan Banten harus menyerahkan Cirebon kepada VOC, memberikan monopoli lada, serta menarik mundur pasukan dari pantai Priangan. Jika melanggar perjanjian, Banten akan terkena denda sebesar 600.000 ringgit.
Hal tersebut membuat Sultan Ageng Tirtayasa beserta rakyatnya berusaha mengambil alih Kesultanan Banten. Tahun 1682, ia berhasil mengepung istana Surosowan.
Namun, VOC datang memberikan bantuan. Akibatnya, pasukan Sultan Ageng Tirtayasa terpaksa harus mundur. Hal tersebut juga menjadikannya sebagai buronan Belanda.
Setelah itu, Sultan Ageng Tirtayasa bersama pasukannya melarikan diri ke Rangkasbitung. Selama kurang lebih satu tahun ia gigih melawan kekejaman VOC.
Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap oleh Belanda pada tahun 1683 dan dipenjara di Batavia. Selama bertahun-tahun, ia menjalani hukuman di penjara tanpa adanya kebebasan. Hingga akhirnya, Sultan Ageng Tirtayasa meninggal dunia di penjara pada tahun 1692.
Baca Juga: Kisah Raja Jawa Amangkurat I, Tiran hingga Membantai Para Ulama
Sejarah Sultan Ageng Tirtayasa tidak lepas dari perannya dalam memajukan Kesultanan Banten. Ia juga terkenal gigih melawan monopoli perdagangan VOC yang sangat merugikan bagi masyarakat Banten. (R10/HR-Online)