Sejarah pembangunan jembatan Ampera di Palembang memiliki latar belakang yang berhubungan masa penjajahan Jepang. Jembatan Ampera berlokasi di Kota Palembang, Sumatra Selatan tepatnya di atas Sungai Musi.
Baca Juga: Sejarah Istana Negara Indonesia di Jakarta, dari Fungsi hingga Gaya Arsitektur Bangunan
Jembatan ini menghubungkan dua sisi daerah yaitu seberang Ulu dan seberang Ilir yang terpisah oleh Sungai Musi. Selain sebagai ikon terkenal kota Palembang, Jembatan Ampera juga merupakan simbol bersejarah dan lambang kebanggaan masyarakat di sana.
Sejarah Pembangunan Jembatan Ampera di Indonesia
Pembangunan infrastruktur Jembatan Ampera pertama kali dimulai pada tahun 1962 atas persetujuan presiden pertama Indonesia, Ir Soekarno. Konsep rancangan jembatan sudah ada sejak zaman Gemeente Palembang pada tahun 1906. Namun proses pembangunannya tidak berjalan mulus dan mengalami banyak hambatan.
Pada tahun 1930-an, kegiatan sosial ekonomi hingga perairan di Kota Palembang sudah berkembang pesat. Hal ini terbukti dengan adanya bangunan seperti rumah sakit, pasar, hingga kapal-kapal di perairan Palembang. Tidak hanya itu, di tepian sungai terdapat perahu atau sampan, hingga pinas yang berlabuh di sana.
Bagi masyarakat Palembang saat itu, sungai menjadi salah satu tempat untuk mengembangkan perekonomian. Hal ini dengan memanfaatkan sungai sebagai tempat perdagangan atau jual beli.
Kegiatan Perdagangan di Sungai Musi
Salah satu sungai di Kota Palembang yaitu Sungai Musi, di mana terhubung dengan sungai lain seperti Sungai Komering dan Sungai Ogan. Sungai Musi menjadi tempat berlabuh perahu-perahu beragam wilayah, baik yang berasal dari wilayah kota hingga daerah pedalaman.
Peran penting Sungai Musi sebelum sejarah pembangunan jembatan Ampera yakni sebagai lalu lintas perdagangan kapal-kapal luar wilayah. Pusat Kota Palembang memiliki posisi yang strategis.
Dengan demikian, berbagai kegiatan perdagangan masyarakat memiliki peluang yang besar. Para pedagang di Sungai Musi yang berperahu membentuk sebuah komunitas. Mayoritas pedagang berasal dari daerah pedalaman.
Baca Juga: Sejarah Tugu Proklamasi, Awal Mula Hingga Pembongkarannya
Pedagang tersebut melakukan kegiatan jual beli sayuran maupun yang lain dengan menyusuri sungai-sungai. Namun, seiring berjalannya waktu, kegiatan perdagangan ini mulai surut dan mengalami perubahan.
Sebelumnya adanya Jembatan Ampera, transportasi masyarakat Palembang mayoritas menggunakan jalur laut, seperti dengan kapal atau perahu untuk menyeberangi sungai. Hal ini juga menumbuhkan peluang kerja baru bagi masyarakat karena banyak yang membuka jasa penyeberangan.
Hal tersebut juga sangat berguna untuk memfasilitasi masyarakat yang ingin melakukan berbagai kegiatan seperti sekolah, berdagang, dan lain-lain.
Awal Mula Perancangan Jembatan
Sejarah pembangunan Jembatan Ampera tidak terlepas dari gagasan Walikota Palembang, Le Cocq de Ville. Pada masa itu, Le Cocq sudah berpikir untuk membangun sebuah sarana transportasi darat untuk menghubungkan seberang ulu dan seberang ilir. Namun, sayangnya gagasan tersebut tidak terealisasikan hingga Belanda pergi dari Indonesia.
Pada tahun 1956, terdapat pembahasan kembali mengenai pembangunan jembatan di atas Sungai Musi tersebut. Kemudian pada tahun 1957 mulai terbentuk panitia yang didampingi langsung oleh Walikota Palembang masa itu, M. Ali Amin.
Presiden Soekarno memberikan izin untuk lokasi pembangunan jembatan yang mencakup wilayah ulu hingga ilir menuju jalan Sudirman. Soekarno berharap jembatan Sungai Musi tersebut bisa bertahan hingga 100 tahun. Sehingga, perancang jembatan ini merupakan seorang pakar yang berasal dari Jepang dan ahli dalam pembangunan jembatan.
Mulainya Pembangunan dan Penamaan Jembatan
Pada tahun April 1962, Jembatan Ampera mulai dibangun di atas Sungai Musi dengan menggunakan dana rampasan dari perang Jepang. Jembatan Ampera diresmikan pada 10 November 1965 oleh Gubernur Sumatra Selatan, Brigg Yazid Bustomi.
Pada masa Orde Baru, jembatan di atas Sungai Musi ini berganti nama menjadi Jembatan Ampera yang merupakan kepanjangan dari (Amanat Penderitaan Rakyat). Banyak makna mengenai nama tersebut, salah satunya yaitu kedua sisi jembatan yang digunakan mahasiswa untuk berkumpul menyuarakan penderitaan masyarakat.
Baca juga: Monumen Tugu Kebulatan Tekad di Rengasdengklok, Pernah Jadi Markas PETA
Sejarah pembangunan jembatan Ampera mencerminkan dinamika politik, sosial, bahkan ekonomi di Indonesia. Sejak diresmikan, jembatan ini menjadi salah satu ciri khas dan identitas Kota Palembang dengan harapan agar pembangunan di sektor lain juga seimbang. (R10/HR-Online)