Jika Anda mengenal Ali Sadikin sebagai Gubernur Jakarta yang kontroversial akibat kebijakannya melegalkan judi, mungkin Anda akan terkejut dengan fakta yang satu ini. Ali Sadikin merupakan orang Sunda pertama yang dianggap sukses jadi Gubernur Jakarta.
Sosoknya dikenal kharismatik dan membuat orang segan. Ia datang dari kalangan militer dan berhasil menyulap Jakarta menjadi kota modern. Meskipun saat ia memimpin, anggaran sangat kecil.
Baca Juga: Profil Ali Sadikin, Gubernur Jakarta yang Melegalkan Judi
Selain sukses memimpin Jakarta, Ali Sadikin juga dikenal sebagai gubernur dengan kebijakannya yang kontroversial.
Ia pernah melegalkan judi dan kasino yang waktu itu dananya ia gunakan untuk pembangunan berbagai fasilitas di Jakarta.
Profil Ali Sadikin, Orang Sunda yang Sukses Jadi Gubernur Jakarta
Mengutip dari, “100 Tokoh Yang Mengubah Indonesia: Biografi Singkat Seratus Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah Indonesia Di Abad 20” (2005), Ali Sadikin merupakan sosok yang keras namun simpel. Menurut Sukarno, Ali Sadikin adalah sosok yang koppige vent, koppig atau keras kepala.
Ali Sadikin sendiri lahir di Sumedang, Jawa Barat pada tanggal 7 Juli 1927. Sejak kecil memang Ali Sadikin bercita-cita menjadi seorang pelaut. Inilah yang membuatnya masuk ke Sekolah Tinggi Pelayaran pada masa pendudukan Jepang.
Ketika masa perang kemerdekaan ia masuk menjadi anggota BKR-Laut yang kemudian menjadi TNI-AL.
Selama masa Agresi Militer Belanda hingga penumpasan Permesta ia dikenal sebagai salah satu tentara yang gagah berani.
Ia dengan gagah berani memberondong senapan mesin kepada lawan-lawannya. Hal inilah yang membuat rekan-rekannya menamakannya “Gaya Hollywood”.
Ali Sadikin memang prajurit yang tangguh, ia tidak hanya dipercayai oleh rekan-rekan militernya, melainkan juga oleh Presiden Sukarno.
Pada tahun 1963-1966, ia menjabat sebagai Menteri Perhubungan Laut dan Menteri Koordinator Urusan Maritim.
Pasca jabatan tersebut, Soekarno kemudian mempercayai Ali Sadikin untuk memimpin Jakarta dengan segala permasalahannya. Meskipun, ketika itu Jakarta sangat terbatas dari segi anggaran, namun Ali Sadikin berhasil memimpin Jakarta sejak diangkat jadi gubernur pada 1966 dan berakhir pada 1977.
Baca Juga: Sejarah Rumah Proklamasi, Jejak Kemerdekaan di Jakarta
Lahir di Kalangan Menak Sunda
Ali Sadikin memang sosok yang unik, ia lahir dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga Menak atau kalangan bangsawan Sunda.
Meskipun, tumbuh dalam kehidupan masyarakat Sunda, ia tak segan-segan memimpin Ibukota Jakarta kala itu.
Mengutip dari, “Ali Sadikin – Soal Judi Adalah Tanggung Jawab Saya Pribadi kepada Tuhan” (2020), Ali Sadikin dilantik menjadi Gubernur Jakarta dengan segala permasalahannya. Mulai dari lalu lintas yang minim dan buruk, jalanan berlubang, pemukiman kumuh, gang becek dan kotor hingga krisis ekonomi dengan inflasi mencapai angka 650%.
Tak hanya itu, Ali Sadikin juga hanya digelontorkan dana sebesar Rp 66 juta dan harus menghidupi sekitar 24.700 pegawai Jakarta.
Namun, Ali Sadikin kemudian mengambil langkah yang radikal dan berani dengan cara melegalkan judi.
Alasannya tentu saja untuk menambah sumber pemasukan pajak bagi Jakarta yang minim dana ketika itu. Tak hanya itu, ia membuka kasino-kasino sebagai bagian dari kebijakan legalisasi judi. Namun kasino tersebut dikontrol dengan ketat.
Selain itu, Ali Sadikin juga mengeluarkan kebijakan untuk melokalisasi para pekerja seks komersial sehingga bisa dikontrol sepenuhnya oleh pemerintah daerah.
Kebijakan inilah yang membuat Ali Sadikin dijuluki sebagai gubernur maksiat. Namun, Ali Sadikin tak gentar dan berhasil menyulap Jakarta menjadi kota metropolitan.
Gubernur yang Senang Dikritik
Ali Sadikin memang orang nomor satu di ibukota Jakarta kala itu, namun jabatan tersebut tak membuatnya anti terhadap kritikan.
Bahkan, Ali Sadikin lah yang mendukung LBH Jakarta dan pers yang kala itu gencar melakukan kritikan terhadap pemerintah Jakarta.
Ali Sadikin meyakini bahwa LBH Jakarta merupakan sarana penting perlindungan hukum bagi masyarakat kala itu yang belum sepenuhnya berpendidikan.
Mereka harus mendapatkan perlindungan hukum dari lembaga independen seperti LBH Jakarta yang dananya seringkali berasal dari sumbangan sukarela.
Mengutip dari, “Ali Sadikin: Gubernur Jakarta yang Melampaui Zaman” (2023), Ali Sadikin sempat menerima ratusan gugatan selama periode jabatannya sebagai gubernur.
Kritikan dan gugatan itu datang bahkan dari lembaga-lembaga yang ia dukung termasuk LBH Jakarta dan pers.
Ali Sadikin melihat bahwa melalui lembaga independen tersebutlah pemerintahan yang ia pimpin dapat dikontrol. Ali Sadikin juga seringkali melihat permasalahan Jakarta melalui berita-berita yang muncul di surat kabar.
Media massa menjadi salah satu cara Ali Sadikin melihat realitas permasalahan dan kritikan yang disampaikan oleh masyarakat.
Baca Juga: Sejarah Istana Negara Indonesia di Jakarta, dari Fungsi hingga Gaya Arsitektur Bangunan
Ali Sadikin memang figur pejabat publik yang berbeda dari pejabat-pejabat saat ini. Sosoknya yang berkharisma dan berprinsip membuat ia disegani bahkan oleh lawan-lawan politiknya.
Orang Sunda yang jadi Gubernur Jakarta ini juga tak anti terhadap kritikan dan gemar dalam berdebat. Tak jarang pula Ali Sadikin berdialog untuk menerima saran dan kritikan masyarakat. (Azi/R7/HR-Online/Editor-Ndu)