harapanrakyat.com,- Plafon rumah milik Enceng Dikdik Rohendi di Dusun Kertaharja, Desa Kertahayu Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat ambruk, Jumat (13/9/24).
Ambruknya plafon rumah Enceng tersebut akibat kondisi konstruksi bangunan sudah lapuk dan tidak kuat menahan beban berat.
Beruntung, saat ambruknya plafon rumah tersebut, seluruh keluarga tidak terkena reruntuhan.
Baca juga: Atap Rumah Warga Pamarican Ambruk Setelah Diguyur Hujan
Sekretaris Desa Kertahayu Kusnadi mengatakan, ambruknya plafon rumah Enceng terjadi sekitar pukul 14:30 WIB.
“Tadi saat tengah berada di bendungan untuk memantau kegiatan pembersihan sampah, kami mendapatkan kabar jika rumah milik Enceng ini ambruk. Makanya kami langsung menuju lokasi,” katanya.
Rumah Rusak Sejak Gempa Pangandaran
Menurut Kusnadi, rumah milik Enceng telah tercatat mengalami kerusakan sejak terjadinya gempa Pangandaran beberapa tahun yang lalu. Pihaknya pun mengaku sejak kejadian itu sudah melaporkan kondisi rumah Enceng ke dinas terkait.
“Namun sejak itu tidak ada kelanjutan atau pun bantuan untuk keluarga Enceng. Hingga akhirnya hari ini plafonnya ambruk,” terangnya.
“Dari seluruh konstruksi bangunan terlihat sudah lapuk, kayu-kayunya juga sudah pada keropos,” kata Kusnadi menambahkan.
Lantaran seluruh konstruksi atap rumah Enceng sudah dalam kondisi keropos dan sebagian lagi sudah mulai ambruk, pihaknya kini mengungsikan keluarga Enceng ke rumah kerabatnya.
“Seluruh konstruksi bangunannya sudah lapuk, sehingga rumah ini tidak layak untuk dihuni. Rencananya besok akan kita ungsikan ke rumah kerabatnya. Sedangkan kita di sini akan membongkar atapnya,” imbuhnya.
Sementara itu, kondisi Enceng hidup bersama dua orang anak perempuan kembar yang usianya sudah masuk dewasa. Apalagi keduanya mengalami gangguan mental secara psikologis.
“Sejak Enceng berpisah dengan istrinya, kehidupan Enceng kian terpuruk. Ia tidak mempunyai pekerjaan rutin, dalam keseharian ia mengurus kedua anaknya yang kembar dalam kondisi labil. Karena itu ia tidak bisa merenovasi rumah yang ia tempati bersama kedua anaknya ini. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari pun Enceng hanya kerja serabutan” katanya.
Menurut Kusnadi, kedua anak Enceng itu alami depresi sejak kedua orang tuanya bercerai.
Dalam kesehariannya, lanjutnya, kedua anak kembar ini selalu berada di dalam rumah. Jika melihat orang itu kayak yang ketakutan, makanya pihaknya merasa kasihan.
“Seperti ada trauma yang mengganggu kejiwaannya. Mungkin harus dibawa ke psikiater untuk mendapatkan pengobatan, kasihan mentalnya harus dipulihkan,” ungkapnya. (Suherman/R6-Online)