harapanrakyat.com,- Pangandaran sebagai destinasi pariwisata, memang telah berkomitmen untuk menerapkan standar pariwisata berkelanjutan dunia. Hal tersebut, sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Sedangkan untuk mencapai tujuan tersebut, Institut Teknologi Bandung (ITB) pun beri pendampingan. Tim pelaksana pengabdian masyarakat dari ITB ini dipimpin oleh Budi Faisal, yang juga merupakan ahli pariwisata.
Budi mengatakan, pendekatan ini bertujuan tidak hanya untuk menarik wisatawan saja. Tetapi juga, sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal melalui pariwisata yang ramah lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Baca Juga: Survey Jalur Reaktivasi Rel KA Banjar-Cijulang, Bappeda Pangandaran Kaji Moda Transportasi Shuttle
Namun menurutnya, penerapan standar tersebut di lapangan penuh tantangan. Padahal, menerapkan standar pariwisata berkelanjutan dunia tidak dapat dilakukan secara instan.
Pasalnya, membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, pelaku usaha pariwisata, dan masyarakat.
“Untuk mencapai keberhasilan, diperlukan upaya yang keras, koordinasi yang baik. Selain itu juga, peningkatan kesadaran dan partisipasi aktif dari masyarakat lokal,” kata Budi kepada harapanrakyat.com, Jumat (20/9/2024).
Komitmen ITB Membawa Pangandaran sebagai Destinasi Pariwisata Berkelanjutan
Menurutnya, pendidikan dan pelatihan mengenai pentingnya pariwisata berkelanjutan, serta pengembangan infrastruktur yang mendukung standar tersebut, menjadi kunci utama dalam mencapai tujuan ini.
“Selain itu, pengawasan dan evaluasi secara berkala juga diperlukan. Hal tersebut, agar standar pariwisata berkelanjutan, benar-benar dapat diterapkan dengan konsisten di lapangan,” ujarnya.
Lanjutnya menambahkan, bahwa pada tahun 2023, Pemkab Pangandaran bersama Kementerian Pariwisata, memulai penilaian destinasi pariwisata berkelanjutan, dengan dukungan dari Indonesia Sustainable Tourism Council (ISTC).
Hasil penilaian tersebut, masih terdapat banyak aspek dalam indikator pariwisata berkelanjutan yang perlu ditingkatkan agar sesuai dengan standar yang diharapkan.
Baca Juga: Dampak Isu Megathrust, Okupansi Hotel di Pangandaran Menurun
Sedangkan ITB sebagai Sustainable Tourism Observatory (STO) yang UNESCO tetapkan, telah mendampingi penerapan konsep pariwisata berkelanjutan di Pangandaran sejak 2017.
“Namun, program ini mengalami hambatan selama pandemi COVID-19,” jelasnya.
Selain itu, kata Budi, prioritas Kementerian Pariwisata yang berfokus pada pemulihan sektor pariwisata pasca-pandemi, turut mempengaruhi kelancaran program tersebut.
Meskipun demikian, pihaknya tetap berkomitmen untuk mendukung Pangandaran dalam mencapai status sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan tetap konsisten.
“Kita melanjutkan pendampingan dalam penerapan standar pariwisata berkelanjutan di Kabupaten Pangandaran. Yaitu pada tahun 2024, ITB melalui Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, khususnya melalui Pusat Perencanaan dan Pengembangan Kepariwisataan,” paparnya.
Tim dari ITB tersebut, bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Pangandaran. Kerja sama itu, untuk memberikan pendampingan dalam melengkapi dokumen dan catatan, terkait berbagai indikator yang telah Indonesia Sustainable Tourism Council sampaikan.
Ia menjelaskan, tujuan dari kegiatan pengabdian ini, adalah untuk mendorong Pangandaran menjadi destinasi pariwisata yang lebih siap menghadapi perkembangan. Sekaligus, mempertahankan kualitas pengelolaan yang sesuai dengan standar global.
“Diharapkan, dengan adanya pendampingan ini, Pangandaran dapat meningkatkan daya saingnya sebagai destinasi pariwisata yang berkelanjutan dan berkualitas,” jelasnya.
Standar Destinasi Pariwisata Berkelanjutan
Menurutnya, pentingnya standar destinasi pariwisata berkelanjutan, menjadi semakin krusial dalam menghadapi pertumbuhan dan perubahan permintaan wisatawan pasca COVID-19.
Standar ini memastikan bahwa destinasi wisata dapat dikelola secara optimal dan berkelanjutan.
“Selain itu juga, tetap menarik bagi wisatawan global yang semakin peduli dengan aspek keamanan, kualitas lingkungan, dan tanggung jawab sosial,” ujarnya.
Baca Juga: Cocok untuk Wisata Camping, Ini Keindahan Pantai Madasari Pangandaran
Budi menyebut, bahwa ada 4 standar utama yang harus Pemkab Pangandaran penuhi jika ingin diakui sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan. Antara lain, standar pengelolaan yang berkelanjutan, standar sosial ekonomi. Kemudian, standar budaya dan standar lingkungan yang berkelanjutan.
Menurutnya, keempat standar ini harus dipenuhi secara bersamaan. Terutama untuk destinasi seperti Pangandaran, yang memiliki karakter unik dan daya tarik utama berupa keindahan alamnya.
“Pangandaran sebagai destinasi pesisir, juga memiliki tantangan lingkungan yang spesifik. Seperti mitigasi bencana alam akibat potensi gempa dari megathrust,” ujarnya. (Madlani/R5/HR-Online/Editor: Adi Karyanto)