Sejarah permainan congklak cukup menarik untuk kita kupas. Permainan tradisional congklak, yang memiliki berbagai sebutan di seluruh dunia, merupakan salah satu warisan budaya yang kaya dan penuh nilai. Di Indonesia, permainan ini sudah terkenal luas dan masyarakat mainkan sejak berabad-abad lalu.
Sehingga menjadi bagian integral dari kehidupan sosial dan budaya masyarakat. Asal mula permainan congklak masih menjadi topik yang diperdebatkan oleh para sejarawan.
Baca Juga: Sejarah Lagu Bubuy Bulan, Makna hingga Fakta Menariknya
Beberapa teori mengemukakan bahwa permainan ini mungkin berasal dari Timur Tengah atau Afrika dan menyebar ke Asia Tenggara melalui jalur perdagangan kuno. Bukti arkeologis menunjukkan bahwa permainan serupa, yang populer dengan nama Mancala, telah dimainkan di Mesir Kuno sekitar 1400 SM.
Sejarah Permainan Congklak dan Pengertiannya
Congklak adalah salah satu permainan tradisional yang dulu sangat populer. Permainan ini menggunakan papan kayu dengan 14 hingga 16 lubang, dengan tambahan dua lubang besar di ujungnya.
Dalam congklak, biji-bijian atau batu kecil dipindahkan dari satu lubang ke lubang lain secara berurutan mengikuti arah putaran. Permainan ini banyak masyarakat Jawa mainkan di masa lalu. Biasanya jumlah pemainnya ialah dua orang.
Anak-anak lain yang ada di sekitar sering kali ikut menyaksikan permainan ini, menjadikannya sumber hiburan yang seru dan menyenangkan di zamannya. Sayangnya, permainan tradisional ini kini sudah tidak populer bahkan bisa kita katakan hampir punah.
Banyak anak-anak saat ini lebih memilih permainan modern melalui ponsel. Padahal, permainan tradisional memiliki banyak manfaat untuk perkembangan anak, mulai dari pengembangan keterampilan berpikir hingga fisik.
Untuk mengenang dan memperkenalkan kembali permainan ini, berikut kami rangkum berbagai informasi menarik tentang congklak yang penting untuk Anda ketahui.
Sejarah Congklak
Setelah memahami congklak secara umum, penting untuk mengetahui sejarah permainan ini. Meskipun banyak yang mengira bahwa congklak berasal dari Indonesia, sebenarnya permainan ini telah melalui berbagai jalur penyebaran sebelum menjadi populer di Indonesia.
Banyak yang meyakini congklak berasal dari kebudayaan kuno Timur Tengah dan menurut perkiraan sudah ada sejak 7000 hingga 5000 SM. Permainan ini kemudian menyebar ke daratan Afrika dan akhirnya mencapai negara-negara Asia melalui para pedagang.
Saat tiba di Indonesia, anak-anak bangsawan yang memiliki kontak dengan para pedagang tersebut sering memainkan permainan ini. Di Timur Tengah, permainan ini terkenal dengan nama Mancala, yang berarti “bergerak.”
Sementara di Indonesia, permainan ini lebih populer sebagai congklak atau dakon, terutama di kalangan masyarakat Jawa. Berbeda dengan Jawa, masyarakat di Sumatera menyebut permainan ini sebagai Congkak.
Di Lampung terkenal sebagai Dentuman Lamban dan di Sulawesi bernama Makaotan, Maggaleceng, atau Aggalacang. Di berbagai negara lain, permainan ini juga memiliki beragam nama yang berbeda.
Filosofi Permainan
Dalam sejarahnya, permainan congklak memiliki filosofi mendalam. Menurut situs warisanbudaya.kemdikbud.go.id, 7 lubang dan 7 biji di setiap lubang melambangkan jumlah hari dalam seminggu, mengajarkan bahwa semua orang memiliki jatah waktu yang sama.
Baca Juga: Sejarah Nasi Tumpeng, Punya Falsafah dan Makna Mendalam
Saat pemain mengambil biji dan mengisikannya ke lubang lain, termasuk lubang induk, ini menggambarkan bahwa tindakan kita hari ini akan mempengaruhi masa depan kita dan orang lain. Permainan ini juga mengajarkan prinsip memberi dan menerima, serta pentingnya kejujuran.
Pemain hanya boleh mengambil biji satu per satu, mengajarkan kita untuk jujur dalam menjalani hidup. Selain itu, congklak membutuhkan strategi, mencerminkan bahwa hidup adalah persaingan, namun bukan untuk bermusuhan.
Pemenang congklak, yang memiliki biji terbanyak di lubang induk, melambangkan mereka yang memiliki amal kebaikan paling banyak dalam hidup.
Cara Bermain
Setelah memahami sejarah permainan congklak, berikut adalah cara bermainnya. Congklak dimainkan oleh dua orang yang duduk berhadapan di belakang papan congklak.
Setiap lubang kecil di papan berisikan 5 hingga 7 biji, biasanya dari biji sawo, kerang, atau batu kecil. Sedangkan dua lubang besar di ujung papan dibiarkan kosong. Permainan berawal dengan kedua pemain bergantian memindahkan biji-biji dari satu lubang ke lubang lainnya secara berurutan searah jarum jam.
Setiap lubang diisi satu biji hingga biji yang pemain genggam habis. Permainan berlanjut hingga salah satu pemain kehabisan biji. Permainan juga bisa berhenti kapan saja jika kedua pemain sepakat. Pemenangnya adalah pemain yang memiliki jumlah biji terbanyak di akhir permainan.
Tujuan Permainan
Tujuan permainan congklak adalah mengumpulkan biji sebanyak mungkin di rumah sendiri. Permainan berakhir ketika semua lumbung kosong, dan pemain dengan biji terbanyak di rumahnya merupakan pemenang.
Congklak memiliki nilai budaya dan pendidikan yang mendalam. Menurut jurnal “Pendidikan dan Kebudayaan” (2018), permainan ini mengajarkan strategi, perencanaan, dan keterampilan berhitung, serta melatih motorik halus dan memfasilitasi interaksi sosial yang mempererat hubungan antar pemain.
Baca Juga: Sejarah Tari Remo dari Jawa Timur, Kaya Makna dan Filosofi
Secara budaya, congklak sering dimainkan dalam acara adat dan upacara tradisional, menjadi bagian dari warisan budaya yang diwariskan antar generasi. Sebagai permainan yang kaya akan makna dan sejarah, permainan congklak bukan hanya sarana hiburan, tetapi juga simbol identitas budaya yang penting untuk kita lestarikan bagi generasi mendatang. (R10/HR-Online)