Tak sedikit orang yang penasaran tentang bagaimana sejarah Hari Raya Galungan. Pada dasarnya, peristiwa tersebut merupakan hari raya keagamaan untuk umat Hindu di Indonesia. Hal inilah yang membuat perayaan tersebut melekat di hati masyarakat Indonesia, khususnya umat Hindu.
Baca Juga: Sejarah Hari Anak Nasional, dari Kowani Menuju Masa Depan
Hanya saja, perayaan ini tidak selalu berlangsung pada suatu tanggal. Hal ini karena perayaannya berlangsung tiap 210 hari sekali. Maka dari itu, tanggal maupun bulan perayaannya bisa berbeda-beda di tiap tahunnya.
Sejarah Hari Raya Galungan dan Penjelasannya
Sejarahnya terlihat dalam laman resmi Desa Jagapati. Di laman tersebut menyebut bahwa asal-usulnya berasal dari kisah raja di zaman dulu.
Raja tersebut memiliki kesaktian yang sangat kuat. Hal ini karena ia adalah keturunan raksasa yang memimpin jagat Bali.
Raja ini sendiri bernama Raja Mayadenawa. Dengan kesaktian yang kuat tersebut, ia jadi raja yang angkuh dan kejam.
Raja dalam sejarah Hari Raya Galungan ini juga tidak mengizinkan rakyatnya untuk menyembah dewa. Hal ini membuat semua rakyatnya merasa takut dan hidup sengsara.
Pendeta yang bernama Mpu Sangkul atau Sangkul Putih ingin berupaya mengakhiri penderitaan rakyat. Untuk mewujudkan hal tersebut, ia meminta bantuan Dewa Indra.
Dewa Indra yang sangat sakti pun berhasil menumbangkan sang raja. Hal inilah yang jadi simbol kebenaran menang dalam melawan kejahatan.
Tujuan dan Penamaan
Jika mencermati akun Instagram @pt.dharmalautanutama_perak, terungkap bahwa perayaan ini merupakan hari raya keagamaan untuk umat Hindu. Tujuan perayaannya ialah memperingati terbentuknya alam semesta maupun semua isi yang ada di dalamnya.
Bukan hanya itu, akun ini juga menjelaskan bahwa tujuan perayaannya ialah memperingati kemenangan dharma atau kebenaran dalam melawan adharma (kejahatan). Dengan tujuan perayaan tersebut, sejarah Hari Raya Galungan ini memiliki arti tersendiri terkait istilah katanya.
Untuk kata galungan sendiri asalnya dari bahasa Jawa kuno. Artinya ialah bertarung.
Ada juga yang menyebutnya dengan dungulan. Istilah ini artinya menang.
Lalu jika meninjau akun Instagram @balichannel, ada penjelasan dari Parisadha Hindu Dharma. Penjelasan tersebut menyebut upacara ini memiliki arti Pawedalan Jagat ataupun Oton Gumi.
Akan tetapi, hal ini bukan berarti jagat tercipta di hari Budha Keliwon Dungulan, namun di hari tersebut umat Hindu yang ada di Bali perlu menghaturkan maha suksemaning idepnya ke Ida Sang Hyang Widhi. Hal ini tak lain atas terciptanya dunia dan segala isinya.
Bentuk Perayaan
Dalam sejarah Hari Raya Galungan, rupanya perayaan ini berlangsung tiap 210 hari sekali. Jatuhnya saat hari Rabu Kliwon dan berlangsung dua kali dalam setahun.
Untuk bentuk perayaannya pun, biasanya umat Hindu memasang hiasan penjor tepat di depan rumah. Banyak juga yang memasangnya di tepi jalan.
Baca Juga: Sejarah Hari Pajak di Indonesia, dari Masa Kerajaan hingga Republik
Penjor sendiri merupakan hiasan yang terbuat dari bambu untuk menyambut perayaan tertentu. Penjor ini memang mudah ditemukan ketika berada di Bali.
Makna Perayaan
Selain sejarah, Hari Raya Galungan juga memiliki makna tersendiri. Maknanya ialah jadi salah satu bentuk rasa syukur yang umat Hindu panjatkan kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa.
Hal ini karena karunia Ida Sanghyang Widhi Wasa, maka bisa ada dunia dan segala isinya. Karena hal itu, perayaan ini tidak hanya dilakukan oleh umat Hindu yang ada di Bali, melainkan di seluruh penjuru Indonesia.
Perayaan pertama kalinya berlangsung di tahun 882. Hal ini sesuai dengan lontar Purana Bali Dwipa.
Terlepas dari hal itu, perayaan ini juga memiliki inti tersendiri. Intinya ialah manusia harus bisa mengendalikan nafsunya.
Hal tersebut berkaitan dengan nafsu buruk sebagaimana sejarah Hari Raya Galungan. Mulai dari keinginan untuk berkuasa, keinginan merebut milik orang lain, hingga keinginan selalu menang dengan segala cara.
Fakta Perayaan
Salah satu faktanya terungkap lewat akun Instagram @balichannel. Akun ini menyebut bahwa sejarahnya masih misteri.
Namun jika mempelajari pustaka-pustakaan seperti halnya Panji Amalat Rasmi pada zaman Jenggala abad ke XI di Jawa Timur, rupanya sudah pernah merayakan peringatan ini. Lalu saat pararaton zaman akhir Kerajaan Majapahit di abad ke XVI juga pernah merayakannya.
Baca Juga: Sejarah Kebo Bule Surakarta, Perayaan Malam 1 Suro
Setelah simak uraian di atas, pastinya bisa mengetahui bagaimana sejarah Hari Raya Galungan. Perayaan tersebut sangat penting bagi umat Hindu yang ada di Indonesia. Untuk itu, tidak ada salahnya mengenalnya. (R10/HR-Online)