Tugu Kebulatan Tekad di Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat merupakan salah satu monumen peringatan terhadap peristiwa yang terjadi di sekitar kemerdekaan Indonesia. Peristiwa tersebut adalah penculikan Soekarno dan Moh. Hatta.
Tak hanya itu, daerah ini juga merupakan markas bagi Pasukan Pembela Tanah Air atau PETA yang menjadi salah satu kekuatan pendukung selama masa kemerdekaan.
Untuk menghargai perjuangan ini, pemerintah membangun Monumen Tugu Kebulatan Tekad yang menggambarkan perjuangan rakyat Indonesia.
Baca Juga: Konflik Golongan Tua dan Muda, Peristiwa Penting Jelang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Sejarah Monumen Tugu Kebulatan Tekad di Rengasdengklok
Peristiwa penculikan Soekarno dan Moh. Hatta ke Rengasdengklok menjadi salah satu peristiwa yang menggemparkan di sekitar kemerdekaan Indonesia.
Saat itu tidak banyak yang mengetahui golongan muda mengasingkan Soekarno dan Moh. Hatta sebelum peristiwa proklamasi kemerdekaan RI.
Meskipun alasannya adalah untuk mengamankan Soekarno, namun kesan ini seolah-olah merupakan alibi atas aksi penculikan terhadap tokoh sentral Indonesia kala itu.
Salah satu cara untuk mengenalkan peristiwa penculikan dan sejarah kota Rengasdengklok ini, maka dibangunlah Monumen Tugu Kebulatan Tekad.
Mengutip dari, “Monumen Perjuangan Daerah Jawa Barat” (1987), Sebuah tangan (kiri) mengepal dan mengacung ke langit, seakan-akan berteriak: “Merdeka!” Monumen yang tampak tegar itu mulai dibangun pada tahun 1950.
Pembangunan monumen ini sebenarnya tidaklah terlalu lama. Karena berselang dua bulan, tepatnya 17 Agustus 1950, Wakil Presiden Indonesia yaitu Moh. Hatta meresmikan monumen tersebut.
Biaya pembangunan monumen berasal dari hasil gotong royong masyarakat Rengasdengklok ini menghabiskan dana sebesar Rp. 35.000.
Pemugaran kembali dilakukan pada tahun 1972. Pada pemugaran yang pertama ini dilakukan atas inisiatif dari Legiun Veteran RI dan Kodim 0604 Karawang.
Pasca pemugaran pertama, monumen ini tidak pernah tersentuh lagi oleh pemerintah daerah Karawang. Pemugaran kembali baru dilakukan pada tahun 1984 ketika kondisi monumen telah rusak.
Bagi masyarakat Karawang, monumen ini merupakan monumen penting bagi sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Pernah Menjadi Markas PETA
Alasan lainnya terkait aksi penculikan ke Rengasdengklok ini adalah karena wilayah ini merupakan daerah dengan tingkat keamanan yang tinggi.
Baca Juga: Sejarah Hari Veteran Nasional dan Peristiwa Gencatan Senjata
Bahkan, daerah Rengasdengklok ini menjadi daerah yang berani mengibarkan bendera merah putih. Padahal kala itu pasukan Jepang masih bersenjata lengkap di Indonesia.
Aksi penurunan bendera Jepang dan pengangkatan bendera merah putih terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945. Kesatuan PETA Chudan Soebeno dan barisan pelopor pimpinan Masrin Hasani mennurunkan bendera Jepang tersebut dan menggantinya dengan bendera merah putih.
Meskipun terlihat sederhana, nyatanya penurunan bendera “Hinomaru” tersebut sangat berisiko.
Mengutip dari, “Sejarah Jawa Barat Untuk Pariwisata” (1974), Daerah Rengasdengklok menjelang proklamasi sendiri menjadi markas PETA. Kala itu Komandan Umar Bachsan menjadi pemimpin PETA di Rengasdengklok.
Hal inilah yang membuat posisi Soekarno dan Moh. Hatta sebenarnya cukup aman dari pengaruh Jepang. Keduanya berada tidak jauh dari markas PETA, yaitu di rumah Djiau Kie Song.
Riwayat sejarah inilah yang menggambarkan betapa pentingnya Monumen Tugu Kebulatan Tekad di Rengasdengklok.
Nilai Filosofi
Monumen Tugu Kebulatan Tekad ini sebenarnya juga sering terkenal dengan nama Monumen Rengasdengklok hingga Monumen Proklamasi. Meskipun terlihat sederhana namun terdapat makna filosofis yang mendalam pada monumen tersebut.
Bagian tundangan tugu pada monumen ini menjadi simbol bagi perjuangan masyarakat Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan.
Pada bagian badan tugu yang berbentuk segi empat memiliki arti kesatuan perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan.
Monumen ini juga berbentuk bulatan yang menjadi simbol bagi kebulatan tekad para pejuang dalam merebut kemerdekaan.
Baca Juga: Sejarah Hari Pramuka 14 Agustus, Tokoh Penting hingga Kontribusi Pramuka bagi Indonesia
Kepalan tangan kirinya memiliki makna kemerdekaan bangsa Indonesia. Tak hanya itu pada bagian monumen ini juga terdapat rantai dan tiang yang menjadi arti satu ikatan antara rakyat dengan Pancasila. (Azi/R7/HR-Online/Editor-Ndu)