harapanrakyat.com,- Daya beli masyarakat di sejumlah daerah termasuk di Kota Banjar, Jawa Barat, disebut sedang menurun. Salah satu yang menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat, karena adanya deflasi.
Di Kota Banjar sendiri, sejumlah kebutuhan pangan disebut mengalami penurunan harga atau deflasi hingga minus 0,04 persen.
Baca Juga: Optimistis Inflasi di Jawa Barat di Batas Target Atas Hingga Akhir Tahun
Kondisi deflasi tersebut, tercermin dari laporan yang Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setda Pemkot Banjar sampaikan.
Melemahnya daya beli masyarakat hingga minus 0,04 persen itu, menandakan kondisi ekonomi masyarakat di Banjar sekarang ini sedang-sedang tidak baik-baik saja.
Kepala Bagian Ekonomi dan Pembangunan Setda Kota Banjar, Tatang Nugraha mengatakan, menurunnya harga kebutuhan pangan hingga deflasi tersebut, terjadi di bulan Juni sampai dengan minggu kedua Agustus ini.
Baca Juga: Terpilih Jadi Ketua Kadin, Erman Bertekad Gaet Investor Majukan Ekonomi Kota Banjar
Berdasarkan data Indeks Perkembangan Harga (IHM), ada sejumlah komoditas kebutuhan pokok yang berkontribusi menjadi penyumbang deflasi. Seperti daging ayam, telur, gula pasir, dan bawang merah.
“IHM dari Juni sampai dengan minggu kedua Agustus tercatat minus 0,04 persen atau deflasi,” kata Tatang kepada harapanrakyat.com, Kamis (16/8/2024).
Apa Faktor Penyebab Daya Beli Masyarakat di Kota Banjar Menurun?
Lanjutnya menjelaskan, bahwa deflasi tersebut merupakan kondisi, di mana ketersediaan barang atau stoknya melimpah, harganya juga stabil. Namun permintaan konsumen terhadap barang di tingkat pasar sedikit.
Adapun yang menjadi penyebab deflasi, salah satunya karena dalam rentang waktu tersebut kebanyakan masyarakat tengah menghadapi berbagai kebutuhan. Terutama persiapan memasuki tahun ajaran baru sekolah.
Sehingga masyarakat lebih memprioritaskan kebutuhan pendidikan dan menahan diri, dengan tidak berbelanja pada sektor yang lain. Kondisi deflasi yang berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat tersebut, menurutnya tidak hanya di Kota Banjar. Namun juga terjadi di daerah yang lain di Priangan Timur.
Meski pada periode tersebut mengalami deflasi, ia memastikan sementara ini masih terkendali. Bahkan, tidak sampai berdampak pada melambatnya kondisi ekonomi di Kota Banjar.
“Faktornya ditunjang kemarin itu momen masuk sekolah. Jadi warga banyak yang prioritas ke sana dulu. Sementara ini masih terkendali,” jelasnya.
Baca Juga: Dukung Ekonomi Lokal, Mahasiswa STISIP Bina Putera Banjar Latih Digital Marketing UMKM di Sidaharja
Lebih lanjut ia mengatakan, pada periode tersebut, pihaknya juga mencatat sejumlah kebutuhan pangan mengalami inflasi atau kenaikan harga. Seperti cabe rawit merah, cabe merah, dan minyak curah.
Inflasi tersebut disebabkan karena sejumlah daerah pemasok belum memasuki masa panen. Sehingga, mempengaruhi ketersediaan barang di tingkat pasar dan meningkatnya biaya produksi.
“Untuk komoditas pangan yang lain relatif stabil. Kami juga dari pemerintah sudah membuat program untuk menekan inflasi. Salah satunya program PAKAYA dan intervensi pasar,” katanya. (Muhlisin/R5/HR-Online/Editor: Adi Karyanto)