harapanrakyat.com,- Founder CiGMark Research Setia Darma menilai para kandidat di Pilbup Purwakarta 2024 perlu mewaspadai Anne Ratna Mustika. Inkamben ini berpotensi menang melenggang.
Setia Darma menyampaikan hal itu saat dimintai pendapat mengenai hasil survei sebuah lembaga beberapa waktu lalu. Hasil survei itu menunjukan elektabilitas Anne Ratna Mustika masih memimpin dari kandidat lain.
Sebelumnya, LSI Denny JA menyampaikan hasil survei Pilbup Purwakarta. Anne Ratna Mustika memperoleh elektabilitas 32,7 persen dengan simulasi 6 calon. Kemudian ada BinZein diangka 22 persen, Abang Ijo 11 persen dan lainnya di bawah 10 persen.
Darma menyebut, dengan elektabilitas yang dimiliki Ambu Anne, para kandidat lain harus bekerja ekstra. Mengingat para kandidat lain rata-rata punya problem pengenalan.
Menurut pandangan Darma, Anne Ratna Mustika sangat berpotensi menang pada Pilbup Purwakarta. Namun ada beberapa catatan untuk Ambu Anne untuk menang.
Baca Juga: Ambu Anne Siap Maju Lagi di Pilkada Serentak 2024 untuk Rebut Kursi Bupati Purwakarta
Anne harus konsisten turun ke bawah untuk menyapa rakyat dengan sejumlah program andalan. Selanjutnya Anne juga harus pintar dalam memilih pendampingnya.
“Tentunya itu penting, suka tidak suka, mayoritas pemilih kategorinya irrasional. Pemilih ini memilih kandidat bukan dari visi misi, namun emosional antara kandidat dengan publik,” tuturnya.
Potensi Anne Ratna Mustika Menang di Pilbup Purwakarta
Selain itu, Anne juga diuntungkan dengan posisi gendernya yakni perempuan good looking. Anne yang murah senyum dan juga ramah kepada orang saat menyapa.
Darma pun mencontohkan Airin di Banten. Menurut analisis hasil survei, mayoritas publik menjatuhkan pilihan kepada Airin bukan dari visi misi, namun karena kesukaan terhadap personal figur.
Mengenai isu negatif yang muncul dialamatkan kepada Anne, menurut Farma itu bisa terjadi. Tapi dari fakta yang ada mayoritas publik tetap menyukai Anne.
Darma juga menyoroti soal pengaruh tokoh Purwakarta terhadap pilihan publik. Sebut saja pengaruh Dedi Mulyadi, menurutnya, tak mudah untuk mengkonversi dukungan tokoh terhadap elektabilitas seorang kandidat. Terlebih lagi apabila kandidat yang mendukung memiliki masalah negatif yang sama.
“Pilkada itu adalah kekuatan personal figur kandidat. Mau mendapat dukungan dari siapa atau partai apa, tapi figurnya lemah atau bermasalah tetap tidak dipilih dan juga sebaliknya,” pungkasnya. (R9/HR-Online/Editor-Dadang)