Al Barra bin Ma’rur merupakan tokoh yang sangat terkemuka di zaman kenabian. Al Barra terkenal sebagai sosok yang cerdas, berani dan tegas memegang prinsip-prinsip agama. Ia juga menjadi sahabat karib Rasulullah SAW dalam proses penyebaran Islam pasca berhijrah.
Baca Juga: Abu Ayyub Al Anshari, Sahabat Nabi yang Tangguh dan Dermawan
Salah satu jasa terbesar Al Barra di awal masa kejayaan Islam adalah penentuan arah kiblat ke Ka’bah. Penasaran seperti apa kisahnya? Langsung saja kita ulas secara lengkap pada artikel berikut ini.
Mengenal Sosok Al Barra bin Ma’rur
Baiat Aqabah II yang berlangsung pada tahun 622 M menjelma menjadi peristiwa penting. Bagaimana tidak, Baiat Aqabah II menandai hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Kota Mekkah ke Madinah.
Baiat tersebut menegaskan ikrar setia kaum Anshar untuk melindungi sekaligus membela Rasulullah beserta agama Islam tanpa terkecuali. Proses Baiat sendiri dihadiri oleh 75 orang dari Yatsrib. Salah satunya adalah Al Barra bin Ma’rur yang cukup terpandang di eranya.
Menurut keterangan sejarah, Al Barra berasal dari kalangan Bani Salamah. Ayah sahabat Rasulullah lainnya, yakni Bisyr bin Al Barra’ ini, dulunya adalah petinggi Suku Bani Salamah. Tak heran jika perannya dalam penyebaran Islam di wilayah Madinah sangatlah besar.
Pelopor Kiblat Ka’bah
Hal yang begitu melekat dari sosok Al Barra hingga sekarang adalah kontribusinya menjadikan Ka’bah sebagai kiblat shalat. Jauh sebelum Rasulullah menerima wahyu untuk mengganti kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah, ia sudah lebih dulu merasakan ketertarikan.
Al Barra merasa bahwa Ka’bah merupakan tempat yang paling layak untuk kiblat. Mengingat sejarah serta kedudukannya yang begitu istimewa sejak zaman Ibrahim.
Dengan keyakinan yang kuat, Al Barra bin Ma’rur mulai mengajak para sahabat untuk ikut shalat menghadap Ka’bah. Namun sayang, ajakan itu tak mendapat sambutan baik. Banyak dari para sahabat yang merasa ragu sehingga memilih tetap berpegang pada kiblat sebelumnya.
“Wahai sahabat, aku berpendapat tidak akan meninggalkan Ka’bah berada di belakang punggungku. Bahkan aku tidak mampu berhenti dari shalat menghadap kepadanya.” Seru Al Barra.
“Namun Demi Allah, kami memperoleh informasi jika Rasulullah SAW menunaikan shalat menghadap ke Syam (Baitul Maqdis). Sehingga kami tidak ingin menentangnya.” Jawab para sahabat yang lain.
Kegigihan Mempertahankan Keyakinan
Kendati menghadapi berbagai penolakan, Al Barra tidak pernah menyerah. Ia tetap menunaikan shalat dengan menghadap Ka’bah. Tak lupa berdoa dan memohon petunjuk kepada Allah SWT atas apa yang selama ini ia yakini.
Baca Juga: Yazid bin Abi Sufyan, Panglima Tangguh dan Gubernur yang Adil
Perdebatan mengenai arah kiblat di antara para sahabat sampai kepada Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah SAW pun bersabda, “Engkau sudah berada dalam kiblat, jika bersabar terhadapnya.”
Tak lama setelah mengucap sabdanya, Rasulullah SAW mengajak Al Barra bin Ma’rur kembali menghadap ke Syam (Baitul Maqdis). Karena Rasulullah yang memerintah, maka tak ada alasan baginya untuk membantah. Selanjutnya Al Barra pun shalat menghadap pada kiblat awal.
Hingga suatu ketika, doa dan usahanya terkabul. Nabi Muhammad SAW dalam sebuah kesempatan menerima wahyu yang memerintahkan untuk mengganti kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah.
Saat kabar tersebut terdengar oleh telinga Al Barra, ia tentu merasa sangat bersyukur dan gembira. Keyakinan yang selama ini ia pegang ternyata benar adanya. Hal tersebut semakin memperkuat iman dan ketaatan Al Barra kepada Allah SWT.
Dermawan Hingga Akhir Hayat
Selain teguh dalam pendirian akan kebenaran, sosok Al Barra bin Ma’rur adalah orang yang kaya namun dermawan. Ia tak pernah menggunakan kekayaannya untuk kesenangan sendiri, melainkan demi kebaikan agama Islam.
Salah satu bentuk kemurahan hatinya adalah ketika ia menginfakkan seluruh hartanya. Sebelum menghembuskan napas terakhir, Al Barra mengumpulkan harta yang dimiliki. Dengan penuh kesadaran dan keikhlasan, ia membagikan harta tersebut.
Adapun rincian pembagiannya meliputi 1/3 untuk Rasulullah, 1/3 sebagai bekal perjuangan Islam dan 1/3 warisan anak-anaknya. Namun, Rasulullah mengembalikan bagian tersebut kepada ahli waris Al Barra.
Baca Juga: Uqbah bin Amr Sahabat Nabi yang Ahli Berpolitik, Fiqih dan Militer
Kisah Al Barra bin Ma’rur di atas sangat menginspirasi kita semua untuk senantiasa meneladani sifat-sifat terpujinya. Terutama tentang keyakinan dan kedermawanan. Semoga kita dapat mengikuti jejak langkah Al Barra dalam bertaqwa kepada Allah SWT serta mengimani agama Islam. (R10/HR-Online)