Abu Ayyub Al Anshari adalah tokoh yang cukup populer di era kenabian. Bagaimana tidak, Abu Ayyub bukan hanya menjadi sahabat karib Rasulullah SAW. Namun, ia juga berjasa besar dalam mendukung perkembangan ajaran Islam di Kota Madinah.
Baca Juga: Yazid bin Abi Sufyan, Panglima Tangguh dan Gubernur yang Adil
Salah satu pengorbanan yang cukup berharga yaitu memberikan rumahnya sebagai persinggahan pertama Muhammad SAW pasca berhijrah. Mari kita ulas lebih detail tentang sosok Abu Ayyub pada artikel berikut.
Mengenal Lebih Dekat Sosok Abu Ayyub Al Anshari
Hijrahnya Rasulullah SAW merupakan peristiwa yang sangat penting dalam sejarah Islam. Momen ini tidak hanya menandai perpindahan Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah saja. Melainkan juga berdampak pada perkembangan Islam yang kian pesat dan luas.
Kendati demikian, peristiwa hijrah bukanlah hal yang mudah. Rasulullah SAW kerap menemui berbagai kendala terutama soal logistik. Beruntung, ia menemukan sahabat-sahabat yang luar biasa.
Salah satunya Abu Ayyub Al Anshari alias Khalid bin Zaid. Abu Ayyub adalah pria yang berasal dari suku Khazraj. Kala itu, Khazraj menjadi suku utama atau terbesar di Kota Madinah. Sebagai seorang Anshar, Abu Ayyub menyambut kedatangan Rasulullah SAW sekaligus para sahabat Muhajirin dengan tangan terbuka.
Memberikan Rumahnya untuk Persinggahan
Kedekatan Abu Ayyub dengan Rasulullah SAW terjalin begitu kuat. Bahkan, ia bersama sang istri, Ummu, menyediakan tempat tinggal sementara di wilayah Bani Najjar untuk Rasulullah. Muhammad SAW berada di kediaman Abu Ayyub sekitar tujuh bulanan.
Dalam beberapa catatan sejarah, awalnya Nabi Muhammad menempati bangunan di lantai satu. Sementara Abu Ayyub beserta sang istri ada di lantai dua. Mengingat laki-laki itu tidak ingin menghalangi wahyu Rasulullah, Abu Ayyub pun mengajak untuk berpindah ruangan.
Sehingga keluarganya menjadi tinggal di lantai satu, sedangkan Nabi Muhammad berada di atas mereka. Hal tersebut berlangsung sejak pembangunan Masjid Nabawi beserta bilik salah satu istri Rasulullah mulai hingga siap ditempati.
Berjuang dalam Berbagai Perang
Di samping kebaikannya memberikan tempat tinggal, Abu Ayyub Al Anshari juga senantiasa ikut serta dalam perang membela Islam. Perang Badar misalnya, ini menjadi perang besar pertama antara pasukan Islam dan Quraisy.
Abu Ayyub ikut bertempur dan menyaksikan langsung kemenangan besar umat Islam. Pasca meraih kemenangan di Badar, umat Islam kembali menghadapi pasukan Quraisy dalam pertempuran Uhud. Banyak tentara Muslim yang ikut berjuang, tak terkecuali Abu Ayyub.
Selanjutnya ada Khandaq atau Ahzab yang menjadi perang gabungan pasukan kafir Quraisy dan beberapa suku Arab untuk menyerang Madinah. Abu Ayyub berperan penting dalam menggali parit untuk melindungi kota suci tersebut.
Baca Juga: Uqbah bin Amr Sahabat Nabi yang Ahli Berpolitik, Fiqih dan Militer
Selain ketiga perang besar di atas, ia masih ikut serta dalam banyak peperangan lainnya bersama Rasulullah SAW. Sebut saja perang Tabuk dan sejumlah ekspedisi kecil guna memperkuat pengaruh Islam.
Pasca Wafatnya Rasulullah
Sepeninggalan Rasulullah SAW, Abu Ayyub Al Anshari masih terus menjadi sosok yang sangat dihormati di kalangan umat Muslim. Ia hidup di era pemerintahan Khulafaur Rasyidin dan bersaksi atas perkembangan Islam yang kian membanggakan.
Memasuki era pemerintahan Muawiyah bin Abu Sufyan, ia ikut dalam ekspedisi ke Konstantinopel. Mereka bertempur melawan kekaisaran Romawi yang menjadi musuh bebuyutan Islam.
Kendati usianya sudah lanjut, namun semangat jihad Abu Ayyub tidak pernah padam. Ia rela meninggalkan gemerlap dunia bahkan keluarga demi membela agama Allah SWT. Hal yang patut menjadi teladan bagi semua orang.
Kisah meninggalnya Abu Ayyub al-Anshari sangat menyentuh dan menjadi simbol semangat juang seorang muslim sejati. Beliau wafat dalam keadaan berjuang membela Islam di medan perang.
Meninggal di Konstantinopel
Abu Ayyub menghembuskan napas terakhir di Konstantinopel ketika pasukan Muslim sedang berusaha menaklukkan kota tersebut.
Sebelum meninggal, ia sempat berwasiat kepada Yazid bin Muawiyah, panglima pasukan Islam. Abu Ayyub meminta agar jasadnya dibawa sejauh mungkin ke wilayah musuh dan mendirikan makam di sana.
Dengan kata lain, ia ingin bersemayam di garis terdepan pertempuran. Ini sekaligus menandai sebagai simbol perjuangannya yang tak akan pernah mati.
Wasiat Abu Ayyub pun terwujud. Jasadnya tidur tenang di dekat tembok Konstantinopel. Setelah Konstantinopel berhasil Sultan Mehmed II kuasai, makam Abu Ayyub pun berpindah ke tempat Masjid Eyüp Sultan.
Hingga kini, Masjid Eyüp Sultan menjadi salah satu tempat ziarah yang kerap umat Islam kunjungi.
Baca Juga: Mush’ab bin Umair, Kisah Pejuang Dakwah yang Menginspirasi
Dari kisah di atas, kita tahu bahwa Abu Ayyub Al Anshari meninggal sebagai seorang syuhada. Kehidupan, perjuangan hingga kisah wafatnya patut menjadi inspirasi bagi umat Islam. Terutama untuk selalu siap berkorban demi agama Allah SWT dan kebenaran. (R10/HR-Online)