Sejarah Pangeran Santri Sumedang dapat menjadi kisah yang cukup berpengaruh di wilayah tersebut, juga di Indonesia. Beliau memiliki pengaruh besar pada penyebaran agama Islam di Sumedang. Walaupun begitu, saat ini masih banyak orang yang belum begitu akrab dengan nama beliau.
Baca Juga: Cerita Kerajaan Pulo Majeti Kota Banjar yang Pernah Dipimpin Raja Jin
Pada masa lalu, masyarakat Sumedang tidak mengenal agama Islam. Keadaan ini berubah dengan kedatangan seorang ulama berbudi luhur yang memperkenalkan Islam melalui cara damai. Ulama tersebut adalah Maulana Solih, yang kini lebih terkenal sebagai Pangeran Santri.
Sejarah Pangeran Santri Sumedang, Awal Mula Kehadiran
Pangeran Santri memiliki nama asli Raden Maulana Solih bin Maulana Muhammad (Pangeran Pamelekaran). Maulana Solih lahir pada 25 April 1530. Ia adalah cucu dari Sunan Gunung Djati, salah satu Walisongo yang terkenal dalam sejarah penyebaran Islam di Jawa.
Pangeran Santri datang ke Sumedang sebagai seorang ulama dari Cirebon. Ia memiliki garis keturunan bangsawan, sehingga ia mendapat gelar “Pangeran”. Sedangkan “Santri” merujuk pada murid pesantren, menggambarkan ia sebagai seorang yang alim dan berpengetahuan.
Pertemuan dengan Ratu Pucuk Umun
Pada masa kedatangannya, Kerajaan Sumedang Larang dipimpin oleh Ratu Pucuk Umun. Ia merupakan seorang wanita keturunan raja-raja Sumedang yang menganut agama Sunda Wiwitan.
Dalam sejarahnya, Pangeran Santri Sumedang mendapat perintah untuk menghadap ke Keraton Sumedang Larang di Kutamaya. Wilayah ini yang kini terkenal sebagai Padasuka, Kecamatan Sumedang Utara.
Pangeran Santri memperkenalkan ajaran Islam kepada Ratu Pucuk Umun dalam pertemuan tersebut. Dengan kedamaian dan kebijaksanaannya, Pangeran Santri berhasil mengajak sang ratu untuk memeluk Islam.
Penyebaran Islam di Sumedang Larang
Setelah Ratu Pucuk Umun memeluk Islam dan menikah dengan Pangeran Santri, keduanya memerintah Sumedang Larang bersama-sama. Pangeran Santri memperoleh gelar Ki Gedeng Sumedang.
Adanya pernikahan ini memperkokoh posisinya dalam menyebarkan Islam di wilayah tersebut. Berkat pengaruhnya, anggota keluarga kerajaan dan rakyat Sumedang Larang secara perlahan mulai memeluk agama Islam.
Pangeran Santri terkenal dengan metode dakwahnya yang damai. Beliau lebih mengutamakan akhlaknya juga keteladanannya daripada kekerasan atau peperangan.
Metode ini sesuai dengan pepatah Sunda “caina herang, laukna beunang,” yang berarti menyebarkan kebaikan tanpa merusak sekitarnya. Dengan pendekatan ini, Islam tersebar luas di Sumedang dan sekitarnya tanpa menimbulkan konflik.
Kehidupan Pribadi
Sejarah Pangeran Santri Sumedang dan Ratu Pucuk Umun memiliki enam orang anak. Anak tertua bernama Raden Angkawijaya, yang bergelar Prabu Geusan Ulun. Anak-anak lainnya termasuk Kiyai Rangga Haji, dan Kiyai Demang Watang di Walakung.
Baca Juga: Long March Siliwangi, di Bawah Perintah Jenderal Soedirman
Selain itu juga ada Santowaan Wirakusumah, Santowaan Cikeruh, dan Santowaan Awiluar. Prabu Geusan Ulun kemudian melanjutkan kepemimpinan Kerajaan Sumedang Larang setelah wafatnya Pangeran Santri dan Ratu Pucuk Umun.
Akhir Hayat
Selama masa pemerintahan Ratu Pucuk Umun, ibu kota Kerajaan Sumedang Larang pindah dari Ciguling ke Kutamaya. Setelah Prabu Gajah Agung naik tahta, ibu kota kembali pindah ke Ciguling. Prabu Gajah Agung dimakamkan di Cicanting, Kecamatan Darmaraja.
Menurut sejarah, Pangeran Santri Sumedang wafat pada 2 Oktober 1579 dan dimakamkan di Kompleks Makam Pasarean Gede di RW 12, Kelurahan Kota Kulon, Kecamatan Sumedang Selatan. Kompleks makam ini juga menjadi tempat peristirahatan bagi anggota keluarga kerajaan, bupati, dan tokoh penting lainnya yang pernah memimpin Sumedang.
Warisan
Warisan Pangeran Santri sebagai penyebar Islam di Sumedang sangatlah besar. Melalui metode dakwah yang damai dan bijaksana, ia berhasil mengislamkan Kerajaan Sumedang Larang dan rakyatnya tanpa menimbulkan konflik.
Pengaruhnya masih terasa hingga kini, dengan Sumedang menjadi salah satu pusat kebudayaan dan keagamaan di Jawa Barat. Meskipun nama Pangeran Santri mungkin tidak begitu terkenal luas, kontribusinya dalam penyebaran Islam di wilayah Sunda tidak bisa kita abaikan.
Ia adalah contoh teladan tentang bagaimana penyebaran agama dapat dengan damai dan penuh kebijaksanaan. Peninggalannya berupa peningkatan jumlah pemeluk Islam, juga dalam nilai-nilai moral dan spiritual yang diwariskannya kepada generasi berikutnya.
Baca Juga: Sejarah Kebo Bule Surakarta, Perayaan Malam 1 Suro
Itulah sejarah Pangeran Santri Sumedang yang dapat Anda pelajari dan ambil hikmahnya. Pangeran Santri tidak hanya terkenang sebagai seorang ulama, tetapi juga sebagai pemimpin yang membawa perubahan besar dalam sejarah Sumedang. Kompleks Makam Pasarean Gede menjadi saksi bisu atas perjuangan Pangeran Santri dalam menyebarkan Islam dan membangun masyarakat yang lebih baik. (R10/HR-Online)