Sejarah Kerajaan Larantuka tak terpisahkan dari penyebaran agama Kristen Katolik oleh bangsa Portugis di Nusantara. Sebagai kerajaan Kristen pertama dan terakhir di wilayah ini, Larantuka memainkan peran penting dalam sejarah keagamaan Indonesia.
Baca Juga: Pasukan Siliwangi Menumpas PKI pada Pemberontakan Madiun
Berlokasi di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-16, seiring dengan kedatangan bangsa Portugis ke wilayah timur Nusantara. Sebelum menjalin hubungan dengan Portugis, Larantuka telah lebih dulu menjalin kerja sama dengan kerajaan besar di Jawa, yakni Majapahit.
Sejarah Kerajaan Larantuka Flores
Slamet Mulyana dalam karyanya, Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit (2005), mencatat ekspansi Majapahit yang mencapai wilayah timur Nusantara. Larantuka, salah satu kawasan di Nusantara bagian timur, pernah berada di bawah kendali Majapahit.
Namun, seiring dengan meredupnya kekuatan Majapahit pasca kepemimpinan Hayam Wuruk dan Gajah Mada, Larantuka berhasil membebaskan diri dan mendirikan kerajaan mandiri.
Dalam perkembangan selanjutnya, Kerajaan Larantuka menjalin hubungan diplomatik dengan Portugis ketika bangsa Eropa ini mulai memperluas pengaruhnya di wilayah timur Nusantara.
Hubungannya dengan portugis
Awal mula hubungan sejarah Kerajaan Larantuka dan Portugis bermula dari singgahnya bangsa Eropa ini di wilayah tersebut dalam perjalanan menuju Maluku.
Melihat potensi perdagangan kayu cendana di Larantuka, Portugis tidak hanya menjalin hubungan dagang. Tetapi juga menyebarkan agama Katolik. Pengaruh agama ini begitu kuat sehingga hingga kini masih terasa dalam kehidupan masyarakat Larantuka.
Berdasarkan penelitian Narasatriangga, dkk, tradisi Semana Santa di Larantuka memiliki akar sejarah yang kuat pada masa kedatangan Portugis.
Bangsa Eropa ini, yang datang untuk berdagang rempah-rempah, juga menyebarkan agama Katolik yang kemudian menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Larantuka.
Sedemikian kuatnya pengaruh Portugis di Larantuka sehingga bahkan gelar raja-raja setempat pun dipengaruhi oleh budaya Eropa. Hal ini terlihat dari penggunaan gelar Don Francisco DVG oleh Raja Ola Adobala, seperti yang dicatat oleh M. Nijhoff.
Peristiwa pengungsian Portugis ke Larantuka akibat serangan Belanda di Solor pada 1613. Ini menandai awal persaingan panjang antara kedua bangsa Eropa ini di wilayah tersebut. Meskipun sempat memenangkan Perang Penfui, perpecahan internal dan tekanan dari Belanda membuat Portugis akhirnya menyerahkan Flores pada 1859.
Konflik antara Portugis dan Belanda di wilayah ini mencapai puncaknya dalam Perang Penfui pada 1749. Kemenangan Portugis dalam perang tersebut tidak mampu menghentikan ambisi kolonial Belanda.
Sejarah Peninggalan Kerajaan Larantuka
Kerajaan Larantuka, yang terletak di ujung timur Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, memiliki sejumlah peninggalan sejarah yang penting dan kaya akan nilai budaya.
Peninggalan-peninggalan ini tidak hanya menjadi saksi bisu kejayaan masa lalu, tetapi juga terus dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat setempat. Berikut adalah beberapa peninggalan bersejarah dari Kerajaan Larantuka:
1. Ritual Adat
Salah satu warisan penting dari sejarah Kerajaan Larantuka adalah ritual adat yang masih berjalan hingga kini. Pada masa lalu, keluarga kerajaan sering melaksanakan berbagai ritual, seperti ritual keselamatan dan upacara persembahan hewan ternak.
Baca Juga: Sejarah Pertempuran Puputan Margarana, Perjuangan Hingga Ajal
Tradisi-tradisi ini sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan untuk memohon berkah serta keselamatan.
Selain itu, ada pula ritual Semana Santa yang menjadi tradisi ikonik dalam perayaan pekan suci Paskah. Tradisi ini dilakukan selama tujuh hari oleh umat Katolik dan melibatkan berbagai kegiatan keagamaan yang sangat khas.
Semana Santa di Larantuka terkenal dengan prosesi jalan salib yang khidmat dan penuh makna, menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara.
2. Istana Raja Larantuka
Peninggalan bersejarah Kerajaan Larantuka lainnya adalah Istana Raja. Bangunan ini memiliki ukuran yang cukup besar dengan panjang 20 meter, lebar 15 meter, dan tinggi 8 meter.
Istana ini telah mengalami beberapa kali renovasi untuk menjaga keutuhannya. Namun tetap mempertahankan desain asli yang berdiri pada tahun 1887 di bawah kepemimpinan Raja Don Lorenso.
Istana Raja Larantuka tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal raja, tetapi juga sebagai pusat pemerintahan dan kegiatan adat. Keberadaan istana ini memberikan gambaran tentang kemegahan dan kekuasaan kerajaan di masa lalu. Selain itu, menjadi simbol kebesaran Kerajaan Larantuka.
3. Peninggalan Lainnya
Selain ritual adat dan istana, sejarah Kerajaan Larantuka juga meninggalkan berbagai peninggalan budaya lainnya. Seperti naskah-naskah kuno, alat-alat upacara, dan benda-benda bersejarah yang ada dalam kehidupan sehari-hari kerajaan.
Peninggalan-peninggalan ini tersimpan rapi dalam museum-museum lokal dan sering dipamerkan dalam berbagai acara budaya untuk memperkenalkan sejarah dan budaya Kerajaan Larantuka kepada generasi muda.
Baca Juga: Sejarah Polisi Militer, Fungsi dan Tugasnya
Sejarah Kerajaan Larantuka menjadi bukti nyata dari kekayaan budaya Indonesia. Dengan melestarikan peninggalan beserta kisah masa lalu tersebut, masyarakat tidak hanya menjaga warisan leluhur tetapi juga memperkuat identitas budaya mereka di tengah arus modernisasi. (R10/HR-Online)