harapanrakyat.com – DKPP Jawa Barat mengungkap dampak Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) terhadap populasi sapi di Jawa Barat. Sedikitnya 34 persen sapi perah di Jawa Barat mati akibat PMK.
Baca Juga : Jelang Idul Adha, Pengusaha Sapi Lokal di Kota Banjar Menanti Cuan
“Kita kehilangan populasi sapi perah setelah PMK 34 persen. Belum lagi produksinya yang turun, efek dari penyakit itu,” kata Sekretaris DKPP Jabar, Indriantari, kemarin.
Saat ini, kata Indri, pihaknya bekerja sama dengan pihak swasta untuk menambah populasi sapi perah di Jawa Barat. Hal itu agar produksi susu di Jabar kembali meningkat. Secara nasional, produksi susu sapi di Jawa Barat berada di urutan ketiga setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah.
“Kami kerja sama dengan PT SCA untuk menambah populasinya dan meningkatkan produksinya. Secara nasional, Jawa Barat baru 20 persen memenuhi kebutuhan susu. Yang terbesar itu adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, kemudian Jawa Barat,” ujarnya.
Indri memastikan, pihaknya terus berupaya menaikkan produksi susu walaupun populasi sapi perah di Jawa Barat mengalami penurunan yang signifikan. Mengingat, Jabar pernah menduduki peringkat pertama sebagai daerah penghasil susu terbesar.
Baca Juga : Heboh di Tasikmalaya, Sapi Sudah Disembelih Masih Bisa Berdiri
Lebih lanjut, ia menambahkan, hewan ternak selain sapi yang paling terdampak PMK yakni, sapi potong, domba, kambing, dan kerbau. Namun Indri tidak merincikan berapa jumlah masing-masing jenis ternak yang terpapar PMK.
Sebagai informasi, Jabar menjadi provinsi dengan kasus PMK terbanyak se-Indonesia. Pada 2022, Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto menyatakan, ada 1.932 hewan yang terpapar PMK. Akibat paparan PMK itu, berdampak pada populasi sapi di Jawa Barat. (Reza/R13/HR Online/Editor-Ecep)