Pertempuran Laut Cirebon dapat menjadi pembelajaran berharga untuk kita bersama sebagai masyarakat Indonesia. Insiden ini adalah peristiwa penting dalam sejarah Indonesia yang terjadi pada 5 Januari 1947. Peristiwa ini melibatkan serangan kapal Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) oleh kapal perang Angkatan Laut Belanda, HMS Kortenaer.
Baca Juga: Sejarah Pertempuran Puputan Margarana, Perjuangan Hingga Ajal
Pertempuran ini terjadi di perairan Cirebon. Insiden ini menandai perlawanan gigih Indonesia terhadap upaya penjajahan kembali oleh Belanda. Pertempuran ini juga memperlihatkan keberanian luar biasa dari para pejuang Indonesia, khususnya Lettu (anumerta) Samadikun.
Pertempuran Laut Cirebon, Begini Awal Mulanya
Armada Pangkalan III Cirebon mengadakan latihan gabungan perang laut bersama Angkatan Darat, polisi, dan laskar di Karesidenan Cirebon. Hal ini dalam upaya meningkatkan kesiapsiagaan dan keahlian pasukan. Latihan ini berlangsung dari 1 hingga 5 Januari 1947 di perairan Teluk Cirebon.
Kapal yang ALRI gunakan sebagai komando latihan adalah jenis kapal coaster pengangkut barang dari Singapura pada Oktober 1946. Kapal ini, bernama KRI Gajah Mada 408, memiliki lambung dan haluan berbahan kayu. KRI Gajah Mada 408 memiliki satu meriam otomatis Oerlikon 20 mm dan satu senapan mesin Type 1 12.7mm.
Pada saat yang sama, Belanda menganggap bahwa patroli laut ALRI melanggar status quo dari Perundingan Linggarjati. Hal ini mendorong mereka untuk melakukan pengintaian dari jarak jauh selama latihan berlangsung.
Sebuah kapal perang Belanda mendekati pantai Cirebon pada 3 Januari pukul empat sore. KRI Gajah Mada yang sedang berpatroli melihat kedatangan kapal ini.
Keesokan harinya, pada pukul sembilan pagi, kapal Belanda tipe pemburu kembali muncul di perairan Cirebon. Kapal Belanda ini melepas sauh sejauh 7 mil dari pantai. Meskipun patroli ALRI tidak mengalami baku tembak dengan pihak Belanda pada hari itu, ketegangan semakin meningkat.
Insiden Penembakan
Pada hari terakhir latihan, 5 Januari 1947, Pertempuran Laut Cirebon mencapai puncaknya. Kapal pimpinan ALRI Pangkalan III Cirebon di bawah komando Lettu Samadikun memimpin iring-iringan Kapal Patroli P-8, Kapal Patroli P-9, serta Kapal Tunda Antareja dan Tunda Semar Lettu Toto PS pimpin. Mereka berlayar ke arah utara dan dihadang oleh kapal Kortenaer milik Belanda.
Baca Juga: Cilacap Lautan Api, Heroisme Mempertahankan Kemerdekaan
Pada jarak 4 mil, kapal Belanda memberi isyarat agar iring-iringan eskader ALRI segera berhenti. Namun, isyarat tersebut tidak mereka indahkan, sehingga Belanda melancarkan serangan bombardir. Lettu Samadikun kemudian memerintahkan kapal eskader untuk bergerak menuju pelabuhan.
Taktik Samadikun adalah membiarkan iring-iringan kapal kembali ke pelabuhan. Sementara itu, KRI Gajah Mada terus melaju sebagai tameng untuk melindungi kapal-kapal lainnya dari kehancuran. Kapal ini lalu memutar haluan guna menghadapi kapal musuh, kemudian melepaskan tembakan balasan dengan menggunakan senapan mesin berat.
Pertempuran Laut Cirebon ini tidak dapat mereka hindari. Beberapa menit selanjutnya, tembakan dari kolonial Belanda berhasil mengenai lambung kanan KRI Gajah Mada sampai merusak mesin kapal.
Kemudian, Lettu Samadikun memberikan perintah kepada awaknya untuk bergegas meninggalkan kapal. Sementara itu, ia terus melaju untuk mendekati musuh dan juga memberikan serangan balasan.
Namun, HMS Kortenaer berhasil menenggelamkan KRI Gajah Mada dengan beberapa tembakan setelahnya. Lettu Samadikun gugur bersama kapal kebanggaannya. Ia gugur dengan awak kapal yang tersisa, Ismail Jait dan Sumaryo.
Akhir Pertempuran
Pertempuran ini berakhir dengan tenggelamnya KRI Gajah Mada dan gugurnya Lettu Samadikun. Namun, keberanian dan pengorbanan Samadikun tidak sia-sia. Sebagai bentuk penghormatan atas jasanya, ia naik pangkatnya menjadi kapten anumerta.
Pertempuran Laut Cirebon merupakan bukti nyata perjuangan gigih para pejuang Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. Meskipun kalah dalam pertempuran tersebut, semangat juang dan keberanian Lettu Samadikun beserta rekan-rekannya menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya.
Selain Lettu Samadikun, beberapa tokoh pejuang lainnya yang terlibat dalam pertempuran ini antara lain Lettu Sukamto, Lettu Supomo, dan Lettu Toto PS. Mereka semua menunjukkan dedikasi dan keberanian yang luar biasa dalam menghadapi musuh yang lebih kuat dan lebih bersenjata lengkap.
Baca Juga: Long March Siliwangi, di Bawah Perintah Jenderal Soedirman
Pertempuran Laut Cirebon adalah salah satu momen heroik dalam sejarah Indonesia. Pertempuran ini menunjukkan betapa kuatnya perjuangan para pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan. Pengorbanannya bersama awak kapal KRI Gajah Mada 408 menjadi simbol keberanian dalam menghadapi penjajah. (R10/HR-Online)