Labid bin Rabiah merupakan salah satu maestro yang melegenda di penghujung era Jahiliyah. Kemampuannya merajut kata memukau banyak orang, menjadikannya pujangga terhormat dan disegani.
Baca Juga: Kisah Sawad bin Ghaziyyah RA, Kecintaan Kepada Rasulullah
Kisah hidupnya pun kian istimewa saat ia memeluk Islam dan berkesempatan menjadi salah satu sahabat karib Rasulullah SAW.
Labid bin Rabiah, Siapa Dia?
Masa Jahiliyah di Jazirah Arab tak hanya diwarnai dengan peperangan antar suku, tetapi juga gemilang dengan karya sastra yang memukau.
Para pujangga ternama lahir di masa ini, melahirkan puisi-puisi indah yang abadi hingga kini. Hal ini menunjukkan bahwa budaya menghargai karya sastra begitu lekat dalam masyarakat Arab kala itu.
Abu Uqail Labid bin Rabiah bin Malik bin Jakfar al-Amiri, lebih terkenal sebagai Labid bin Rabiah, adalah seorang penyair ternama dan ksatria tangguh di era Jahiliyah. Kehebatannya dalam merajut kata dan kelincahannya di medan perang menjadikannya legenda di masanya.
Labid terkenal dengan puisi-puisinya yang memukau, melukiskan keindahan alam dengan kata-kata yang begitu hidup. Karya-karyanya tak hanya indah, tetapi juga sarat makna tentang kehidupan. Kepiawaiannya ini diakui banyak pengamat sastra dan menjadi ciri khas puisi Labid.
Di luar keahliannya dalam puisi dan perang, Labid juga terkenal sebagai sosok yang dermawan dan bijaksana. Ia selalu membantu mereka yang membutuhkan dan memberikan nasihat yang penuh makna.
Karya dan Dakwah dari Masa Muda hingga Senja
Di masa mudanya, Labid telah orang kenal sebagai penyair ulung. Merangkai syair merupakan tradisi para bangsawan dan ksatria Jazirah Arab saat itu. Keahliannya ini pun mengantarkannya menjadi salah satu pujangga ternama di masa Jahiliyah.
Sekitar tahun 630 Masehi, bersama kaum Amirinya, Labid menghadap Rasulullah SAW dan memeluk agama Islam. Sejak saat itu, ia hijrah ke Kufah dan terus aktif dalam berkarya dan beramal saleh.
Labid tak hanya menghasilkan puisi-puisi indah, tetapi juga turut berdakwah menyebarkan agama Islam di tengah masyarakat.
Dedikasi dan kehidupannya yang panjang, sekitar 145 tahun, menjadikannya saksi bisu perubahan besar di Jazirah Arab. Labid bin Rabiah wafat pada awal pemerintahan Khalifah Muawiyah, meninggalkan jejak karya dan dakwah yang tak lekang oleh waktu.
Maestro Puisi yang Menghiasi Dua Era
Labid bagaikan bintang yang berkilau di dua zaman, Jahiliyah yang kental dengan budaya Badawi dan Islam penuh dakwah. Kemampuannya merajut kata dan melukiskan makna menjadikannya penyair terkemuka di masanya.
Sementara itu, Abu Yazid al-Qurashiyy, seorang pakar sastra ternama, mengakui kehebatan Labid. Ia menempatkan Labid di posisi tinggi, baik era Jahiliyah maupun Islam. Kata-katanya sarat makna dan terhindar dari omong kosong.
Baca Juga: Kisah Muawiyah bin Abu Sufyan Masa Khalifah Bani Umayyah
Meskipun tak setenar Imri’il-Qays dalam hal perumpamaan dan metafora, Labid memiliki keunggulan lain. Bagi para sastrawan, Tarfah lebih unggul dalam menggambarkan suasana, Zuhair dalam melukiskan peperangan dan strategi suku. Sedangkan Labid tak tertandingi dalam menggambarkan alam dan menuturkan nasehat penuh hikmah yang memperkuat keimanan.
Penyair Tulus yang Menebarkan Cahaya Iman
Saat gemerlap budaya Jahiliyah yang sering kali mencampurkan puisi dengan kepentingan pribadi, Labid bin Rabiah hadir bagaikan oase menyegarkan. Ia tak menjadikan puisi sebagai alat untuk mencari nafkah, melainkan sebagai wadah untuk menuangkan isi hati dan menyebarkan pesan-pesan keimanan.
Puisi-puisi Labid sarat makna, penuh dengan hikmah dan dakwah Islami. Kata-katanya bagaikan cahaya yang menerangi jiwa, mengantarkan pembacanya menuju jalan kebaikan. Ketajaman dan keindahan syairnya pun Baginda Nabi SAW akui, sebagaimana tercatat dalam dua kitab hadits shahih.
Keistimewaan Labid
- Puisi yang Tulus: Labid tak tergoda menjadikan puisinya sebagai alat untuk mencari nafkah. Ia menulis dengan hati yang tulus, menuangkan isi hatinya dan pesan-pesan keimanan.
- Sarat Makna dan Hikmah: Puisi-puisi Labid penuh dengan makna dan hikmah. Kata-katanya bagaikan mutiara yang mencerahkan jiwa dan membimbing pembacanya ke jalan kebaikan.
- Dakwah Islami: Labid tak hanya menulis tentang keindahan alam dan cinta, tetapi juga tentang keimanan dan nilai-nilai Islam. Puisi-puisinya menjadi media dakwah yang efektif, menyebarkan cahaya Islam kepada khalayak.
- Pengakuan Nabi SAW: Ketajaman dan keindahan syair Labid pun Nabi SAW akui. Hal ini menjadi bukti keistimewaan Labid sebagai seorang penyair.
Baca Juga: Kisah Abbad bin Bisyr, Pahlawan Gagah Berani Islam
Labid bin Rabiah bukan sekadar penyair biasa. Ia adalah penyair tulus yang mendedikasikan karyanya untuk menyebarkan kebaikan dan menebarkan cahaya iman. Puisi-puisinya menjadi harta karun yang tak ternilai bagi umat Islam, dan patut untuk terus dipelajari dan dinikmati. (R10/HR-Online)