harapanrakyat.com – Suhu udara di Bandung Raya, Jawa Barat, belakangan ini terasa semakin dingin. BMKG Stasiun Geofisika Kelas I Bandung mencatat, suhu di Kota Bandung mencapai 16,6 derajat Celcius.
Baca Juga : Kenapa Belakangan Ini Suhu di Jawa Barat Terasa Panas? BMKG Jelaskan Alasannya!
Prakirawan BMKG Stasiun Geofisika Kelas I Bandung, Darmawan menjelaskan, posisi matahari di belahan bumi utara pada Juni dan sekarang, mau mendekati garis ekuator. Akibatnya, bagian Selatan Sumatera, seluruh Pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT mengalami udara dingin karena tidak adanya awan.
“Fenomena ini yang mengakibatkan suhu udara di Bandung Raya beberapa hari ini, terasa dingin. Bahkan kemarin sampai 16,6 derajat Celcius. Ini anomali karena biasanya di Juli itu kisaran 18,6 derajat Celsius,” katanya, Senin (15/7/2024).
Darmawan mengatakan, ketika siang hari matahari mengeluarkan energi panas gelombang pendek dan bumi menyimpan energi panas melalui gelombang panjang. Karena di bagian Selatan Sumatera, seluruh Pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT, tidak ada awan di pagi hari. Akibatnya, bumi langsung menghempaskan energi ke angkasa tanpa adanya pantulan.
“Itu yang mengakibatkan dingin (suhu udara Bandung Raya). Jadi lepasan energi di malam hari itu maksimal sehingga bumi mengalami pendinginan,” ujarnya.
Tak Ada Awan Sebabkan Suhu Udara di Bandung Raya Dingin, Ini Istilah Lainnya
Darmawan menyebut, tidak adanya awan itu merupakan fenomena Clouds and Visibility OK (CAVOK) dalam dunia penerbangan. Ketika fenomena CAVOK itu terjadi, pesawat akan mendarat dengan mulus ke landasan pacu.
Baca Juga : BMKG: Pantai Cipatujah Tasikmalaya Berpotensi Terkena Dampak Gempa 8,7 SR
“Kami sebut dengan istilah CAVOK atau Clouds and Visibility OK. Itu biasanya digunakan di dunia penerbangan,” ucapnya.
Menurutnya, fenomena ini (tak ada awan di pagi hari sebabkan suhu udara Bandung Raya dingin) umum terjadi di musim kemarau. Ia memprediksi kondisi ini akan berlangsung hingga Agustus 2024. Ia memperkirakan pada Oktober 2024, awan-awan sudah mulai bermunculan sehingga udara bumi cenderung menghangat.
“Kami menunggu fenomena yang lain seperti Madden Julian Oscillation (MGO), tapi kami masih pantau. Kalau itu muncul berarti akan ada hujan seperti beberapa bulan yang lalu itu ada hujan ekstrim karena MGO melewati Indonesia,” tuturnya. (Reza/R13/HR Online/Editor-Ecep)