harapanrakyat.com,- Kerajaan Pulo Majeti yang berada di Lingkungan Siluman Baru, Kelurahan Purwaharja, Kecamatan Purwaharja, Kota Banjar, Jawa Barat menjadi cerita yang cukup melegenda.
Menurut juru kunci Pulo Majeti Yoyo Heryana, berdasarkan buku sejarah miliknya, Pulo Majeti pada zaman dulu merupakan rawa. Namun seiring berjalannya waktu, sebagian wilayahnya berubah menjadi daratan dan area persawahan.
Saat itu, Raja yang memimpin bernama Prabu Selang Kuning Sulaeman Anom. Sementara istrinya bernama Ratu Gandawati.
“Sampai sekarang cerita ini masih lestari di masyarakat. Makanya banyak yang datang berkunjung ke sini,” terangnya, Jumat (12/7/24).
Baca juga: Seba Hasil Bumi, Tradisi Ungkapan Rasa Syukur Masyarakat Pulo Majeti Kota Banjar
Meski pihaknya belum bisa memastikan kebenaran sejarah tersebut, namun cerita ini ia dapat dari kuncen-kuncen sebelumnya dan berdasarkan buku sejarah yang ia miliki.
Menurut catatan yang ada, Ratu Gandawati merupakan anak dari jin Kuraesin yang asalnya dari negeri Ajrak bernama Putri Siti Bulkes.
Sementara itu, Prabu Selang Kuning terkenal sebagai salah seorang raja yang gagah dan perkasa serta memiliki kesaktian.
Saat melakukan pemeriksaan wilayah dan rakyatnya saat itu, sang Prabu menunggangi Kuda Sembrani. Di saat itu tiba-tiba ia melihat sosok yang memantulkan cahaya begitu terang dari atas. Ternyata sosok tersebut adalah Putri Gandawati.
Karena terpikat dengan kecantikan sang putri, akhirnya Prabu Selang Kuning pun membuat surat lamaran dan menitipkan ke seekor burung Caladi Bawang.
Namun sayangnya, burung tersebut tidak sanggup menyampaikan pesan dari Sang Prabu.
Agar pesan itu tersampaikan, Sang Prabu pun akhirnya memberikan pakaian dan mahkotanya ke burung Caladi. Hal itu agar burungnya memiliki keberanian menyampaikan pesan ke Putri Gandawati.
“Pada akhirnya lamaran itu pun diterima hingga terjadilah pernikahan. Bahkan, hasil dari pernikahan itu keduanya memiliki anak perempuan yang bernama Nyi Mae Mayang Munah,” paparnya.
Kerajaan Pulo Majeti Dipimpin Jin
Yoyo menambahkan, kesaktian Prabu Selang Kuning ternyata berasal dari sebuah cincin yang ia pakai.
Suatu ketika, Sang Prabu yang hendak mandi melepaskan cincinya. Namun ternyata ada jin yang sudah mengincar cincinnya.
“Setelah berhasil mengambil cincin itu, si jin langsung memakainya dan tidak lama kemudian jin tersebut berubah persis seperti halnya Prabu Selang Kuning,” terangnya.
Setelah selesai mandi dan mencari keberadaan cincinnya, ternyata sudah hilang. Ia pun kemudian seketika tidak lagi sakti dan gagah.
Lantaran menyadari sudah tak lagi sakti dan gagah, ia pun langsung keluar dari kerajaan dengan melewati hutan ke arah selatan.
“Nah jin yang memakai cincinnya itu melanjutkan kepemimpinan di Kerajaan Pulo Majeti,” ucapnya.
Setelah kerajaan dipimpin oleh jin itu, tiba-tiba masyarakat mendapat musibah, yakni berupa penyakit mematikan, kemiskinan dan kekacauan.
Di saat kekacauan terjadi, datang seorang pandita yang memiliki kemampuan lebih. Ia melihat jika musibah tersebut bersumber dari seorang raja yang bukan sebenarnya. Akan tetapi raja tersebut adalah jin yang menjelma Prabu Selang Kuning.
Baca juga: Mengungkap Asal Mula Nama Kampung Siluman di Kota Banjar
Setelah mengetahui fakta itu, kemudian pandita tersebut menyampaikan ke masyarakat saat itu agar tidak mematuhi segala perintahnya. Sehingga hal ini pun membuat sang raja gelisah dan bimbang.
Akhirnya, jin tersebut pun menyadari jika penyebab musibah tersebut adalah dari cincin yang ia curi. Kemudian ia pun membuangnya ke selatan dan jatuh di laut.
“Nah setelah itu jinnya kembali ke wujud aslinya dan pulang ke negerinya,” kata Yoyo.
Prabu Selang Kuning Kembali Jadi Raja
Selama mengembara ke arah selatan, Prabu Selang Kuning membantu nelayan menjaring ikan di laut.
Suatu ketika, setelah selesai membantu nelayan, ia pun mendapatkan upah kerja berupa ikan untuk dimakan.
Saat Prabu sedang mengolah ikannya untuk dibakar, ia sangat terkejut melihat cincinnya berada di dalam perut ikan. Sontak saja ia langsung memakainya lagi.
“Cincin itu yang dulu hilang akhirnya ke tangannya lagi. Setelah dipakai, kesaktian dan kegagahannya pun kembali, sehingga Prabu datang lagi ke kerajaan,” terangnya.
Setelah kembali ke Pulo Majeti dan memimpin kerajaannya, kehidupan masyarakatnya pun kembali pulih.
“Keadaan kerajaan dan rakyatnya aman, tentram, dan subur. Setelah kerajaan aman dan tentram kembali, Prabu akhirnya pergi dari Kerajaan Pulo Majeti serta meninggalkan ali saktinya untuk anak serta cucunya,” katanya. (Muhlisin/R6/HR-Online)