harapanrakyat.com,- Makanan tradisional humbut langkap Pulo Majeti, Kecamatan Purwaharja, Kota Banjar, Jawa Barat, mendapat sertifikat Kekayaan Intelektual Komunitas (KIK) tahun 2024 Bidang Pengetahuan Tradisional dari Kemenkumham RI.
Baca Juga: Hajat Bumi Pulo Majeti Kota Banjar Warga Berebut Gotongan
Kekayaan Intelektual Komunal adalah kekayaan intelektual yang kepemilikannya bersifat kelompok atau milik bersama oleh masyarakat, bukan individu.
Lantas, seperti apa olahan makanan yang menjadi warisan budaya masyarakat Pulo Majeti tersebut?
Ketua Kawargian Pulo Majeti Emed Setiawan mengatakan, humbut langkap merupakan makanan khas masyarakat di Pulo Majeti.
Makanan (sayur) humbut langkap berasal dari humbut (tunas) pohon langkap yang tumbuh subur di kawasan hutan Pulo Majeti. Pohon langkap ini mirip seperti pohon aren.
“Jadi, makanan humbut langkap itu diambil dari pohon langkap, kemudian diolah menjadi sayur,” terang Emed kepada harapanrakyat.com, Selasa (23/7/2024).
Baca Juga: Seba Hasil Bumi, Tradisi Ungkapan Rasa Syukur Masyarakat Pulo Majeti Kota Banjar
Masyarakat Lestarikan Makanan Humbut Langkap Pulo Majeti Kota Banjar
Lanjutnya menjelaskan, humbut atau tunas pohon langkap kemudian diolah menjadi sayur seperti ditumis. Atau memasaknya dengan santan untuk menjadi teman makan nasi.
Sampai sekarang masyarakat setempat masih tetap melestarikan makanan tersebut. Biasanya mereka hidangkan untuk kebutuhan makanan keluarga maupun saat ada acara hajat bumi.
“Bisa diolah menjadi sayur santan, bisa juga ditumis, tergantung selera yang akan memasak. Kemarin juga kita suguhkan saat acara hajat bumi,” katanya.
Lebih lanjut ia mengungkapkan sejarah makanan berbahan tunas pohon langkap. Sayur humbut langkap merupakan warisan budaya mengolah makanan dari orang tua terdahulu.
Pada zaman dahulu masyarakat setempat kekurangan daging untuk dijadikan makanan, terutama saat bulan puasa dan menjelang Lebaran.
Karena kekurangan itu, maka orang tua zaman dahulu akhirnya memanfaatkan humbut pohon langkap yang tumbuh di kawasan hutan Pulo Majeti menjadi bahan makanan pengganti daging. Sampai sekarang makanan humbut ini masih lestari.
“Ini ciri khas orang tua dulu. Ceritanya pada zaman dahulu kan masih kekurangan daging ketika bulan puasa atau kalau mau Lebaran. Nah, saat itu nggak ada daging, sehingga mengambil humbut jadi pengganti daging,” pungkas Emed. (Muhlisin/R3/HR-Online/Editor: Eva)