Sejarah pemberontakan buruh masih melekat kuat di pikiran masyarakat. Hal ini karena pemberontakan buruh yang pertama kali terjadi berasal dari pabrik gula di Jogja. Tidak ada yang menyangka bahwa massa pekerja berani melakukan pemberontakan kala itu.
Baca juga: Sejarah Industri Batik Pekalongan dan Berkembangnya Syarikat Islam
Aksi pemberontakan tersulut pun bukan tanpa alasan. Selama memberontak, para pekerja juga mengutarakan beragam keinginannya. Hanya saja, aksi ini berujung gagal dan mereka menganggapnya sebagai kesalahan.
Sejarah Pemberontakan Buruh di Indonesia
Sejarah ini tertuang secara jelas dalam buku Takashi Shiraishi yang judulnya Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1928 (1997: 302). Melalui buku tersebut, Takashi Shiraishi menyebut awal pekerja memberontak ialah dari aliansi buruh pabrik gula yang namanya PFB (Personeel Fabriek Bond).
PFB memiliki anggota hingga 10.000 orang. Semua anggotanya terlibat aktif. Hal inilah yang membuatnya semakin berkembang pesat. Organisasi ini mampu memperluas jangkauan dengan membentuk 179 afdeling. Hal ini jelas memperkuat militansi dengan pabrik lainnya.
Baca juga: Sejarah Mudik Lebaran dari Zaman Hindia Belanda hingga Kemerdekaan
Hubungan militansi semakin kuat. Bahkan ada yang menyebut pengaruh PFB semakin meluas. Tidak tanggung-tanggung karena pengaruhnya sampai ke wilayah utara Jawa.
Dalam sejarah tahun 1920, para buruh tersebut melakukan pemberontakan karena ingin memperbaiki nasib buruh. Kala itu pekerja mendapatkan upah minim dan tak layak. Hal ini karena Belanda ingin mengisi kas negara akibat inflasi Perang Dunia I.
Penggerak Pemberontakan
Aksi memberontak ini rupanya digerakkan oleh sejumlah pihak. Salah satunya yaitu Soerjopranoto.
Bukan sembarang orang karena ia merupakan ningrat dan masih keturunan Pura Pakualam Yogyakarta. Sebagai agitator, ia lihai dalam mempengaruhi massa sehingga mau demo. Hal ini seperti yang terlihat dalam 9 pabrik di Jogja pada tahun 1920 tersebut.
Baca juga: Mogok Buruh Pegadaian 1921: Pegadaian Ditutup, Rakyat Menderita
Selain Soerjopranoto, pelopor aksi ini juga menyeret nama Semaoen dan Salim. Dengan pelopor tersebut, pekerja rela demo dan melakukan pemogokan.
Penyebab Kegagalan Pemberontakan
Aksi pemberontakan buruh ini berujung gagal sebagaimana sejarah yang terpapar dari Takashi Shiraishi (1997: 303). Sejarawan asal Jepang tersebut menyebut bahwa salah satu penyebab kegagalan aksi ini ialah agitator kurang siap.
Bukan hanya itu, penyebab lainnya ialah para pelopor rupanya melanggar kesepakatan yang sebenarnya sudah jadi perjanjian dengan serikat buruh. Padahal kala itu serikat pekerja masih ragu apakah ingin mengadakan pemogokan atau tidak.
Karena hal itu, PFB yang ada di bawah pimpinan Soerjopranoto melakukan aksi pemberontakan secara sepihak. Hal inilah yang menyebabkan aksi tersebut gagal.
Dampak Kegagalan Pemberontakan
Aksi pemberontakan buruh yang gagal dalam sejarah Indonesia ini tentu memperlihatkan berbagai dampak. Adapun salah satu dampaknya ialah para buruh jadi kehilangan pekerjaan karena banyak pemecatan.
Bahkan buruh yang sama sekali tidak terlibat dalam aksi pemberontakan juga terkena dampaknya. Hal inilah yang membuat buruh kebingungan setelah demonya selesai.
Bahkan pelopor juga hanya diam saja saat mengetahui hal itu. Di sejarah lain, ada beberapa pelopor pemberontakan yang menekan pemerintah kolonial agar tidak memecat buruh.
Kendati demikian, ada provokator senior yang justru menekan pemilik pabrik agar menaikkan upah pekerja. Akan tetapi, para agitator ulung ini akhirnya mengaku menyesal karena tindakan tersebut adalah kesalahan.
Mereka juga mencabut kata-kata provokatif selama aksi demonstrasi. Kata-kata tersebut seperti halnya Jangan Takut Digantung, Dipenjara dan Dibuang.
Ultimatum Sindikat Pabrik Gula
Bersama orang Belanda yang namanya Bergsma, Soerjopranoto dan kawan-kawan mengultimatum sindikat pabrik gula di Jogja maupun area sekitarnya untuk bertanggung jawab dengan perbuatannya. Ultimatum untuk kapitalis Eropa di pabrik gula tersebut berupa pengadaan pemberontakan yang lebih besar apabila ada pemecatan pekerja dan tak menaikkan upah.
Sayangnya, ultimatum ini juga tidak mendapatkan respon. Meski begitu, sejarah pemberontakan buruh ini jadi inspirasi bagi pekerja lain untuk berpendapat dan bergerak pada tahun-tahun berikutnya.
Beberapa contohnya terangkum dalam akun media sosial Instagram @tirtoid. Mulai dari pemogokan buruh kereta api pada tahun 1923, perjuangan Marsinah dan pemberontakan di kapal Zeven Provincien.
Lantas di akun Instagram @arsipnasionalri menyebut bahwa peringatan Hari Buruh setiap tanggal 1 Mei awalnya dari sejarah pemogokan buruh yang berlangsung di Amerika Serikat. Aksi ini terjadi pada 1-4 Mei 1886.
Baca juga: Sejarah Gerajak, Konflik Sosial di Gunung Kidul Tahun 1964
Dengan menyimak uraian di atas, tentu sudah bisa mengetahui bagaimana sejarah pemberontakan buruh pertama kali di Indonesia. Peristiwa ini memang mengalami kegagalan, namun menginspirasi pekerja buruh lainnya. Terlihat jelas bahwa sejarahnya sangat panjang dan banyak perjuangannya. (R10/HR-Online)