Sejarah nasi tumpeng rupanya sudah terukir jauh sebelum Islam masuk ke Pulau Jawa. Hal ini karena hidangan tersebut merupakan tradisi purba masyarakat di Indonesia. Masyarakat menggunakannya untuk memuliakan gunung.
Baca Juga: Sejarah UU ITE, Senjata Lindungi Penggunaan Internet Agar Etis
Alasannya, masyarakat meyakini bahwa gunung jadi tempat bersemayam arwah leluhur nenek moyang, hyang, maupun dewa suci. Berkaitan dengan hal itu, bentuknya juga tampak kerucut seperti halnya gunung.
Sejarah Nasi Tumpeng di Indonesia
Hidangan ini sebenarnya pertama kali dibuat sekitar abad 15. Kala itu para raja yang ada di Jawa Tengah mengonsumsinya sebagai lambang keselamatan dan kebahagiaan.
Hal ini lantaran masyarakat Jawa percaya bahwa keberadaan hidangan tersebut bisa membawa berkah. Karena hal itu, hidangan tersebut tak pernah terlewat di berbagai acara penting, termasuk saat upacara adat.
Seiring berjalannya waktu, eksistensi kuliner ini juga merambah ke wilayah lain. Sebut saja Pulau Dewata Bali, Madura dan Sunda.
Falsafah Tumpeng
Berdasar sejarah nasi tumpeng tadi, kuliner ini memang termasuk hidangan yang unik. Hal ini karena bentuknya kerucut sehingga jadi pembeda dengan tipe hidangan lainnya.
Dari bentuknya, sebenarnya memiliki falsafah tersendiri. Falsafahnya berkaitan dengan kondisi geografis di Indonesia, khususnya Pulau Jawa.
Sebagaimana yang kita tahu, kondisi geografis wilayah tersebut penuh dengan gunung berapi. Hidangan ini pun berbentuk menyerupainya.
Bentuk kerucut semakin melekat pada hidangan berwarna kuning ini setelah masyarakat Jawa terpengaruh kebudayaan Hindu. Dengan bentuk kerucut, maka bisa mirip gunung suci Mahameru yang terkenal sebagai tempat bersemayam dewa dan dewi agung.
Penamaan Tumpeng
Bukan hanya bentuknya saja yang unik, melainkan juga namanya. Dalam sejarah nasi tumpeng ini, namanya berasal dari akronim kalimat Jawa yaitu “yen metu kudu mempeng”.
Di bahasa Indonesia, kalimat tersebut memiliki arti yakni “jika mau keluar, haruslah bersungguh-sungguh”. Dengan arti tersebut, bisa kita ketahui bahwa maksudnya ialah setiap melakukan suatu hal, seharusnya penuh usaha dan dedikasi.
Penyajian Tumpeng
Dengan nama yang unik, penyajian hidangan ini juga tak sembarangan. Biasanya menggunakan tampah sebagai wadahnya. Lalu ada tambahan lapisan daun pisang.
Saat alasnya sudah siap, tinggal tata nasinya serapi mungkin. Meski familiar dengan nasi kuning, sebenarnya juga bisa menggunakan nasi putih biasa ataupun nasi uduk.
Dalam sejarah nasi tumpeng terkait penyajian, jangan lupa untuk menatanya dengan lauk-pauk di sekelilingnya. Lauk-pauknya pun beragam. Mulai dari keringan tempe, potongan telur, mentimun, tomat, mie goreng, urap sayur, ayam goreng dan lainnya.
Agar terlihat semakin estetik, bagian kerucut juga ditutupi dengan daun pisang yang dilipat sedemikian rupa. Alhasil, hidangan tersebut tak hanya nikmat, namun juga memanjakan mata.
Makna Hidangan Nasi Tumpeng
Pada dasarnya, pemilihan lauk-pauknya bisa disesuaikan dengan selera. Hal yang pasti, masyarakat Jawa meyakini bahwa tiap lauk-pauk tersebut memiliki makna tersendiri.
Baca Juga: Sejarah Tari Remo dari Jawa Timur, Kaya Makna dan Filosofi
Makna ini terungkap lewat akun Instagram @gnfi. Berikut ulasan selengkapnya.
Nasi
Untuk nasi dalam sejarah tumpeng ini, memiliki makna yakni simbol bersih dan suci. Hal inilah yang membuatnya harus selalu ada di hidangan tersebut.
Telur
Selain nasi, di hidangan ini juga ada telur. Telur tersebut menjadi simbol kebulatan tekad.
Siapa saja yang melakukan suatu hal, sudah semestinya memiliki tekad kuat. Imbangi pula dengan ketelitian agar hasilnya tak mengecewakan.
Ayam
Dalam acara tertentu, biasanya bidangan ini berisikan ayam goreng dari daging ayam jago. Penggunaan ayam jago ini bermakna untuk menghindari sifat-sifat buruk.
Ikan Teri
Menu lauk-pauk yang tertuang dalam sejarah nasi tumpeng ini juga memiliki makna mendalam. Maknanya ialah kebersamaan dan kesatuan. Hal tersebut sebagaimana kebiasaan ikan teri yang sering bergerombol.
Ikan Lele
Ikan lele juga bisa dimasukkan ke hidangan ini. Perihal maknanya, jenis ikan ini memperlihatkan simbol keuletan.
Baca Juga: Sejarah Tanaman Lada, Picu Kolonialisme di Indonesia
Dari uraian di atas, pasti sudah bisa tahu bagaimana sejarah nasi tumpeng di Indonesia. Ternyata masyarakat Jawa memanfaatkannya sebagai wujud memuliakan arwah leluhur nenek moyang yang bersemayam di gunung. Di sisi lain, hidangan ini terbukti mampu mengundang perhatian pecinta kuliner karena nikmat. Sebelum mencicipinya, lebih baik pahami dulu bagaimana sejarahnya. (R10/HR-Online)