Sejarah ekspedisi Cornelis de Houtman jadi pengalaman pertama bagi bangsa Belanda dalam melakukan penjelajahan rempah-rempah.
Pasalnya ekspedisi yang dilakukan oleh Cornelis de Houtman ini cikal bakal bagi kolonialisme Belanda di Nusantara.
Ekspedisi yang dilakukan oleh Belanda bisa dikatakan menemui banyak tantangan dan hambatan sampai akhirnya tiba di Nusantara.
Melalui perjuangan dan sumber navigasi yang ia dapat, akhirnya Cornelis de Houtman berhasil sampai ke Banten dan melakukan perdagangan.
Baca Juga: Sejarah Monumen Rawagede, Saksi Kekejaman Belanda
Sejarah Ekspedisi Cornelis de Houtman hingga Sampai ke Banten
Mengutip dari, “Sejarah Indonesia Modern 1200–2008” (2008), Pada tahun 1595, ekspedisi Belanda yang pertama siap berlayar ke Hindia Timur. Sebanyak 4 buah kapal dengan 249 awak dan 64 pucuk meriam berangkat di bawah pimpinan Cornelis de Houtman.
Cornelis de Houtman diketahui mempelajari rute hingga navigasi melalui orang-orang Portugis yang telah terlebih dahulu melakukan pelayaran.
Sudah sejak lama orang-orang Portugis dan Spanyol mempelopori pelayaran melintasi samudera. Pelayaran ini dilakukan dalam rangka menemui benua-benua baru hingga rempah-rempah.
Pelayaran melintasi samudera ini tentu menjadi salah satu pelayaran yang cukup berbahaya. Terdapat banyak resiko mulai dari wabah penyakit, perompakan, hingga pemberontakan di dalam kapal.
Tak hanya itu, terdapat juga resiko jika pulau yang mereka datangi ternyata tidak menyambut atau bahkan menganggap para penjelajah samudera ini sebagai musuh.
Hal inilah yang terjadi pada kapal-kapal di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Naasnya kapal yang mereka tumpangi sempat terserang wabah penyakit.
Selain itu, karena kepemimpinan dari Cornelis de Houtman yang kurang cakap membuat di kapal tersebut mengalami banyak perselisihan.
Melalui penderitaan dan berbagai kondisi yang ada akhirnya kapan-kapal di bawah pimpinan Cornelis de Houtman ini berhasi sampai ke Banten pada bulan Juni 1596.
Baca Juga: Kisah Hidup Snouck Hurgronje, Orientalis Belanda Pura-Pura Islam Demi Taklukan Aceh
Sultan Banten Menyambut Hangat Cornelis de Houtman
Cornelis de Houtman bersama dengan armadanya sampai ke Banten pada tanggal 27 Juni 1596. Kala itu Banten merupakan pelabuhan lada terbesar yang ada di Jawa Barat.
Pada masa-masa awal kedatangannya, Cornelis de Houtman ini disambut baik oleh Sultan dan masyarakat Banten.
Kedatangan mereka disambut baik karena dari gelagatnya, Belanda hanya berfokus pada urusan perdagangan.
Sultan Banten sendiri sebenarnya memiliki ambisi lain berkaitan dengan hubungan dagang tersebut. Sultan berharap bahwa Belanda dapat menjadi partner mereka dalam melakukan bisnis.
Apalagi kala itu, sudah ada bangsa lain yang memiliki kepentingan dagang di Nusantara, yaitu bangsa Portugis.
Memang jika melihat dalam konteks ekonomi sultan perlu menyiapkan opsi partner bisnis lainnya, selain dari orang-orang Portugis.
Apalagi pangsa pasar peminat rempah-rempah di Eropa sangatlah besar. Hal inilah yang agaknya membuat sultan tidak terlalu memusingkan Belanda yang ingin berdagang kala itu.
Mengutip dari “Kolonialisme: Eksploitasi dan Pembangunan Menuju Hegemoni” (2019), lasan lain yang memperkuat keinginan Sultan Banten bekerjasama dengan Belanda adalah karena kala itu hubungan antara Banten dengan Portugis sedang memburuk.
Melalui hubungan kerjasama tersebut, Sultan Banteng berharap Belanda bisa membantunya menyerang Palembang.
Namun harapan dan keinginan dari Sultan Banten nyatanya tidak pernah terwujud. Justru sikap dari Cornelis de Houtman bersama awaknya ini cenderung merugikan bagi mereka.
Berakhir dengan Pengusiran
Orang-orang Belanda ini bersikap kasar dan menunjukkan sifat aslinya. Alhasil kedatangan Cornelis de Houtman ke Banten berakhir dengan pengusiran.
Konflik pun menjadi tak terhindarkan. Tak hanya berkonflik dengan masyarakat Banten, orang-orang Belanda ini juga sempat berkonflik dengan orang Portugis.
Bahkan, Sultan sempat bekerjasama dengan Portugis untuk mengusir orang-orang Belanda dari Banten.
Mengutip dari, “Islam Dalam Arus Sejarah Indonesia Dari Negeri di Bawah Angin ke Negara Kolonial” (2020), Setelah konflik yang terjadi Cornelis de Houtman pun melanjutkan perjalanan ke timur melalui pantai utara Jawa.
Tak hanya berkonflik di Banten, Cornelis de Houtman ini juga sempat membunuh penguasa lokal yang hendak berbicara dengan mereka.
Baca Juga: Sejarah Perburuan Mutiara dari Timur dan Perebutan Hegemoni
Pasca kejadian tersebut mereka akhirnya sampai di Bali dan berhasil mendapatkan lada di sana. Pada tahun 1957 mereka pun kembali ke negeri Belanda. Ketika sampai ke negeri Belanda jumlah awak kapal yang kembali hanya sekitar 87 orang dengan 3 buah kapal. (Azi/R7/HR-Online/Editor-Ndu)