Di bawah langit sore Jembatan Kretek II, Bantul, suara gerobak berderak pelan. Di situ, Sertu Sarijo, seorang anggota TNI AD, mempersiapkan dagangannya. Bukan hal biasa, sebab Sarijo, yang sehari-hari bertugas di Koramil Panggang, Gunungkidul, juga berjualan Sate Kronyos untuk menyiapkan masa pensiunnya.
Sarijo telah mengabdi sebagai prajurit sejak tahun 1996. Memasuki usia lima puluh, ia mulai berpikir tentang masa depan setelah pensiun.
“Awalnya, ini untuk persiapan pensiun. Jadi nanti saat pensiun saya tetap punya penghasilan dan pekerjaan,” katanya sambil tersenyum pada Senin (17/6/2024).
Keputusan untuk berjualan sate datang dari keinginan sederhana, ingin tetap aktif dan mandiri. Sate Kronyos buatannya diberi nama ‘Sate Kronyos Mantan Kopral’.
Dengan dukungan penuh dari istrinya yang setia, yang mempersiapkan daging sandung lamur, Sarijo pun mulai berdagang. Istri Sarijo menyiapkan segala sesuatunya.
Baca juga: Profil Ambar Dwi Klaudiyah, Ajudan Selvi Ananda Idaman Kaum Adam
Kemudian, Sarijo memasukan dagangannya ke gerobak, lalu berjualan dengan memakai sepeda motor.
“Saya mulai jualan Sate Kronyos sejak tahun 2017,” kenang Sarijo.
Setelah selesai tugas di Koramil, Sarijo, yang tinggal di Potro Bayan, Srihardono, Pundong, Bantul, akan bergegas menuju lokasi jualannya.
Tempatnya berpindah-pindah, dari sekitar Jembatan Kretek II hingga depan Kantor Kapanewon Panggang. Namun, di Panggang-lah ia merasa seperti di rumah karena sudah banyak pelanggan setia.
Sempat Grogi saat Mulai Dagang Sate Kronyos
Mengawali usaha barunya tidaklah mudah. Sarijo mengakui dirinya sempat merasa grogi.
“Awalnya grogi, tapi setelah seminggu jualan jadi terbiasa. Apalagi ini jualan sate yang halal, jadi kenapa harus malu,” ujarnya sambil tertawa.
Kini, Sarijo bisa menjual ratusan tusuk sate setiap harinya dengan harga Rp 2 ribu per tusuk. “Sekarang sehari bisa habis 300-400 tusuk Sate Kronyos,” tambahnya bangga.
Berjualan sate bukanlah sekadar usaha sampingan bagi Sarijo. Ini adalah cara baginya untuk menyiapkan masa depan setelah pensiun.
Baca juga: Sejarah Pembentukan Kopassus 16 April 1952, dari Perkembangan hingga Kotroversinya
Setiap hari, selepas dinas, ia mengisi waktunya dengan berjualan, namun tugas di Koramil tetap menjadi prioritas utamanya.
“Yang utama tetap dinas, pimpinan juga memahami dan berpesan untuk selalu mengutamakan tugas,” jelasnya.
Di tengah aktivitasnya, Sarijo mendapat banyak dukungan dari para pelanggannya. Salah satu pelanggan setia, Sigit, memuji Sate Kronyos buatan Sarijo.
“Rasanya enak dan tidak alot. Biasanya sate seperti ini alot, tapi yang ini tidak,” katanya.
Kisah Sertu Sarijo adalah cerita tentang semangat dan ketekunan. Sebagai prajurit yang setia pada tugas, dan sebagai penjual Sate Kronyos yang gigih, ia menunjukkan bahwa persiapan pensiun bisa dilakukan dengan cara yang sederhana namun penuh makna. (Feri Kartono/R6/HR-Online/Editor: Muhafid)