Kisah Abdullah Dzul Bijadain adalah salah satu dari sekian banyak cerita inspiratif dari kehidupan para sahabat Nabi Muhammad SAW. Kisahnya menggambarkan perjuangan, keteguhan iman, dan pengorbanan seorang pemuda yang rela meninggalkan segalanya demi Islam.
Baca Juga: Khuzaimah Bin Tsabit, Sahabat Nabi Bergelar Dza al-Syahadatain
Berikut ini akan mengisahkan perjalanan hidup Abdullah Dzul Bijadain yang penuh dengan hikmah dan pelajaran berharga.
Kisah Abdullah Dzul Bijadain, Latar Belakang Keluarga dan Masa Kecil
Abdullah Dzul Bijadain, yang nama aslinya Abdul Uzza, lahir di lereng gunung Warqan, sebuah wilayah hijau yang ditempati oleh kabilah Muzainah.
Ia lahir dalam keluarga miskin. Ayahnya meninggal dunia saat ia masih kecil, meninggalkan Abdul Uzza sebagai yatim piatu tanpa harta. Ibunya, tidak mampu menghidupi sendiri. Lalu, menyerahkan Abdul Uzza kepada pamannya yang kaya namun tidak memiliki keturunan.
Kehidupan Bersama Paman
Pamannya memperlakukan Abdul Uzza seperti anaknya sendiri, memberi segala kebutuhan materi yang ia butuhkan.
Namun, kehidupan nyaman ini tidak menghalangi semangat Abdul Uzza untuk mencari kebenaran. Ketika berita tentang Nabi Muhammad SAW dan agama Islam mulai terdengar di Madinah, Abdul Uzza merasa tertarik dan ingin mengetahui lebih banyak.
Keislaman yang Disembunyikan
Setelah mempelajari tentang Islam dari berbagai sumber, Allah SWT membuka pintu hidayah bagi Abdul Uzza.
Kisah Abdullah Dzul Bijadain akan keislamannya saat ia memutuskan untuk memeluk Islam meskipun belum pernah bertemu langsung dengan Rasulullah SAW.
Karena takut dengan reaksi pamannya, ia merahasiakan keislamannya dan sering pergi ke tempat yang sepi untuk beribadah.
Dalam tempat-tempat yang sepi inilah, Abdul Uzza bisa merasakan ketenangan dan kedekatan dengan Allah SWT tanpa gangguan dari orang lain.
Keberanian Menyatakan Keislaman
Akhirnya, Abdul Uzza tidak tahan lagi untuk menyembunyikan imannya. Ia menghadap pamannya dan menyatakan keislamannya.
Pamannya marah besar dan mengancam akan mengambil kembali semua pemberian yang telah ia berikan. Termasuk pakaian yang ia kenakan.
Namun, Abdul Uzza tetap teguh pada pendiriannya, memilih Islam daripada harta dunia. Ancaman pamannya tidak membuatnya gentar. Ia lebih memilih kebahagiaan akhirat daripada kenikmatan dunia yang sementara.
Perjalanan ke Madinah dan Pertemuan dengan Nabi
Setelah diusir oleh pamannya, kisah Abdullah Dzul Bijadain pergi menemui ibunya. Ibunya memberikan satu-satunya kain kasar yang ia miliki. Kemudian, dipotong menjadi dua untuk menjadi pakaian Abdul Uzza.
Dengan kain tersebut, ia berangkat menuju Madinah. Sesampainya di Madinah, ia langsung menuju Masjid Nabawi dan tidur di sana hingga Subuh.
Perjalanan ini penuh dengan tantangan. Namun semangatnya untuk bertemu Nabi Muhammad SAW mengalahkan semua rintangan yang ia hadapi.
Pertemuan Pertama dengan Nabi Muhammad SAW
Ketika Nabi Muhammad SAW melihat Abdul Uzza untuk pertama kalinya, beliau bertanya tentang asal usul dan namanya.
Setelah mendengar kisah Abdul Uzza, Rasulullah mengganti namanya menjadi Abdullah dan memberinya julukan Dzul Bijadain, yang berarti “pemilik dua kain kasar”.
Baca Juga: Kisah Ammar bin Yasir, Sahabat Nabi yang Dipaksa Murtad
Abdullah Dzul Bijadain merasa sangat bahagia bisa berada dekat Nabi dan belajar langsung dari beliau. Julukan ini menjadi simbol penghormatan dan pengakuan atas pengorbanannya.
Kehidupan Bersama Nabi dan Para Sahabat
Abdullah Dzul Bijadain tinggal di Masjid Nabawi, mengikuti setiap majelis dan belajar dari Rasulullah SAW. Ia terkenal sebagai seorang yang sangat taat beribadah dan memiliki kecintaan yang besar kepada Nabi.
Para sahabat menghormati dan menyayangi Abdullah Dzul Bijadain, terutama karena kesederhanaan dan keteguhan imannya.
Kehidupan sehari-harinya penuh dengan ibadah, menuntut ilmu, serta berinteraksi dengan para sahabat lainnya. Ia selalu berusaha berada dekat Rasulullah untuk mendapatkan petunjuk langsung dari beliau.
Jihad dan Akhir Hidup Abdullah Dzul Bijadain
Keinginan Abdullah Dzul Bijadain untuk berjihad sangat tinggi. Ia tidak pernah absen dari satu pun pertempuran yang Rasulullah SAW ikuti.
Pada perang Tabuk, ia meminta Rasulullah untuk mendoakannya agar bisa mati syahid. Namun, Nabi malah mendoakan agar darahnya terlindungi.
Tak lama setelah itu, Abdullah Dzul Bijadain meninggal dunia karena penyakit demam. Rasulullah sendiri yang menguburkan jenazahnya dengan kedua tangan beliau yang mulia.
Baca Juga: Kisah Miqdad bin Amr, Sahabat Rasulullah SAW yang Cinta Islam
Kisah Abdullah Dzul Bijadain adalah cermin keteguhan iman dan pengorbanan seorang sahabat Nabi yang luar biasa. Dari awal kehidupannya yang miskin hingga menjadi sahabat yang setia, kisah ini memberikan banyak pelajaran tentang keberanian, keikhlasan, dan kecintaan kepada agama. (R10/HR-Online)