harapanrakyat.com,- Forum Pemuda Peduli Pendidikan (FP3) Kota Banjar, Jawa Barat, menanggapi terkait belasan siswa SD (Sekolah Dasar) yang diduga mengikuti tren barcode tangan di medsos (media sosial).
Baca Juga: Kemenkominfo Ajak Masyarakat Bijak Gunakan Media Sosial di Era Luapan Informasi
Seperti diketahui sejumlah siswa SD melakukan tren tersebut dengan cara menyayat lengan tangan menggunakan pisau kater dan pecahan beling.
Ketua FP3 Kota Banjar Dicky Agustaf mengatakan, dalam istilah lain perilaku seperti itu dikenal sebagai self harm atau menyakiti diri sendiri. Itu mereka lakukan secara sadar.
“Mereka yang melakukan itu biasanya terjebak oleh rasa frustasi dan rasa ingin menyerah untuk hidup. Tindakan itu dilakukan dengan cara menyayat lengan menggunakan silet atau benda tajam lainnya,” katanya, Selasa (4/6/2024).
Tren barcode tangan juga dilakukan oleh belasan siswa di SDN 2 Hegarsari, Kecamatan Pataruman, Kota Banjar beberapa waktu lalu, hingga akhirnya menyita perhatian.
Tapi yang sekarang terjadi ini dilakukan oleh anak-anak sekolah dasar, yang mana tingkat stres dan frustasi mereka masih bisa dikatakan dalam kategori rendah. Sehingga hal itu menyita perhatian semua pihak.
Menurutnya, penggunaan handphone yang tidak terkontrol dan mudahnya untuk mengakses media sosial yang kurang pengawasan menjadi penyebab utamanya.
“Setelah kita mencari tahu alasan kenapa mereka melakukan hal itu. Ternyata karena terjebak atau terpengaruh tren yang mereka dapat dari medsos,” jelasnya.
Sudah seharusnya hal tersebut menjadi perhatian yang sangat serius dari semua pihak, dengan harapan kejadian itu tidak terulang kembali.
Baca Juga: Diduga Terpengaruh Tren di Medsos, Belasan Siswa SD di Kota Banjar Sayat Lengan Tangannya
“Ini sudah seharusnya menjadi perhatian serius supaya tidak terulang lagi di kemudian hari. Meskipun pihak orang tua dan anak-anak sudah dikumpulkan. Tetapi disisi lain harus mencari solusi agar tidak terjadi pada siswa yang lain,” tandas Dicky. (Sandi/R3/HR-Online/Editor: Eva)