harapanrakyat.com,- Bela Kiai NU yang diduga mendapatkan intimidasi oknum pemangku masjid, sejumlah pengurus GP Ansor Kecamatan Pangandaran melakukan audiensi ke Pemdes Wonoharjo, Kecamatan Pangandaran, Rabu (12/6/24) lalu.
Berdasarkan informasi, dugaan intimidasi yang terjadi beberapa waktu lalu saat menjelang maghrib. Saat itu, tiba-tiba oknum pemangku masjid At Taqwa yang berada di Dusun Padasuka, Desa Wonoharjo mendatangi sang Kiai.
Saat datang, oknum pemangku masjid tersebut mempersoalkan suara speaker dari madrasah yang mengarah ke masjid. Sementara saat itu, anak-anak di madrasah hendak melaksanakan sholat magrib dan kemudian mengaji.
Di saat itu, kedua tokoh masyarakat tersebut terlibat adu mulut hingga suasana memanas.
Mendapatkan informasi peristiwa tersebut, GP Ansor pun langsung bergerak untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
Baca juga: Harlah Fatayat NU ke-74 di Pangandaran, Kuatkan Kiprah Kader Hadapi Pilkada 2024
Didin, Ketua Ansor Kecamatan Pangandaran mengatakan, pihaknya merasa tidak terima atas peristiwa dugaan intimidasi tersebut. Apalagi, Kiai yang mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan adalah tokoh NU.
“Makanya kami meminta ke Pemdes Wonoharjo untuk turun tangan menyelesaikan masalah ini. Hal ini agar ke depan tidak terjadi lagi, baik di Wonoharjo maupun di tempat lain,” ujarnya, Jumat (14/6/24).
Jika pemerintah desa tidak mampu mengatasi hal tersebut, kata Didin, pihaknya akan menempuh jalur hukum. Terlebih pihaknya memiliki bukti-bukti dugaan intimidasi dalam peristiwa tersebut.
“Kalau tidak bisa menyelesaikan, kita ke ranah hukum,” tegasnya.
Pemdes Wonoharjo Komitmen Selesaikan sampai Tuntas
Sementara itu, Kepala Desa Wonoharjo Dede Suprapto membenarkan adanya sejumlah pengurus GP Ansor yang audiensi ke pihaknya.
Dalam audiensi tersebut, GP Ansor meminta supaya Pemdes turun tangan untuk menyelesaikan persoalan ini sampai tuntas.
“Mereka datang ke kami. Padahal kami dari desa sudah jauh-jauh hari mendekati tokoh setempat,” katanya.
Menurutnya, persoalan tersebut sebenarnya sudah terjadi puluhan tahun lamanya. Namun hingga saat ini belum ada penyelesaian. Bahkan merembet ke masalah keluarga.
“Nah, Masjid At Taqwa itu sebenarnya untuk umum, namun pengelolaanya oleh keluarga. Kemudian keluarga yang mengelola tersebut merasa itu adalah masjid keluarga, namun bisa untuk umum. Pihak kepolisian sudah tahu masalah ini,” terangnya.
Dari peristiwa keributan itu, pihaknya berharap GP Ansor bisa meredam situasi. Sedangkan pihaknya akan menjadikan poin-poin tuntutan Ansor untuk menyelesaikan persoalan ini.
“Nanti setelah lebaran haji kami akan mengumpulkan semua lapisan masyarakat, mulai DMI, MUI, Kiai setempat, unsur Muscam, Danramil, Polsek, Camat dan menghadirkan tokoh yang bersangkutan. Kita ingin semuanya tuntas,” tegasnya.
Pemangku Masjid Buka Suara
Sementara itu, pemangku Masjid At Taqwa Rakhmat mengklaim masjid tersebut adalah milik keluarga dan belum pernah mewakafkan kepada siapapun. Bahkan, hingga saat ini keluarganya yang mengurusnya.
Dulu, ungkap Rakhmat, Kiai NU tersebut pernah mendapatkan kepercayaan dari ayahnya sebagai guru ngaji dan pernah menjadi DKM. Namun kemudian ia bersama keluarga yang mengurus dan mengelola masjid tersebut.
“Mungkin dia ingin mengelola masjid lagi,” cetusnya.
Rakhmat pun menegaskan, jika Kiai NU tersebut bukan dari keluarganya dan semua pengurus masjid adalah keluarganya. Sehingga masjid tersebut adalah milik keluarga, terlebih belum pernah diwakafkan serta belum pernah mendapat bantuan.
“Memang beberapa hari lalu saya sempat ribut dengan dia. Soalnya speaker di madrasah mengarah ke masjid. Makanya saya mendatangi dan menanyakan soal maksud speaker tersebut,” imbuhnya.
Kemudian, lanjut Rakhmat, soal keputusan membenteng areal sekitar masjid hingga batas tempat wudhu madrasah untuk menghindari hal-hal yang tidak ia harapkan. Ia bermaksud mengamankan aset keluarga.
“Saya masih kasih toleransi akses ke tempat wudhu masih bisa. Awalnya mungkin dia ingin mengelola masjid, tapi tidak saya kasih. Soalnya ini masjid keluarga dan yang mengelola dari kita sendiri,” ucapnya.
Dalam pengelolaan masjid tersebut, pihaknya mengaku masih mampu dan akan tetap keluarga yang mengurusnya. Jika ada yang mau menyumbang, ia pun mempersilakan. Namun pihaknya tidak menarik atau minta sumbangan ke masyarakat.
“Kalau minta bantuan saat pengecoran ke warga itu kan wajar. Jadi, orang tua saya dulu meminta agar saya yang mengurus DKM. Nah tahun 2004 saya ambil alih semua. Bagi saya, ini tidak ada masalah karena sudah jelas ini masjid keluarga. Jadi tidak ada yang harus diselesaikan,” pungkasnya. (Mad/R6/HR-Online)