Kekerasan berbasis gender di Indonesia kerap kali ditemui dan menjadi salah satu permasalahan yang serius hingga saat ini.
Baca Juga: The Architecture of Love Jadi Film Indonesia ke-8 yang Tembus 1 Juta Penonton Tahun 2024
Indonesia sendiri masih berusaha untuk menyelesaikan beberapa kasus tentang kekerasan terhadap gender yang setiap tahun kasusnya selalu bertambah.
Dunia perfilman Indonesia mulai ikut bersuara dengan cara merilis film bertema kekerasan berbasis gender sebagai bentuk kritik. Sekaligus untuk memberikan wawasan agar dapat meningkatkan kesadaran penonton terhadap isu serius tersebut.
Berikut ini beberapa film Indonesia yang berani mengambil tema tentang kekerasan berbasis gender.
Film Indonesia Seputar Isu Kekerasan Berbasis Gender
Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (2017)
Film dengan pengambilan latar tempat di Sumba, Timur Indonesia ini mengeksplorasi tema kekerasan yang dialami oleh Marlina. Ia adalah seorang janda yang mengalami perampokan sekaligus pelecehan seksual.
Film ini menayangkan bagaimana Marlina membalaskan dendamnya kepada para pelaku. Dalam film tersebut juga menyelipkan sedikit budaya lokal kehidupan di Timur Indonesia yang cukup keras.
Baca Juga: Film Indonesia dari Timur Menceritakan Kisah Nyata Sepak Bola Papua
Perempuan Tanah Jahanam (2019)
Film yang mengangkat isu kekerasan berbasis gender ini dikemas dengan kisah fiksi horor garapan Joko Anwar.
Dalam film ini menceritakan tentang kisah seorang wanita yang mengalami ketidakadilan terkait kekerasan gender, disisipi dengan adegan mistis.
Film berjudul Perempuan Tanah Jahanam menyampaikan pesan bahwa wanita Indonesia seringkali mengalami kekerasan dan ketidakadilan.
Yuni (2021)
Film kali ini mengisahkan seorang remaja bernama Yuni yang mengalami kesulitan dalam menggapai mimpinya untuk bersekolah tinggi. Penyebabnya karena tekanan sosial dari lingkungan sekitar tempatnya tinggal.
Baca Juga: Sinopsis Kukira Kau Rumah, Film Indonesia Tema Psikologi
Film ini mengangkat isu terkait pandangan menikah muda dan budaya masyarakat Indonesia yang masih konservatif. Sehingga membelakangkan hak pendidikan untuk perempuan.
Perempuan dari Pulau Rote (2022)
Film pemenang 3 penghargaan sekaligus dari FFI, APSA dan Festival Film Cannes secara berturut-turut selama 2022 ini menyandang film dan penyutradaraan terbaik.
Dalam film tersebut mengisahkan tentang perjuangan seorang perempuan asal Pulau Rote mengatasi traumanya. Hal itu karena adanya berbagai macam bentuk kekerasan dan pelecehan selama hidupnya, belum lagi dengan norma setempat yang begitu mengekang.
Like and Share (2022)
Film Indonesia yang mengangkat isu kekerasan berbasis gender selanjutnya berjudul Like and Share. Cerita dalam film ini memperlihatkan dampak dari bersosial media yang dihadapi para remaja era digital saat ini.
Menceritakan kisah Sarah dan Lisa, seorang influencer yang cukup terkenal di kalangan pengguna sosial media.
Hingga suatu waktu hal yang tidak Sarah inginkan pun terjadi pada kehidupannya dengan memperlihatkan dampak jejak digital yang tersebar tanpa sepengetahuannya. Sehingga merusak nama dan hubungan baiknya dengan orang-orang terdekatnya, termasuk Lisa.
Baca Juga: Profil Usmar Ismail, Dijuluki Bapak Film Indonesia
Film ini mengangkat seputar isu kekerasan berbasis gender yang menekankan konsekuensi dari menggunakan media sosial yang sering kali menjadi wadah pelecehan online, dan stigma sosial yang pada akhirnya menjadi cyberbullying. (Revi/R3/HR-Online/Editor: Eva)