Profil Erna Djajadiningrat merupakan salah satu pejuang kemerdekaan Indonesia selama masa-masa revolusi fisik.
Erna Djajadiningrat menjadi salah satu pejuang kemerdekaan yang bertugas di di bagian logistik. Ia bersama dengan para pejuang di dapur umum bertugas untuk mendukung pejuang dari sisi pemasok logistik.
Meskipun tidak terjun dalam pertempuran secara langsung, namun perannya ini bisa dikatakan cukup berisiko. Apalagi jika ia sampai ketahuan oleh para serdadu Sekutu dan Belanda.
Berkat peran dan kontribusinya selama perang kemerdekaan, Erna Djajadiningrat mendapatkan penghargaan langsung yang diberikan oleh Divisi Siliwangi.
Baca Juga: Sejarah Peringatan Hari Buruh di Indonesia, Dirayakan Soekarno, Dilarang Orde Baru
Profil dan Kisah Perjuangan Erna Djajadiningrat
Mengutip dari “Peranan Erna Djajadiningrat sebagai Tokoh Pergerakan Wanita di Jakarta Tahun 1945-1950” (2022), Erna Djajadiningrat merupakan seorang pendidik dan pejuang kemerdekaan. Ia lahir di Serang, Banten pada 4 Maret 1911.
Ia merupakan anak dari pasangan Pangeran Aria Achmad Djajadiningrat dan Raden Ayu Suwitaningrat. Orang tuanya menjabat sebagai Bupati Serang dan pernah juga menjabat sebagai Bupati Jakarta.
Melihat jabatan dan latar belakang elit pribumi dari orang tuanya ini, tak heran apabila Erna Djajadiningrat mendapatkan pendidikan yang layak.
Erna Djajadiningrat pernah mengenyam pendidikan di Europeesche Lagere School, Hoogere Burger School, dan Middelbare Huishouds School.
Sekolah yang pernah dijalani oleh Erna Djajadiningrat ini bisa dikatakan sebagai sekolah khusus kalangan elit bangsawan yang menggunakan bahasa Belanda sebagai pengantarnya.
Meskipun mendapatkan pendidikan dari Eropa, namun hal ini tak membuat Erna Djajadiningrat menjadi acuh terhadap lingkungan sekitarnya. Ia menyadari bahwa pendidikan yang ia emban memiliki tanggung jawab moral kepada bangsanya.
Oleh karena itu, ia pun sempat mengabdikan diri di sebuah sekolah anak bangsa yang bernama Van Deventer School.
Sekolah ini merupakan salah satu dampak dari kebijakan politik etis yang dikeluarkan oleh Belanda. Sekolah ini menjadi sangat berarti terutama bagi kaum perempuan yang seringkali tidak mendapatkan pendidikan yang layak.
Baca Juga: Profil Profesor Saharjo, Tokoh Hukum Pencetus Hari Pemasyarakatan Indonesia
Perjuangan Perempuan
Mengutip dari “Her Story: Perempuan Nusantara di Tepi Sejarah” (2022), selama masa-masa perang dalam mempertahankan kemerdekaan Erna Djajadiningrat bersama dengan Organisasi Wani (Wanita Indonesia).
Organisasi Wani ini didirikan oleh Erna Djajadiningrat bersama dengan Maria Ulfah dan Suwarni Pringgodigdo. Nama Wani sendiri diambil dari bahasa Jawa yang artinya berani.
Selama masa-masa perjuangan kemerdekaan, Erna bertugas di dapur umum dalam rangka memasok kebutuhan untuk para pejuang di medan pertempuran.
Dapur umum inilah yang bertugas untuk mengumpulkan bahan makanan seperti ikan asin, rokok, daging kering, kopi, gula beras dan berbagai kebutuhan logistik lainnya.
Dapur umum ini juga berperan dalam menyediakan pasokan nasi bungkus yang berjumlah ratusan kepada para pejuang dari Badan Keamanan Rakyat, Polisi Umum hingga Jawatan Kereta Api.
Meskipun, tugas yang diemban oleh Erna Djajadiningrat bersama rekan-rekannya ini terdengar sepele, tidak bisa dipungkiri bahwa bantuan logistik amatlah berarti bagi pejuang di garis terdepan.
Selain itu, risiko jika ketahuan membantu para pejuang Indonesia juga sangatlah besar. Mereka bisa saja ditangkap bahkan dieksekusi di tempat.
Kegiatan yang dilakukan oleh Erna bersama dengan Organisasi Wani ini ternyata membuat pasukan Sekutu dan Belanda curiga. Akhirnya kegiatan Wani pun dilarang oleh Sekutu dan Belanda.
Meskipun sempat dilarang oleh Sekutu dan Belanda, Erna kemudian mengubah nama Wani menjadi PSKP (Panitia Sosial Korban Politik) dan tetap menjalankan tugas dalam memasok kebutuhan bagi para pejuang.
Tak hanya berperan sebagai pemasok kebutuhan logistik, PSKP juga berperan penting dalam menangani pembebasan para pejuang yang ditahan oleh Belanda.
Menerima Bintang Gerilya dari Divisi Siliwangi
Rosihan Anwar dalam, “Sejarah Kecil “Petite Histoire” Indonesia Volume 3” (2004), Erna Djajadiningrat memang dikenal sebagai profil perempuan yang gigih dan keran kepala, tak heran apabila ia dijuluki sebagai “Si Nona Keras Kepala”.
Peran penting Erna Djajadiningrat terutama ketika pembebasan para pejuang Indonesia yang ditahan Sekutu dan Belanda membuatnya mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Indonesia.
Penghargaan itu merupakan Penghargaan Bintang Gerilya yang diserahkan bertepatan dengan HUT ke-4 TNI pada tanggal 5 Oktober 1949 di Markas Divisi Siliwangi. Penyerangan terebut dilakukan langsung oleh Panglima Divisi Siliwangi Kolonel Sadikin.
Penghargaan yang diberikan kepada Erna Djajadiningrat ini membuatnya menjadi perempuan pertama yang menerima Bintang Gerilya.
Tak hanya itu, pada 24 November 2007, Paguyuban Wanita Pejuang pernah mengadakan peringatan atas jasa kepahlawanan Erna Djajadiningrat.
Baca Juga: Mengenal Sastrawan Betawi S.M Ardan dan Karya-karyanya
Acara yang dilaksanakan di Gedung Juang Menteng 31, Jakarta, ini dihadiri oleh Ny. Herawat Diah, Ny. Roos Tahir, Ny. Dewi Rais Abin, Ny. Zena Hamid Algadrie, Ny. Peggy Sanjoto, Ny. Dien Supardjo Rustam, Ny. Kartakusuma dan masih banyak lagi. (Azi/R7/HR-Online/Editor-Ndu)