harapanrakyat.com,- Universitas Siliwangi (Unsil), Tasikmalaya, Jawa Barat memperingati Dies Natalis ke-46 dengan menggelar kegiatan melukis mural sepanjang 32 meter di tembok menuju gedung perpustakaan, Rabu (8/5/2024).
Mural tersebut bertema stop bullying atau perundungan. Universitas Siliwangi berkomitmen bebas dari perundungan yang kerap terjadi di lingkungan pendidikan.
Berbagai seni gambar lukisan mural warna-warni menghiasi tembok yang tadinya kosong. Kini ada pesan khusus untuk para mahasiswa Unsil Tasikmalaya.
Seniman dan para penghobi mural yang berasal Tasikmalaya, Karawang dan bekasi memeriahkan acara tersebut. Kegiatan tersebut diharapkan bisa jadi pengingat para mahasiswa, dosen, tenaga pendidik dan seluruh masyarakat.
Wakil Rektor Universitas Siliwangi Gumilar mengatakan, ada beberapa kejahatan di lingkungan pendidikan, seperti bullying, seks bebas dan intoleransi.
Baca Juga: Puluhan Mahasiswa Kecewa, Pernyataan Civitas Akademika Unsil Tasikmalaya Soal Demokrasi Normatif
“Jadi di dalam lingkungan pendidikan ini ada 3 kejahatan, yang pertama bullying atau perundungan, yang kedua ada seks bebas dan ketiga intoleransi. Keberadaan Unsil diharapkan paling tidak meminimalisir kejahatan di lingkungan pendidikan tersebut,” ungkapnya saat ditemui di halaman Unsil, Rabu (8/5/2024).
Menurut Gumilar, di Kampus Universitas Siliwangi belum pernah terjadi bullying, namun pernah ada sekali kasus pelecehan. “Tapi sekarang tidak ada, sudah aman,” katanya.
Melalui kegiatan melukis mural dengan tema anti bullying tersebut, Gumilang berharap dapat mencegah kasus perundungan di Unsil Tasikmalaya.
“Pesan moral yang ditampilkan para peserta lomba, dosen, tenaga pendidikan dan seluruh masyarakat, bahwa masalah bullying, seks bebas dan intoleransi harus tidak ada dari muka bumi ini,” tandasnya.
Sementara itu salah seorang pelukis Ruli Ashari mengaku melukis dengan tema keluarga sebagai pondasi. Lantaran keluarga merupakan pondasi atau tameng pertama untuk mencegah bullying.
“Saya melukis mengambil tema keluarga sebagai pondasi, jadi yang namanya keluarga itu harus jadi pondasi supaya tidak terjadi kasus bullying, baik itu menjadi korban ataupun pelaku, jadi keluarga harus menjadi tameng dari bullying tersebut,” pungkasnya. (Apip/R7/HR-Online/Editor-Ndu)