Rabu, April 16, 2025
BerandaBerita TerbaruHari-Hari Dalam Pengasingan, Kisah Perlawanan Cut Nyak Dien Terhadap Belanda hingga Diasingkan...

Hari-Hari Dalam Pengasingan, Kisah Perlawanan Cut Nyak Dien Terhadap Belanda hingga Diasingkan ke Sumedang

Perlawanan Cut Nyak Dien, pahlawan dari Aceh merupakan salah satu kisah heroik perlawanan pribumi terhadap penjajah Belanda.

Cut Nyak Dien sendiri merupakan seorang pahlawan nasional yang berasal dari Aceh dan memiliki julukan “Ratu Aceh”.

Gelar ini ia dapatkan karena tekadnya dalam melawan kolonial Belanda bahkan hingga ia diasingkan ke Sumedang. Ketika masa-masa pengasingan tersebut ia terus memupuk benih-benih perlawanan terhadap bangsa Barat.

Cut Nyak Dien pun diketahui meninggal dalam masa pengasingan tersebut dan rumah tempat tinggalnya menjadi bangunan cagar budaya.

Melalui berbagai sumber yang telah ditemukan, tulisan ini akan mengulas tetang hari-hari dalam pengasingan, kisah perlawanan Cut Nyak Dien terhadap Belanda hingga diasingkan ke Sumedang.

Baca Juga: Profil Mohammad Husni Thamrin, Pahlawan Nasional di Uang Rp 2000

Kisah Perlawanan Cuk Nyak Dien yang Heroik

Rudiyant dalam “Jejak Hidup Cut Nyak Dien” (2023) mengungkap, Cut Nyak Dien lahir dari keluarga bangsawan Aceh. Ayahnya, Teuku Nanta Seutia merupakan seorang kepala pemerintahan daerah di Kesultanan Aceh.

Cut Nyak Dien sendiri menikah pada usia 12 tahun dengan seorang pejuang bernama Teuku Cek Ibrahim Lamnga.

Pada tahun 1873 terjadi peperangan antara Belanda dan Aceh. Suami Cut Nyak Dien meninggal dalam peperangan tersebut.

Pasca meninggalnya Teuku Cek Ibrahim Lemang, Cut Nyak Dien dilamar oleh Teuku Umar yang merupakan serang pejuang sama seperti Teuku Cek Ibrahim Lamnga.

Pada awalnya Cut Nyak Dien sempat menolak lamaran dari Teuku Umar, namun setelah mengetahui bahwa ia bisa berjuang dalam peperangan, Cut Nyak Dien menerima lamaran tersebut

Kisah mengenai Teuku Umar dan Cut Nyak Dien ini menjadi salah satu kisah perlawanan yang heroik terhadap Belanda.

Selama masa-masa hidupnya, sebagian besar dilakukan dengan perjuangan, oleh karena itulah Cut Nyak Dien dikenal sebagai “Ratu Aceh” karena tekadnya dalam melawan penjajah.

Pernikahan antara Cut Nyak Dien dan Teuku Umar sendiri sebenarnya membuat semangat para pejuang Aceh semakin berkobar. Pasalnya kedua tokoh ini merupakan tokoh berpengaruh yang ada di Aceh kala itu.

Perlawanan yang dilakukan oleh Teuku Umar dan Cut Nyak Dien ini bisa dikatakan cukup merepotkan. Apalagi melalui intrik dan strategi pengkhianatan oleh Teuku Umar sukses membuat Belanda menjadi berang.

Alhasil, Belanda pun melakukan upaya besar-besaran untuk melakukan penangkapan terhadap keduanya.

Teuku Umar sendiri akhirnya gugur di Meulaboh setelah melalui peperangan yang berlarut-larut.

Baca Juga: Ong Hok Djoe, Ternyata Pejuang Kemerdekaan Indonesia dari Ciamis

Diasingkan Belanda

Meskipun, suaminya Teuku Umar sudah meninggal dunia, namun Cut Nyak Dien masih terus melakukan gerilya dari satu persembunyian ke persembunyian lainnya.

Pasca meninggalnya Teuku Umar, Cut Nyak Dien masih melakukan pertempuran hingga enam tahun lamanya.

Meskipun fisiknya sudah rentan, Cut Nyak Dien masih setiap melakukan perjuangan dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Kelaparan, kemiskinan, dan penderitaan.

Namun, aksi gerilya yang dilakukan oleh Cut Nyak Dien ini berakhir setelah Pang Laot berkhianat kepada Cut Nyak Dien.

Mardanas Safwan dalam “Teuku Umar” (2007) mengungkap, diam-diam Pang Laot menghubungi pasukan Belanda. Kemudian ia bersedia menunjukkan tempat Cut Nyak Dien berada kepada Belanda.

Tawaran tersebut disambut baik oleh Letnan Van Vuuren dan kemudian bersama dengan Pang Laot dilakukan upaya pengepungan.

Menurut kisahnya, aksi pengepungan ini menjadi momen heroik. Letnan Van Vuuren melihat sosok Cut Nyak Dien yang sudah berusia lanjut tersebut telah dalam keadaan lemas dan buta.

Ia bahkan masih berusaha untuk menikam serdadu Belanda dengan rencongnya, walaupun akhirnya gagal. Setelah gagal menikam serdadu Belanda, Cut Nyak Dien pun berusaha untuk menikam dirinya sendiri, namun usahanya tersebut berhasil digagalkan.

Selama proses penangkapan, Cut Nyak Dien tak henti-hentinya memaki serdadu Belanda. Ia juga memaki Pang Laot yang berkhianat terhadap dirinya.

Letnan Van Vuuren pun menepati janjinya, dan menempatkan Cut Nyak Dien di Kuta Raja sebagai tawanan istimewa. Namun, Gubernur Aceh Van Daalen tidak senang atas keputusan tersebut dan mengasingkan Cut Nyak Dien ke Sumedang.

Hari-Hari dalam Pengasingan

Mengutip dari “Ensiklopedi Tokoh Nasional: Cut Nyak Dien” (2018), alasan lain mengapa Cut Nyak Dien diasingkan ke Sumedang adalah karena kunjungan demi kunjungan yang dilakukan oleh masyarakat Aceh kepada Cut Nyak Dien.

Belanda takut jika banyaknya kunjungan dari masyarakat Aceh ini dapat memicu munculnya pemberontakan baru oleh Cut Nyak Dien.

Selama masa-masa pengasingan, Cut Nyak Dien bisa dikatakan hidup dalam keadaan terjamin, baik dari sisi pelayanan hingga rumahnya.

Hal ini sesuai dengan kehormatannya sebagai seorang bangsawan yang terhormat. Apalagi, Cut Nyak Dien sudah mendapatkan jaminan dari Belanda kala itu.

Selama di pengasingan inilah Cut Nyak Dien aktif dalam syiar Islam dan mengajarkan Al-Qur’an. Masyarakat sekitar kala itu tidak mengetahui jika sosok yang sudah memiliki masalah penglihatan tersebut sebenarnya adalah Cut Nyak Dien.

Masyarakat Sumedang kala itu lebih mengenal Cut Nyak Dien dengan sebutan Ibu Ratu . Identitasnya ini baru terungkap sekitar tahun 1959.

Rumah pengasingan Cut Nyak Dien yang ada di daerah Kaum, Kelurahan Regol Wetan, Sumedang selatan ini pun menjadi salah satu bangunan cagar budaya di Sumedang.

Baca Juga: RE Martadinata, Pahlawan Nasional asal Bandung Wafat di Bukit Riung Gunung

Di dalam rumah tersebut para pengunjung dapat menemukan berbagai benda-benda  peninggalan dari Cut Nyak Dien selama di pengasingan. (Azi Wansaka/R7/HR-Online/Editor-Ndu)

Cafe Perang Candu Tasikmalaya

Ngopi Unik di Cafe Perang Candu Tasikmalaya, Gelasnya Bisa Langsung Dimakan!

harapanrakyat.com,- Di Tasikmalaya, Jawa Barat, ada sebuah inovasi menarik yang membuat momen ngopi jadi lebih seru dan berbeda dari biasanya. Inovasi ini bisa Anda...
Hadits Bicara Baik atau Diam, Anjuran dalam Menjaga Lisan

Hadits Bicara Baik atau Diam, Anjuran dalam Menjaga Lisan

Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada umatnya untuk selalu berbicara dengan baik. Jika mereka tidak mampu, lebih baik untuk diam yang berarti menjaga lisan. Nasihat...
Reaktivasi Jalur Kereta Bandung-Pangandaran

Dedi Mulyadi Prioritaskan Reaktivasi Jalur Kereta Bandung-Pangandaran Demi Dorong Pariwisata

harapanrakyat.com,- Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menegaskan komitmennya untuk menghidupkan kembali (reaktivasi) sejumlah jalur kereta api lama di wilayah Jawa Barat, dengan rute Bandung-Pangandaran...
Tretan Muslim Beri Klarifikasi Terkait Curhatan King Abdi di Podcast

Tretan Muslim Beri Klarifikasi Terkait Curhatan King Abdi di Podcast

Dunia kuliner dan hiburan kembali ramai netizen bicarakan. Kali ini bukan soal rasa makanan, tapi mengenai rasa kecewa. Nama King Abdi dan Tretan Muslim...
mobil wisata desa

SMPN 1 Sukamantri Ciamis Gunakan Mobil Wisata Desa untuk Antar Jemput Siswa, Ini Alasannya

harapanrakyat.com,- SMPN 1 Sukamantri Ciamis gunakan angkutan wisata desa untuk antar jemput siswa. Hal itu seiring adanya larangan siswa menggunakan kendaraan bermotor dari Pemkab...
Cara Menghilangkan Nama Aplikasi di HP Android dan iPhone

Cara Menghilangkan Nama Aplikasi di HP Android dan iPhone

Cara menghilangkan nama aplikasi di HP bisa diterapkan untuk menjaga privasi. Sebagaimana yang kita tahu, saat mengoperasikan ponsel dan membuka aplikasi tertentu, pasti ada...