Sejarah peringatan Hari Buruh yang dirayakan setiap tanggal 1 Mei merupakan momen peringatan bagi para buruh di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Baca Juga: Jelang Peringatan May Day, Disnaker Ciamis Beri Imbauan Ini!
Momen ini biasanya akan diperingati oleh para buruh dengan cara melakukan unjuk rasa di jalan maupun kantor pemerintahan.
Momen peringatan Hari Buruh sendiri sebenarnya terinspirasi dari peristiwa bersejarah di Chicago pada tanggal 1 Mei 1886. Unjuk rasa tersebut didasari beberapa tuntutan, seperti kenaikan upah, jam kerja yang lebih sesuai, hingga keamanan di tempat kerja.
Di Indonesia sendiri Hari Buruh mendapatkan perhatian yang serius dari Soekarno. Terbukti Soekarno pernah mengeluarkan kebijakan setiap tanggal 1 Mei sebagai hari libur nasional.
Namun, ketika masa Orde Baru momen peringatan Hari Buruh ini justru seringkali diidentikan dengan ideologi komunisme. Oleh karena itulah, momen peringatan Hari Buruh tidak bisa dirayakan.
Merangkum dari berbagai sumber, tulisan ini akan mengulas tentang Hari Buruh di Indonesia, dirayakan oleh Soekarno hingga dilarang Orde Baru.
Sejarah Peringatan Hari Buruh atau May Day
Soedarmadi dalam buku berjudul “Aku Ingin Cerita 2” (2021). Hari Buruh Internasional atau yang dikenal juga dengan May Day merupakan momen peringatan untuk mengenang peristiwa yang terjadi di Haymarket, Chicago pada bulan Mei 1886.
Ketika itu muncul aksi pemogokan yang terjadi dengan menuntut jam kerja sehari 8 jam. Tuntutan tersebut sebenarnya memiliki alasan yang kuat. Pasalnya, pada abad ke 19 banyak perusahaan yang melakukan praktek kerja yang semena-mena.
Baca Juga: Kisah Presiden Soekarno Wafat, Proklamator dalam Sejarah Indonesia
Banyak buruh yang dipaksa bekerja di luar batas kewajaran dan upah yang tidak memadai. Beberapa buruh bahkan harus bekerja selama 14 hingga 18 jam dalam sehari.
Tentu saja tuntutan tersebut membuat para buruh keberatan. Apalagi ketika zaman itu banyak ditemukan kasus upah yang tidak layak.
Pada awalnya, aksi demonstrasi dapat berjalan lancar. Namun, dalam peristiwa tersebut terdapat oknum yang melakukan aksi pelemparan bom ke polisi.
Kemudian polisi membalas lemparan bom dengan memberikan tembakan. Tercatat dalam peristiwa tersebut terdapat 4 orang demonstran yang meninggal. Korban jiwa dari pihak demonstran ini menimbulkan protes dari buruh yang melakukan aksi demonstrasi.
Sejak saat itulah setiap tanggal 1 Mei orang-orang memperingati sebagai momen bersejarah Hari Buruh dalam rangka mengenang kerusuhan di Haymarket, Chicago pada tahun 1886.
Pernah Dirayakan Soekarno
Perayaan Hari Buruh sepertinya mendapatkan sambutan tersendiri di berbagai daerah. Seperti di Yogyakarta, dalam peringatan Hari Buruh itu, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menggelar pameran lukisan perjuangan.
Mengutip dari buku berjudul “Rezim Kerja Keras dan Masa Depan Kita” (2022). Ketika momen peringatan Hari Buruh 1 Mei 1962 di Istana Merdeka, Soekarno memberikan pidato yang cukup panjang.
Soekarno menuturkan bahwa perayaan Hari Buruh setiap 1 Mei bukanlah perayaan komunis, melainkan perayaan buruh internasional.
Baca Juga: Biografi Basuki Abdullah, Seniman Lukis Istana Merdeka sejak Era Presiden Soekarno
Perayaan ini sebagai momen peringatan para pekerja yang berhasil memperjuangkan jam kerja 1 hari 10 jam yang awalnya 18-19 jam.
Sebagai hasil perjuangan tersebut, maka ditetapkan tanggal 1 Mei sebagai peringatan Hari Buruh Internasional.
Momen peringatan Hari Buruh tersebut juga sebagai upaya dan usaha pemerintah dalam merangkul kaum-kaum buruh di Indonesia.
Apalagi para kaum buruh itu rata-rata berasal dari kelompok menengah ke bawah. Tak heran apabila momen tersebut berhasil menarik simpati kelompok sosial menengah ke bawah.
Bagi mereka yang tidak langsung mendengarkan pidato Presiden Soekarno kala itu, tentu tidak akan merasakan euphoria dan perjuangannya.
Namun, bagi mereka yang hadir dan menyimak bagaimana Soekarno menyampaikan pidato tersebut, tentu ada rasa dramatis yang muncul.
Dilarang Masa Orde Baru
Kebijakan yang berbeda muncul pasca Orde Baru berkuasa di Indonesia. Banyak kebijakan era Soekarno yang kemudian dihilangkan, termasuk perayaan peringatan Hari Buruh.
Orde Baru memandang ajang Hari Buruh identik dengan perayaan komunisme. Memang peringatan 1 Mei sendiri seringkali digelar oleh negara-negara seperti Uni Soviet, RRC, dan Korea Utara dengan perayaan parade militer.
Baca Juga: Kisah Cinta Soekarno dan Ratna Sari Dewi, Selebriti Cantik Asal Jepang
Mengutip dari buku berjudul “Mengenal Orde Baru” (2021), tak hanya melarang perayaan peringatan Hari Buruh, Orde Baru juga melarang dan membubarkan sejumlah kelompok buruh yang berdiri pada masa sebelumnya.
Alasan khusus pembubaran tersebut karena kedekatannya dengan kelompok-kelompok komunis. Tentu saja hal tersebut juga dalam rangka membungkam gerakan perlawanan terhadap pemerintah.
Orde Baru berusaha merubah pandangan buruh dengan propaganda. Salah satunya adalah dengan mengganti istilah “buruh” dengan “karyawan”.
Istilah lain yang turut berganti nama adalah mengganti Departemen Perburuhan menjadi Departemen Tenaga Kerja.
Selain itu, pada masa Orde Baru, Hari Buruh Internasional pun tak pernah mendapatkan perayaan. Buruh yang melakukan demonstrasi pun akan dilarang.
Terdapat juga wacana untuk menyetujui peringatan Hari Buruh di Indonesia usulan dari FBSI (Federasi Buruh Seluruh Indonesia) pada 20 Februari.
Baca Juga: Sentimen Anti Barat Tahun 1960 dan Karakter Soekarno yang Kontradiksi
Kini, momen sejarah peringatan Hari Buruh di Indonesia kembali mendapatkan perhatian. Meskipun presiden tak pernah memberikan pidato peringatan seperti Soekarno. Tak bisa dipungkiri bahwa momen tersebut mendapatkan perhatian yang serius. (Azi/R3/HR-Online/Editor: Eva)