Sejarah pembentukan Kopassus yang dirayakan setiap tanggal 16 April, merupakan hari lahirnya sebuah Kesatuan Komando Tentara Teritorium II/Siliwangi (Kesko TT) oleh A.E. Kawilarang.
Baca Juga: Kisah Presiden Soekarno Wafat, Proklamator dalam Sejarah Indonesia
Sejarah Indonesia mencatat bahwa pasukan yang terbentuk pada 16 April 1952 menjadi cikal bakal dari Komando Pasukan Khusus atau Kopassus hari ini.
Pembentukan pasukan di bawah Kolonel A.E. Kawilarang ini terinspirasi selama masa-masa pertempuran dalam Pemberontakan Republik Maluku Selatan.
Melalui perkembangannya pasukan ini pun berubah menjadi Kopassus di bawah TNI Angkatan Darat. Komando Pasukan Khusus ini sendiri dipimpin oleh seorang jenderal bintang 2 atau Danjen Kopassus.
Melalui berbagai penelusuran terhadap sumber-sumber yang ada, tulisan ini akan mengulas tentang sejarah berdirinya Kopassus pada tanggal 16 April 1952, dari perkembangan hingga kontroversinya.
Sejarah Pembentukan Kopassus hingga Kontroversinya
Nino Oktorino dalam bukunya berjudul “Konflik Bersejarah – Greatest Raids” (2013), cita-cita pendirian Kopassus bermula pada tahun 1952. Ketika itu Kolonel Alex Evert Kawilarang ingin mendirikan sebuah pasukan elit dalam menumpas DI/TII.
Cita-cita Kolonel Alex Kawilarang ini bermula saat ia kagum terhadap Corps Special Troopen yang membantu pemberontakan Republik Maluku Selatan pada tahun 1950-an.
Baca Juga: Sejarah Bahari Indonesia, Jelajah Dunia Maritim Leluhur Nusantara
Melihat gerak yang lincah dari pasukan tersebut, Alex Kawilarang dan Slamet Riyadi sempat mengusulkan ide pembentukan pasukan khusus yang serupa.
Pada awalnya pembentukan Kopassus ini sempat mengalami kendala. Alasannya karena mereka kekurangan sumber daya untuk melatih pasukan tersebut.
Melihat kendala yang muncul, tercetuslah nama Idjon Djanbi yang merupakan mantan kapten pasukan paying Belanda. Idjon Djanbi yang bernama asli Rokus Bernandus Visser memang tinggal di Indonesia selama masa-masa penyerahan kedaulatan.
Cikal Bakal Pasukan Komando
Melalui tangan dingin Idjon Djanbi inilah ia diminta oleh Alex Kawilarang untuk merintis cikal bakal pasukan komando yang dilatih untuk tugas-tugas khusus. Serta digembleng dengan sangat keras.
Idjon Djani menyusun sendiri kurikulum pelatihan terhadap pasukan elit tersebut. Ia menuangkan pengalamannya menjadi pasukan elit dan pertempuran selama masa-masa Perang Dunia II.
Latihan yang disusun Idjon Djanbi ini bisa dikatakan sebagai latihan yang berat. Bahkan untuk mereka para tentara kala itu.
Latihan pasukan tersebut bernama Kesatuan Komando TT III Siliwangi. Menurut catatan dalam sejarah pembentukan Kopassus, dari 400 calon siswa komando, namun yang lulus tidak mencapai setengah dari jumlah keseluruhan calon tersebut.
Baca Juga: Sejarah Pemberantasan Korupsi di Indonesia, Membaca Nasib KPK Kini
Mereka yang lulus dalam masa pelatihan mendapatkan baret berwarna merah. Terdapat kisah unik mengenai baret merah tersebut ini.
Untuk menghasilkan warna merah, maka baret hitam yang ada kemudian dicelupkan pada air teh. Sehingga warnanya menjadi luntur dan menghasilkan warna coklat kemerahan.
Pimpinan pasukan komando angkatan pertama ini adalah Idjon Djanbi yang menandainya sebagai komandan pertama Kopassus.
Pasukan khusus ini pun mengalami pergantian nama setelah berada di bawah Mabes AD pada 16 April 1952. Pada tanggal pemindahan ini jugalah yang kemudian menetapkan sebagai Hari Kopassus.
Perkembangan di Indonesia
Mengutip dari buku “100 Tokoh yang Mengubah Indonesia: Biografi Singkat Seratus Tokoh Paling Berpengaruh Dalam Sejarah Indonesia abad 20” (2007), Kopassus pun sempat mengalami beberapa pergantian nama.
Pada awalnya pasukan ini bernama Kesatuan Komando Teritorial III (Kesko III) di bawah divisi Siliwangi. Ketika beralih ke Mabes AD, pasukan ini berganti menjadi KKAD (Kesatuan Komando AD).
Pada April 1956, KKAD menjadi Resimen dan berubah menjadi RPKAD (Resimen Para Komando AD).
Kemudian, pada bulan Februari 1971, Kopassus berganti nama lagi menjadi Kopassandha (Komando Pasukan Sandhi Yudha).
Baca Juga: Prajurit Korps Marinir TNI AL Dibaret, 504 Petarung Siap Tempur
Perubahan menjadi Kopassus sendiri baru terjadi 14 tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 23 Mei.
Tidak bisa kita pungkiri bahwa kehadiran Kopassus memiliki banyak dinamika. Pada awalnya pembentukan pasukan khusus ini dengan semangat militer yang murni.
Namun, pada masa kepemimpinan Mayor Djaelani, Komandan Kopassus kedua, pasukan ini mulai masuk ke dalam arena perpolitikan.
Pada awalnya sempat muncul keretakan antara KSAD yang kala itu dijabat oleh Abdul Haris Nasution, dengan sejumlah perwira di bawah kepemimpinan Kolonel Zulkifli Lubis.
Abdul Haris Nasution mendapat tuduhan sebagai salah satu pihak yang bersekutu dengan Soekarno untuk memuluskan rencana masuknya PKI ke dalam pemerintahan.
Kiprah Kopassus sendiri sebenarnya sempat mengalami naik turun. Masa-masa keemasan Kopassus yaitu ketika berhasil menjadi penggerakan dalam pemberantasan Kudeta tahun 1965.
Kontroversi Kopassus
Mengutip dari buku “Aku Bikin Salah Apa?: Kopassus Siksa Orang Papua di Merauke” (2009), Kopassus memiliki catatan panjang kejahatan hak asasi manusia dalam operasi di Indonesia. Termasuk pada tahun 1970-an di Timor Timur, Aceh, Papua, dan Jawa.
Ketika di Timor Timur Kopassus anggap sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam pembunuhan lima wartawan internasional di perbatasan Balibo pada tahun 1975.
Tak hanya itu, Kopassus juga terlibat dalam penculikan terhadap para mahasiswa dalam aksi tahun 1998.
Catatan lain yang tak kalah pentingnya adalah ketika Kopassus terlibat dalam penculikan tokoh masyarakat Papua pada tahun 2001.
Kopassus memang memiliki catatan-catatan kelam dalam operasinya, terutama pada masa-masa kepemimpinan Orde Baru.
Baca Juga: Panglima TNI asal Desa Cijulang, Wakil Bupati: Pemkab dan Masyarakat Pangandaran Bangga
Namun, satu hal yang patut mendapatkan apresiasi adalah banyak jasa dalam menjaga integritas dan kewibawaan negara yang tidak pernah luntur. Hal inilah yang membuat masyarakat Indonesia masih mempercayai Kopassus. (Azi/R3/HR-Online/Editor: Eva)